Random post

Sunday, January 8, 2017

Menentukan Vertikal: Kesalahan Awal Perjuangan Rintisan

Bila kita sedang bertanding sepakbola, maka kita tidak akan mengirimkan petenis ke tengah lapangan. Namun bagi pelaku perjuangan rintisan tidak semudah itu mengetahui atau memilih apakah kita sedang bertanding sepakbola atau tenis.


Beberapa hari belakangan saya memperlihatkan private mentoring kewirausahaan kepada 4 sobat lewat video call. Saya banyak mendapat pelajaran dan wawasan berharga dari mentoring berdurasi masing-masing 1 jam tersebut. Siswa (dalam hal ini teman-teman saya di FB) berkonsultasi perihal duduk kasus dan tantangan perjuangan rintisan yang sedang mereka jalani. Dari sana saya melihat ada kesalahan fatal yang mirip: kekeliruan mengalokasikan sumberdaya. Penyebabnya sama: keliru memilih dalam industri dan bidang apa mereka berada. Biasa disebut vertikal.


Saya berasumsi kekeliruan ini juga banyak dialami pelaku perjuangan rintisan.


Vertikal ialah turunan dalam sebuah industri. Setiap vertikal mempunyai konsumen ceruk — segmen yang biasanya disasar oleh perjuangan rintisan.


Misal kita menciptakan baju muslim untuk anak. Maka industri kita ialah fashion dengan bidang baju muslim anak. Itulah vertikal kita.


Tapi sebelum memilih vertikal, kita harus lebih dulu tahu dan memilih ada dalam industri apa kita sebenarnya.


Menentukan industri pada perjuangan kita ialah teladan utama kita mengalokasikan sumberdaya secara tepat. Dengan sumberdaya yang terbatas, perusahaan rintisan perlu mengalokasikan segala sumberdayanya secara presisi. Salah alokasi, maka sumberdaya (terutama uang) akan terbakar habis dengan cepat tanpa memperlihatkan hasil sesuai target.


Menentukan vertikal ini tidak gampang bagi perjuangan rintisan. Karena biasanya kita banyak bisanya dan banyak maunya. Semua mau dikerjakan dan digarap meski produk-produk tersebut ada pada vertikal yang berbeda.


Tiap vertikal mempunyai market yang berbeda. Beda market, beda pula sikap dan kebutuhannya. Padahal kiprah pertama perjuangan rintisan ialah mencar ilmu memahami sikap marketnya — dan lalu menyediakan produk yang sesuai dengan sikap tersebut. Makin banyak market (berdasarkan perbedaan vertikal) yang kita sasar, makin sulit kita memahami sikap market tersebut.






 maka kita tidak akan mengirimkan petenis ke tengah lapangan Menentukan Vertikal: Kesalahan Awal Usaha Rintisan



 


Misal. Kita menciptakan obat kecantikan yang kita racik sendiri dan menjualnya secara online. Apa industri kita? Kesehatan atau teknologi?


Kekeliruan memilih vertikal akan menciptakan kita salah mengalokasikan resource dan fokus kerja. Kalau kita menjual obat kecantikan yang diracik sendiri, maka vertikal kita ialah industri kesehatan di bidang obat kecantikan. Sebagai seorang pembuat obat, maka alokasi sumberdaya kita fokuskan untuk menciptakan obat yang lebih baik dengan jumlah lebih banyak. Bukannya mengeluarkan banyak uang untuk mempekerjakan programmer.


Contoh di atas terdengar mudah. Tapi bagaimana contohnya dengan sebuah perjuangan media online? Ada dalam industri media atau teknologi?


Kita akan dihadapkan 2 pilihan berbeda: Industri media bidang online/teknologi, atau industri teknologi bidang media. Ini 2 entitas yang berbeda.


Bila industri media, maka perjuangan itu akan memprioritaskan alokasi sumberdayanya pada pembuat konten ibarat editor dan reporter. Bila industri teknologi, maka ia akan mengalokasikan sumberdaya pada pembuat teknologi ibarat programmer.


Umpama contoh di atas ialah sebuah perjuangan rintisan, maka di masa-masa awal ia mesti memilih apa yang akan ia prioritaskan pada penggunaan uangnya: merekrut wartawan/penulis atau merekrut programmer? Dengan uang yang terbatas niscaya ada salah satu yang harus diprioritaskan.


Mungkin ada yang bertanya begini: bila penghasilan tiba dari iklan online (Adsense), maka harusnya berada di vertikal media atau teknologi?


Bisa keduanya. Karena penghasilan itu menurut business model dan revenue stream (aliran pendapatan). Baik industri media maupun teknologi sama-sama bisa memanfaatkan banyak sekali model revenue stream yang mereka anggap relevan. Namun perusahaan teknologi bisa lebih punya keunggulan terhadap revenue stream iklan online alasannya ialah bisa menyediakan teknologi yang lebih ahli dibanding yang bukan perusahaan teknologi.


Konsekuensi minimal kekeliruan memilih vertikal ialah menciptakan perjuangan rintisan terbentur Hukum Paretto 80-20.


Dimana 80% penghasilan didapatkan dari 20% sumberdaya, dan 80% sumberdaya hanya memperlihatkan hasil 20%. Njomplang. Tidak sempurna guna.


Kalau 20% sumberdaya bisa memberi bantuan penghasilan 80%, maka harusnya jikalau sumberdaya itu dinaikkan menjadi 80-90% maka penghasilannya akan menjadi berlipat-lipat. Bila yang 80% sumberdaya hanya bisa memperlihatkan bantuan penghasilan 20%, maka bila ia diturunkan contohnya hanya menjadi 20-10%, maka perusahaan akan jauh lebih efisien. Lebih efisien artinya keuntungan lebih baik. (*)






Sumber aciknadzirah.blogspot.com