Setiap perjuangan mapan dan sukses yang kita kenal ketika ini sudah melewati masa kritikal ketika model bisnis mereka diuji di pasar. Seberapapun hebatnya sebuah produk ia harus dibarengi dengan model bisnis yang tepat. Setiap perjuangan yang sukses telah mencoba dan menguji beberapa model bisnis hingga kesannya menemukan yang pas.
Saya akan contohkan sebuah perjuangan baru/rintisan berupa perjuangan katering.
Kita memulai sebuah perjuangan katering untuk segmen rumah tangga dengan model pendapatan berlangganan per bulan. Kita sudah melaksanakan validasi masalah, validasi pasar (product-market fit), dan validasi konsumen (purchase intent). Semuanya lolos. Tapi ketika kita bawa produk itu ke pasar lebih luas, hasilnya tak sesuai harapan. Target penjualan ke pelanggan rumah tangga tidak tercapai meski kita telah mencoba banyak sekali cara. Padahal kita perlu segera hingga di critical mass semoga mencapai traksi pertumbuhan (baca soal critical mass pada post sebelumnya). Kita perlu segera menemukan dan menguasai segmen yang bersedia mengadopsi produk ini.
Ini ialah titik yang penuh kegamangan dimana kita mulai mempertanyakan banyak hal soal apa yang salah.
- Apakah harganya salah?
- Apakah produknya salah/buruk?
- Apakah segmennya salah?
- Apakah promosinya salah?
- Apakah waktunya salah?
- Apakah persaingan sangat ketat?
Begitu banyak perkiraan soal apa saja yang bisa salah. Kita tahu ada yang salah, tapi tidak tahu salahnya dimana. Sementara, sumberdaya kita sangat terbatas untuk menguji problem atau pertanyaan itu satu per satu untuk menemukan jawabannya. Sedangkan bila kita tanyakan ke konsumen, jawabannya belum tentu valid. Karena insan cenderung menghindari konflik dengan cara memberi balasan yang menyenangkan atau paling halus — yang menciptakan kita makin sulit menerima feedback yang clear. Misalnya, seorang pelanggan berhenti berlangganan dengan alasan sudah punya pembantu di rumah — padahal alasan sesungguhnya kuliner kita tidak enak, misalnya.
Ini ialah masa-masa kritis dimana hampir semua perjuangan awal/rintisan akan mengalaminya. Tidak laku, tapi tidak tahu kenapa. Yang ada hanya perkiraan yang mengambang. Mau ambil keputusan jadi takut salah. Akhirnya perjuangan stagnan, kemudian berangsung-angsur mati.
Bila anda telah melaksanakan semua taktik sesuai planning dan tidak berhasil, ubah strateginya. Bukan hanya taktik soal produk, distribusi, harga, pemasaran, atau segmen. Tapi tinjau keseluruhan blue print-nya. Dalam bisnis, blue print ini disebut sebagai model bisnis.
Dalam model bisnis, terdapat beberapa komponen yang mesti kita tentukan:
- Segmen konsumen
- Aliran/sumber pendapatan
- Struktur biaya
- Saluran distribusi
- Keunggulan
- Sumberdaya kunci
- Cara pemasaran
- Aktivitas kunci
- Mitra kunci
Ubahlah model bisnis kita dari komponen yang bisa paling cepat dihukum dan divalidasi sehingga kita bisa dengan segera menerima jawabannya.
Misal, sebelumnya kita menyasar segmen rumah tangga. Kita bisa mengubahnya ke segmen karyawan kantoran dengan anutan pendapatan berlangganan per minggu. Bila tidak berhasil menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan, ubah lagi ke segmen katering program kantoran dengan harga per transaksi. Bila tetap tidak berhasil, coba lagi segmen katering untuk guru dan anak sekolah. Utak-atik utamanya pada komponen segmen, pendapatan, dan keunggulan. Coba terus hingga menemukan model bisnis yang menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan dan sesuai harapan.
Kelincahan dalam memodifikasi model bisnis mesti dimiliki setiap perjuangan rintisan dalam mencapai critical mass mereka (baca post sebelumnya). Ingat, apapun planning yang kita letakkan di awal sesungguhnya tak lebih dari perkiraan yang dikelilingi begitu banyak ketidakpastian. Jangan kaku dan rigid. Sangat mungkin model bisnis yang kesannya berhasil tidak sama dengan yang kita rencanakan di awal.
McDonald’s tidak akan jadi restoran raksasa bila Ray Kroc tidak tiba memperkenalkan model bisnis waralaba. Kita tidak akan kenal Coca Cola sebagai minuman ringan bila dulu Kolonel John Pemberton tidak mengubahnya dari obat penenang. Amazon tidak akan jadi toko terbesar di dunia bila tetap berjualan buku.
Model bisnis ialah ujian terbesar bagi kita di masa-masa awal usaha. Kemampuan kita dalam mengadaptasikan banyak sekali model bisnis ke dalam perjuangan sangat memilih nasib dan masa depannya.
Anda bisa mencar ilmu cara menurunkan derajat ketidakpastian dan mengelola peluang di kelas online saya di Arkademi berjudul MENGGALI DAN MENGEMBANGKAN PELUANG KEWIRAUSAHAAN.
Gunakan aba-aba voucher DISKON2018 untuk cuilan harga 15% untuk 20 pengguna pertama aba-aba diskon.(*)
Sumber aciknadzirah.blogspot.com