Random post

Friday, April 28, 2017

√ Askep Hirschsprung (Hisprung) - Kepingan I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Bangsa yang maju yaitu yang bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi yang merupakan belahan dari pembangunan nasional yaitu mewujudkan bangsa yang maju dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri serta sejahtera lahir dan batin. Hal ini diwujudkan dengan adanya paradigma sehat dan visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010 ( Dep Kes RI 1999 ).
Derajat kesehatan ini tidak hanya dilihat dari status kesehatan orang cukup umur tetapi juga status kesehatan pada anak-anak. Penyakit yang terjadi pada bawah umur bias disebabkan oleh penyakit congenital ( bawaan ) dan non congenital, salah satu penyakit pada anak yang bersifat congenital yaitu Hirschsprung's disease.
Hirschsprung's disease yaitu penyakit tidakadanya sel-sel ganglion dalam rectum atau belahan rectosigmoid colon dimana ketidakadaan ini mengakibatkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltic serta tidak adanya penyelamatan khusus spontan. ( Rusli Arif, 2008 )
Aganglionik megacolon kongenital, atau Hirschsprung's disease, merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus pada neonatus.Penyakit ini ditemukan oleh seorang dokter anak Denmark berjulukan Harald Hirschsprung pada tahun 1886. Sejak dikenal pertama kali pada tahun 1886 dan semenjak operasi untuk penyembuhannya diperkenalkan pada tahun 1948, kemajuan yang stabil telah didapatkan dalam hal etiologi dan patofisiologi daripenyakit ini. Penyakit tersebut dikala ini hampir selalu sanggup didiagnosa pada awal masa bayi yang memungkinkan intervensi lebih awal dan hasil jadinya lebih baik, dimana tingkat mortalitasnya dikala ini yaitu 1 - 3%.
Hirschsprung's disease terjadi pada sekitar 1 tiap 5000 kelahiran hidup. Sekitar 7% pasien lahir secara prematur. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan lebih besar pada laki-laki 3.4:1. namun demikian pada penyakit segmen pendek, rasionya menjadi 4:1, sedangkan pada penyakit segmen panjang rasionya menurun menjadi 1:1, dan untuk Hirschsprung's disease total kolon rasionya lebih besar pada perempuan 1.6:1. Aganglionosis meluas pada kawasan rectosigmoid pada 75% pasien, hingga ke kolon asenden 17%, dan yang melibatkan keseluruhan colon serta ileum terminal pada 8% pasien. Aganglionosis keseluruhan usus sangat jarang dilaporkan. Daerah aganglionik terbatas diantara dua segmen usus yang terganglionisasi, amat sangat jarang. Sekitar 8% pasien mempunyai ‘familial' Hirschsprung's disease. Ryan menemukan bahwa 20% bayi dengan long-segment disease mempunyai keluarga yang terkena dibandingkan dengan hanya 3% pada mereka yang dengan short-segment disease.
Kelainan lainnya yang terkait terjadi pada sekitar 20% pasien, yang tersering yaitu Down syndrome, terjadi antara 8 dan 16% pasien. Pasien dengan Down syndrome mempunyai prognosis yang lebih jelek sesudah pengobatan lantaran adanya peningkatan enterokolitis terkait Hirschsprung's (pada sekitar 50%), hasil fingsional yang lebih jelek dengan berlanjutnya kontinensia feces, dan peningkatan mortalitas (sampai dengan 38%).
Kelainan lainnya yang terkait termasuk defek jantung kongenital pada 7,8%, kelainan genitourinaria pada 5.6%, dan kelainan gastrointestinal lainnya pada 3.9% pasien. Salah satu kondisi lainnya yang jarang terjadi, disebut dengan ‘neurocristopathy', yaitu korelasi antara Hirschsprung's disease (biasanya dengan keterlibatan keseluruhan kolon) dengan sindroma hipoventilasi sentral (Ondine's curse) dan neuroblastoma.

B.   Tujuan
  1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini yaitu untuk mendapat citra positif mengenai asuhan keperawatan pada pasien Hirschsprung's disease.
  1. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini yaitu untuk mendapat citra positif tentang:
a.       Pengkajian data yang menunjang problem keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease
b.      Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease
c.       Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease.
d.      Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease
e.       Pelaksanaan penilaian pada pasien dengan Hirschsprung's disease

C. Metode Penulisan
Dalam laporan studi masalah ini penulis memakai metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dari masalah yang diamati dengan apa adanya, bahan-bahan yang dibutuhkan didapat dengan memakai banyak sekali teknik pengumpulan data yaitu:
  1. Studi kepustakaan yaitu perjuangan memperoleh data secara teori yang bekerjasama dengan laporan ini.
  2. Studi masalah secara pribadi pada klien serta berpartisifasi aktif dalam menawarkan asuhan keperawatan.
  3. Wawancara dengan klien dan keluarga, petugas kesehatan yang mengetahui perihal keadaan klien memvalidasi melalui status.
  4. Pemeriksaan fisik pribadi kepada klien.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan, laporan studi masalah ini yaitu sebagai berikut :
BAB I       PENDAHULUAN berisikan klarifikasi mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan laporan kasus.
BAB II      TINJAUAN TEORITIS berisikan perihal konsep dasar terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi, citra klinis, komplikasi, patofisiologi, agenda terapi, pencegahan, pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan dan intervensi.

BAB III    PENUTUP berisikan Kesimpulan.

Sumber http://macrofag.blogspot.com