Random post

Monday, April 24, 2017

√ Pengertian Elastisitas Produksi Dan Kurva, Rumus, Teori, Dan Pola Elastisitas Produksi

Seringkali muncul pertanyaan, seberapa besar efek faktor produksi terhadap produksi. Perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh perubahan pada faktor produksi yang dipakai, sanggup dinyatakan dengan elastisitas produksi. 

 seberapa besar efek faktor produksi terhadap produksi √ Pengertian Elastisitas Produksi dan Kurva, Rumus, Teori, dan Contoh Elastisitas Produksi

Yang disebut dengan elastisitas produksi yaitu rasio perubahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai. Misalnya perubahan relatif dari jumlah faktor produksi yang digunakan yaitu + 5%, sedangkan perubahan relatif dari jumlah produk yang dihasilkan sebagai akhir dari perubahan pemakaian faktor produksi itu ialah +10%, maka dikatakan bahwa elastisitas produksi yaitu 10% / 5% = 2,0. 

Elastisitas produksi ini juga disebut dengan koefisien fungsi dan disimbolkan dengan tanda e atau eprod. Rumus dan Hubungan antara eprod dengan produk rata-rata dan produk marginal yaitu sbb:
eprod = (dY/Y) / (dX/X)         (definisi)
eprod= (dY/Y)*(X/dX)
eprod = (dY/dX)*(X/Y) = MP/AP     (Produk marjinal/produk rata-rata)

Kurva Elastisitas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi
Berdasarkan nilai dari eprod ini, para mahir teori ekonomi produksi membagi suatu proses produksi dalam kawasan produksi sebagai berikut:

#1- Daerah dengan eprod > 1 
Pada tingkat produksi dimana MP > AP, besar eprod > 1. 
Ini berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk lebih besar dari 1%. Persen penambahan faktor produksi menghasilkan persen pemanis produksi yang lebih besar. Pada kondisi ini digambarkan kurva produk marjinal berada diatas kurva produk rata-rata.

Dalam kawasan ini produk rata-rata naik terus. Apabila produksi bersangkutan memang menguntungkan untuk dijalankan, pengusaha masih terus akan memperbesar produksinya semoga pendapatan meningkat dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak, selama produk rata-rata itu masih terus naik. Makara dimanapun dalam kawasan ini belum akan tercapai pendapatan maksimum, lantaran pendapatan itu masih selalu  sanggup diperbesar. Karenanya kawasan ini dinamakan kawasan tidak rasionil dan ditandai dengan Daerah I dari produksi. 

Tidak rasional kiranya apabila pengusaha menghentikan penggunaan faktor produksi pada kawasan ini, lantaran bahu-membahu penambahan faktor produksi masih sanggup meningkatkan produksi rata-rata atau produktivitas. Pengambilan keputusan yang rasionil dimaksudkan pengambilan keputusan yang didasarkan atas perhitungan untuk mendapat pendapatan yang maksimum dengan jumlah faktor produksi tertentu.

Pada tingkat produksi dimana  MP = AP, eprod=1. 
Pada tingkat ini penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk sebesar 1% juga. Kondisi ini digambarkan pada kawasan dimana besarnya produk marjinal sama dengan produk rata-rata.

#B- Daerah 0<eprod<1
Dalam kawasan ini penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk lebih besar dari 0% dan hingga kurang dari 1%. Tergantung dari harga-harga produk dan faktor produksi maka dalam kawasan inilah akan dicapai pendapatan maksimum, meskipun hingga dikala ini masih belum sanggup ditetapkan di titik mana dari kawasan tersebut. Karena dimungkinkannya dalam kawasan ini pengusaha akan memperoleh laba maksimum, maka kawasan produksi ini disebut kawasan rasionil dan ditandai dengan Daerah II dari produksi. 

Pada kawasan II inilah akan tercapai kondisi efisiensi irit sesudah mempertimbangkan harga produk dan harga faktor produksi. Kondisi dimana eprod = 1, maka akan tercapai produksi rata-rata (produktivitas) maksimum, kawasan inilah efisiensi teknis tercapai. Daerah II dari produksi itulah yang menjadi sentra perhatian pengusaha, alasannya di kawasan itulah terdapatnya pendapatan yang maksimum.

#C- Daerah eprod < 0
Pada tingkat produksi dimana MP = 0, besar eprod=0 juga. 
Pada tingkat ini penambahan faktor produksi sebesar 1% tidak akan menyebabkan perubahan pada produk total. Dalam kawasan produksi ini penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan (penambahan negatif) produk. Makara penambahan faktor produksi di kawasan ini akan mengurangi pendapatan. Karenanya dinamakan juga dengan kawasan tidak rasionil dan ditandai dengan Daerah III dari produksi. Akhirnya pada tingkat produksi dimana MP bernilai negatif, maka eprod<0.

Demikian ulasan artikel kami terkait Pengertian Elastisitas Produksi dan Kurva, Rumus, Teori, dan Contoh Elastisitas Produksi yang sanggup anda jadikan materi sebagai Makalah Elastisitas Produksi. Semoga bermanfaat dan mohon maaf jikalau ada kesalahan. 

Sumber: Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta: CSS.

Sumber http://www.galinesia.com