Random post

Monday, May 1, 2017

√ Interaksi Komunikasi Dalam Wawancara Penelitian Kualitatif

Telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya yang berjudul “wawancara dalam pengumpulan data penelitian kualitatif”, wawancara menjadi instrument pengumpulan data yang utama. Sebagian besar data diperoleh melaui wawancara, untuk itu penguasaan teknik wawancara sangat mutlak dipelukan. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika melaksanakan wawancara, jangan hingga subyek merasa menyerupai sedang diintrogasi oleh peneliti. Jika subyek merasa bahwa dirinya diintrogasi, maka subyek akan merasa tidak nyaman dan merasa terancam alasannya yakni dalam introgasi terkandung unsur tekanan dari salah satu pihak. Jika hal ini hingga terjadi, maka kejujuran dan keterbukaan subyek akan terganggu yang nantinya akan mensugesti validitas data yang diperoleh.

Telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya yang berjudul  √ Interaksi Komunikasi Dalam Wawancara Penelitian Kualitatif

Komunikasi dalam wawancara mempunyai beberapa tingkatan, dimana dalam setiap tingkatan, terdapat situasi-situasi yang berbeda. Tingkatan dalam interaksi ada tiga. Tiga tingkatan interaksi komunikasi yang terjadi ketika wawancara antara lain:

#1. Interaksi tingkat Satu

Layaknya pertemuan pertama, interaksi tingkat satu merupakan interaksi pembuka yang relatif kondusif nyaman, penuh dengan penerimaan sosial, tidak ada tekanan, dan lebih santai. Penelitian dan subyek penelitian masih berada pada aliran dan ide-idenya masing-masing, topik-topik yang dibicarakan masih bersifat umum dan belum spesifik membahas topik yang utama. Saling memperkenalkan diri umumnya isi dari interaksi tingkat satu ini. Basa-basi masih sangat kental pada interaksi tingkat satu, sehingga belum terdapat prasangka judgment serta masih belum mengungkap perilaku atau perasaan masing-masing pihak.

Dalam interaksi tingkat satu, trust antara kedua pihak masih sangat kecil. Biasanya masing-masing pihak masih memakai topeng, dan jarak personal masih jauh. Dalam tingkat ini, ketika terjadi ketidaknyamanan dari salah satu pihak (biasannya interviewee/subyek penelitian), yang biasa terjadi yakni penarikan diri atau melaksanakan ego defences macthanism. Jika interaksi tingkat satu ini berjalan dengan baik dan lancar, maka akan dilanjutkan dengan interksi tingkat dua.

#2. Interaksi Tingkat Dua

Pada interaksi tingkat dua, percakapan antara interviewer dan interviewee sudah semakin spesifik, sudah ada kecocokan secara personal, sudah terdapat pembicaraan-pembacaraan kontroversial yang sehat. Selain itu, bahan pembicaraan sudah menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi menyerupai nilai, sikap, kepercayaan (trust), dan lain sebagainya.

Dalam interaksi tingkat dua, percakapan sudah separuh ‘aman’ yang berarti bahwa pembicaraan sudah mulai mengungkap hal-hal yang agak pribadi tetapi belum sepenuhnya terbuka. Ide-ide, perasaan dan banyak sekali gosip sudah mulai sanggup tergali alasannya yakni trust yang mulai muncul. Pembicaraan yang sifatnya superfisial (yang tidak terlalu penting) sudah mulai ditinggalkan. Tetapi, perlu diwaspadai bahwa resiko subyek untuk menarik diri juga masih ada ketika subyek menemukan ketidak nyamanan atau ada kalimat-kalimat yang sensitif dalam komunikasi pada tingkat dua ini.

#3. Interaksi tingkat tiga

Pada interaksi tingkat tiga, percakapan antara interviewer dan interviewee sudah sangat dekat, trust sudah terbentuk sempurna. Pembicaraan antara kedua perties sudah semakin intim, dan sudah melibatkan pembicaraan yang bersifat kontroversial. Masing-masing parties sudah semakin terbuka dalam mengemukakan perasaan, sikap, persepsi, dan lain sebagainya.

Penggalian data yang mendalam dalam menyangkut hal-hal penting sudah sanggup dilakukan ada interksi tingkat tiga. Proses memahami akan semakin gampang kalau interaksi komunikasi sudah mencapai interaksi tingkat tiga. Semakin dalam tingkatan interaksi komunikasi antara peneliti dengan subyek penelitian, maka data yang diperoleh akan semakin sanggup dipertanggung jawabkan sebagai saran, sebaiknya jangan pernah menarik kesimpulan dalam proses wawancara sebelum interaksi komunikasi hingga pada tingkat tiga

Ada beberapa hal yang perlu diingat sebagai seorang peneliti ketika melaksanakan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hal tersbut berkaitan dengan fungsi peneliti dalam proses wawancara antara lain; 

Pertama, ingatlah selalu bahwa peneliti sebagai interviewer, berfungsi bukan hanya sebagai penggali data tetapi lebih jauh lagi yaitu untuk memahami subyek yang diteliti. 

Kedua; pertimbangkan situasi dan kondisi ketika ingin wawancara. Hal tersebut berkaitan dengan fleksibitas penggalian data, yaitu kalau situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara pada ketika yang ditentukan, sebagai proses wawancara ditunda saja demi menjaga keoptimalan data yang dihasilkan. 

Ketiga, peneliti kualitatif harus jeli melihat simbol yang terjadi selama wawancara dan jangan abaikan hal kecil yang terjadi (untuk kepentingan observasi). 

Keempat, jangan lupa selalu membawa catatn kecil untuk mencatat hal yang terjadi secara tiba-tiba alasannya yakni biasanya selalu ada hal hal yang penting yang terjadi secara tidak terduga ketika proses wawancara berlangsung.

Demikian ulasan artikel terkait dengan Interaksi komunikasi dalam wawancara penelitian kualitatif yang kami lansir dari buku yang berjudul “wawancara, observasi, dan focus groups” yang ditulis oleh Haris Herdiansyah pada tahun 2013 yang diterbitkan oleh Kharisma Putra Utama Offset di Jakarta. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Sumber http://www.galinesia.com