KONSEP KECEMASAN
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan seseorang, akan adanya ancaman yang akan mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman tersebut. Secara subyektif, kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman, sehingga perasaan tersebut inginnya secepatnya secepat-cepatnya dihalau. Secara obyektif, kecemasan merupakan suatu teladan psikobiologik yang memiliki fungsi pemberitahuan (alarm) akan adanya bahaya, sehingga membutuhkan perencanaan tindakan yang efektif dalam bentuk perjuangan pembiasaan diri terhadap stress berat psikik, psikis dan juga konflik (Ayub, Sani : OTC DIGEST, 2006)
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak sanggup diobservasi secara pribadi serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan ialah respons emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan ialah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak terperinci dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati, 2005).
Kecemasan ialah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan acara sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik (Carpenito, 2000).
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan tanda-tanda somatik yang mengambarkan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA) Kecemasan merupakan tanda-tanda yang umum tetapi non- spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh atau mal-adaptif. (Kaplan & Sadock, 1998).
Kecemasan ialah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatic yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan ialah tanda-tanda yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma Wijaya, 1997).
Kecemasan sanggup meningkatkan atau menurunkan kemampuan seseorang untuk memperlihatkan perhatian (Perry & Potter, 2005). Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut ialah adanya obyek/sumber yang spesifik dan sanggup diidentifikasikan serta sanggup dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan evaluasi intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis (Suliswati, 2005).
2. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak niscaya dan tidak berdaya. Menurut Peplau ( Suliswati, 2005) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu :
1) Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotifasi individu untuk berguru dan bisa memecahkan duduk perkara secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih sanggup melaksanakan sesuatu dengan isyarat orang lain.
3) Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak sanggup berfikir wacana hal-hal lain. Seluruh sikap dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah / isyarat untuk terfokus pada area lain.
4) Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak bisa melaksanakan apapun meskipun dengan perintah.Terjadi peningkatan acara motorik, berkurangnya kemampuan berafiliasi dengan orang lain, penyimpagan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak bisa berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.
3. Rentang Respon Kecemasan.
- Respon Terhadap Kecemasan
1) Respon Fisiologis.
Tabel 2 . Respon Kecemasan
Sistem Tubuh | Respon |
Kardiovaskuler | Palpitasi Jantung berdebar Tekanan darah meninggi Rasa mau pingsan Pingsan Tekanan darah menurun Denyut nadi menurun |
Pernapasan | Napas cepat Napas pendek Tekanan pada dada Napas dangkal Pembengkakan pada tenggorok Sensasi tercekik Terengah-engah |
Neuromuskuler | Reflek meningkat Reflek kejutan Mata berkedip-kedip Insomnia Tremor Rigiditas Gelisah Wajah tegang Kelemahan umum Kaki goyah Gerakan yang janggal |
Gastrointestinal | Kehilangan nafsu makan Menolak makanan Rasa tidak nyaman pada abdomen Mual Rasa terbakar pada jantung Diare |
Traktus Urinarius | Tidak sanggup menahan kencing Sering berkemih |
Kulit | Wajah kemerahan Berkeringat setempat (telapak tangan) Gatal Rasa panas dan hambar pada kulit Wajah pucat Berkeringat seluruh tubuh |
(Sumber : Stuart & sundeen,1998)
2) Respon Psikologis
Kecemasan sanggup menghipnotis aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan menghipnotis koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu korelasi dengan orang lain. Kecemasan sanggup menciptakan individu menarik diri dan menurunkan katerlibatan dengan orang lain. (Suliswati, 2005).
3) Respon Kognitif
Kecemasan sanggup menghipnotis kemampuan berfikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya ialah tidak bisa memperhatikan, konsentrasi menurun, gampang lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. (Suliswati, 2005).
4) Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga terhadap kecemasan. (Suliswati, 2005).
- Faktor Predisposisi
1) Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan ialah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, ego atau saya berfungsi menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan ialah mengingatkan ego wacana sesuatu ancaman yang perlu dihindari.
2) Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berafiliasi dengan stress berat pada masa pertumbuhan menyerupai perpisahan dan kehilangan menimbulkan seseorang tidak berdaya. Orang dengan harga diri rendah biasanya sangat gampang untuk mengalami kecemasan berat.
3) Teori Perilaku
Menurut pandangan sikap kecemasan merupakan produk putus asa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar sikap lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk berguru menurut impian dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar wacana pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dibutuhkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering memperlihatkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
4) Teori Keluarga
Kajian keluarga memperlihatkan gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.
5) Teori Biologik
Kajian biologi menenjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk biodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam amino Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berafiliasi dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang memiliki tanggapan konkret sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart &sundeen,1998).
- Menurut Carpenito (2000) faktor–faktor yang menghipnotis kecemasan ialah :
1) Situasi (personal, lingkungan )
Berhubungan dengan nyata/merasa terganggu pada integritas biologis sekunder terhadap serangan, mekanisme invasif dan penyakit. Adanya perubahan nyata/merasakan adanya perubahan lingkungan sekunder terhadap perawatan di Rumah Sakit.
2) Maturasional
Tingkat maturasi individu akan menghipnotis tingkat kecemasan. Pada bayi kecemasan lebih disebabkan lantaran perpisahan, lingkungan atau orang yang tidak dikenal dan perubahan korelasi dalam kelompok sebaya. Kecemasan pada remaja lebih banyak didominasi disebabkan oleh perkembangan secual. Pada cukup umur berafiliasi dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berafiliasi dengan kehilangan fungsi.
3) Tingkat Pendidikan
Bila dilihat dari tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin gampang dalam memperoleh pembiasaan diri terhadap stresor. Penyesuaian diri terhadap stresor tersebut bersahabat kaitannya dengan pemahaman seseorang terhadap dukungan informasi yang sempurna mengenai stressor. Individu yang berpendidikan tinggi akan memiliki koping yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah sehingga sanggup mengeliminir kecemasan yang terjadi.
4) Karakteristik Stimulus
· Intensitas stresor
· Lama stresor
· Jumlah Stresor
5) Karakteristik Individu
· Makna stresor bagi individu
· Sumber yang sanggup dimanfaatkan dan respon koping
· Status kesehatan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ibrahim,.Ayub Sani. 2006. Mengantisipasi Gangguan Cemas. Jakarta : OTC DIGEST Edisi 2 Tahun I.
Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika
Kusuma, DR.Wijaya. 1997. Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Jakarta : ofessional Books.
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta :EGC
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta ; EGC
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.