Random post

Friday, August 25, 2017

√ Askep Stress Berat Abdomen


TRAUMA ABDOMEN

Insiden stress berat abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada stress berat tumpul abdomen dari pada stress berat tusuk. Walaupun tehnik diagnostik gres sudah  banyak dipakai, contohnya Computed Tomografi, namun stress berat tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi jago klinik.
Diagnosa dini diharapkan untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit lantaran adanya jejas yang tidak terang pada area lain yang terkait.

PATOFISIOLOGI
Jejas pada abdomen sanggup disebabkan oleh stress berat tumpul atau stress berat tajam. Pada stress berat tumpul dengan velisitas rendah  (misalnya akhir tinju) biasanya mengakibatkan kerusakan satu organ. Sedangkan stress berat tumpul velositas tinggi sering mengakibatkan kerusakan organ multipel, menyerupai organ padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-organ berongga. (Sorensen, 1987)

Yang mungkin terjadi pada stress berat abdomen ialah :

Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi sanggup disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, contohnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera setelah stress berat dan timbul tanda-tanda peritonitis hebat.
Bila perforasi terjadi di pecahan bawah menyerupai kolon, mula-mula timbul tanda-tanda lantaran mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen lantaran perangsangan peritoneum.
Mengingat kolon tempat basil dan hasil karenanya ialah faeses, maka jikalau kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan tercemar oleh basil dan faeses. Hal ini sanggup mengakibatkan peritonitis yang berakibat lebih berat.

Perdarahan
Setiap stress berat abdomen (trauma tumpul, stress berat tajam, dan tembak) sanggup mengakibatkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada stress berat ialah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus pada stress berat tumpul biasanya terhindar. Diagnostik perdarahan pada stress berat tumpul lebih sulit dibandingkan dengan stress berat tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk memilih secepatnya, apakah ada perdarahan dan tindakan segera harus dilakukan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Sebagai teladan ialah stress berat tumpul yang mengakibatkan perdarahan dari limpa. Dalam taraf pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umum perangsangan peritoneal belum ada sama sekali. Dalam hal ini sebagai pedoman untuk memilih limpa robek (ruptur lienalis) ialah :
·         Adanya bekas (jejas) stress berat di kawasan limpa
·         Gerakkan pernapasan di kawasan epigastrium kiri berkurang
·         Nyeri tekan yang hebat di ruang interkostalis 9 - 10 garis aksiler depan kiri.

DIAGNOSTIK
Riwayat
Dapatkan keterangan mengenai perlukaannya, bila mungkin dari penderitanya sendiri, orang sekitar korban, pembawa ambulans, polisi, atau saksi-saksi lainnya, sesegera mungkin, bersamaan dengan perjuangan resusitasi.


Penemuan
Trauma tumpul pada abdomen secara tipikal mengakibatkan rasa nyeri tekan, dan rigiditas otot, pada kawasan terjadinya rembesan darah atau isi perut. Tanda-tanda ini sanggup belum timbul sampai 12 jam atau lebih pasca trauma, sehingga kadanga-kadang diharapkan pengamatan yang terus-menerus yang lebih lama. Nyeri yang berasal dari otot dan tulang, mungkin malah tak terdapat tanda-tanda objektif yang sanggup menunjukan perlukaan viseral yang luas. Fraktur pada iga pecahan bawah sering kali menyertai perlukaan pada hati dan limpa. Pemeriksaan rektum secaga digital, sanggup mengakibatkan adanya darah pada feses

Test Laboratorium
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis, sedangkan test lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine, dan serum sanggup membantu untuk memilih adanya perlukaan pankreas atau perforasi usus.

Foto Sinar X
·         Film polos abdomen sanggup mengatakan adanya udara bebas intraperitoneal, obliterasi bayangan psoas, dan penemuan-penemuan lainnya yang pada umunya tak khas. Fraktur prosesus transversalis  menunjukan adanya stress berat hebat, dan harus mengingatkan kita pada kemungkinan adanya perlukaan viseral yang hebat.
·         Film dada sanggup mengatakan adanya fraktur iga, hematotorak, pnemotorak, atau lainnya yang bekerjasama dengan perlukaan thorak
·         Penderita dengan tauma tumpul sering memerlukan foto thorak sinar X tengkorak, pelvis, dan anggota gerak lainnya.
·         Studi kontras pada susukan kemih diharapkan bila terdapat hematuria.
·         Foto sinar X dengan kontras pada susukan pencernaan atas dan bawah, diharapkan pada kasus tertentu.
·         C.T Scan abdomen sangat membantu pada beberapa kasus, tetapi  inibelim banyak dilakukan.
·         Angiografi sanggup memecahkan teka-teki tantang perlukaan pada limpa, hati, dan pakreas. Pada kenyataanya, angiografi abdominal jarang dilakukan.

Test Khusus
Lavase peritoneal berkhasiat untuk mengetahui adanya perdarahan intraabdomen pada suatu stress berat tumpul, bila dengan investigasi fisik dan radilogik, diagnosa masih diragukan. Test ini tak boleh dilakukan pada penderita yang tak kooperatif, melawan dan yang memerlukan operasi abdomen segera. Kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu. Posisi panderita terlentang, kulit pecahan bawah disiapkan dengan jodium tingtur dan infiltrasi anestesi lokal di garis tengah, diantara umbilikus dan pubis. Kemudian dibentuk insisi kecil, kateter dialisa peritoneal dimasukkan ke dalam rongga peritoneal. Ini sanggup dibantu/dipermudah oleh otot-otot 
abdomen penderta sendiri, dengan jalan meikan kepala penderita. Kateter ini harus dipegang dengan kedua tangan, untuk mencegah tercebur secara acak ke dalam rongga abdomen.
Tehnik yang lebih kondusif ialah dengan  menciptakan insisi sepanjang 1 cm pada fasia, dan kateter di masukkan ke dalam rongga peritoneal dengan pengamatan secara langsung. Pisau ditarik dan  kateter dimasukkan secara hati-hati ke pelvis ke arah rongga sakrum. Adanya anutan darah secara impulsif pada kateter membuktikan adanya perdarahan secara positif. Tetapi ini jarang terjadi. Masukan 1000 cc larutan garam fisiologis ke dalam rongga peritoneal (jangan larutan dextrose), biarkan cairan ini turun sesuai dengan gaya grvitasi. Adanya perdarahan intraabdominal ditandai dengan warna merah menyerupai anggur atau  adanya hematokrit 1% atau lebih pada cairan tersebut (cairan itu keluar kembali). Bila cairan tetap, bening atau hanya sedikit berubah merah tandanya negatif.

PENATALAKSANAAN
1.      Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika penderita dalam keadaan syok dihentikan dilakukan tindakan selain pemberantasan syok (operasi)
2.      Pemberian antibiotika IV pada penderita stress berat tembus atau pada stress berat tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
3.      Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka lantaran benda tajam yang dangkal hendaknya diekplorasi dengan menggunakan anestesi lokal, bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak diharapkan laparatomi.
4.      Penderita dengan stress berat tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang mewaspadai kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
5.      Laparatomi
·         Prioritas utama ialah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan kassa sanggup menghentikan perdarahan yang berasal dari kawasan tertentu, tetapi yang lebih penting ialah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
·         Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan pecahan usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
·         Melalui ekplorasi yang secama amati dan teliti seluruh alat-alat di dalamnya. Korban stress berat tembus memerlukan pengamatan khusus terhadap adanya kemungkinan perlukaan pada pankreas dan duodenum.
·         Hematoma retroperitoneal yang tidak meluas atau berpulsasi dihentikan dibuka.
·         Perlukaan khusus perlu diterapi
·         Rongga peritoneal harus dicuci dengan larutan garam fisiologis sebelum ditutup
·         Kulit dan lemak subcutan dibiarkan terbuka bila ditemukan kontaminasi fekal, penutupan primer yang terlambat akan terjadi dalam waktu 4 - 5 hari kemudian.  


PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan aspek penting pada stress berat abdomen lantaran stress berat ini membutuhkan tindakan segera. Hal-hal yang dikaji mencakup :  (Sorensen 1987)
1.      Kumpulkan riwayat perihal kejadian trauma.
2.      Kaji pasien terhadap tanda-tanda distensi abdomen lanjut. Adanya nyeri tekan, gerakan usus tak teratur, kaku otot., suara usus hilang, hipotensi dan syok.
3.      Auskultasi suara usus, tidak adanya suara usus merupakan tanda terlibatnya intraperitoneal. Bila terdapat tanda-tanda iritasi peritoneal biasanya dilakukan ekploprasi celiotomy.
4.      Catat semua keadaan fisik pasien seprti; investigasi yang dilakukan.
5.      Amati adanya cedera dada yang sering merupakan penyerta


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang timbul pada stress berat abdomen sering merupakan duduk kasus medis yang perlu penanganan segera menyerupai perdarahan,syok hipovolemik, potensial infeksi, dan tetanus.
Diagnosa keperawatan muncul terutama setelah akhir mekanisme pembedahan abdominal yang dilakukan. Menurut Sparks 1991 diagnosa keperawatan pada pasien laparatomi mencakup :
·         Potensial bisul sehubungan dengan adanya luka operasi
·         Potensial injuri sehubungan dengan gangguan aktifitas
·         Nyeri sehubungan dengan adanya luka operasi
·         Potensial kerusakan integritas kulit stoma sehubungan dengan absorpsi sekresi cairan dari drainage.
·         Gangguan body image sehubungan dengan adanya kolostomy (stoma)

RENCANA TINDAKAN
Tujuan yang ingin dicapai ialah mengurangi penyulit seperti;  perdarahan, mengenal tanda-tanda awal komplikasi dan mengatasi nyeri yang dialami pasien.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
·         Theodore, R. Schrock, M.D, Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran
·         Purnawan Junadi, et al , Kapita Selekta Kedokteran , edisi ke II , Media Aesculapius, FK-UI 1982.
·         Marylin Doenges, Nursing Care Plans,F.A Davis Company, Philadelpia, 1984  

Sumber http://macrofag.blogspot.com