![]() |
Hakikat Ruang Lingkup Ilmu Sejarah |
Pengertian Sejarah
Sejarah yakni insiden yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan banyak sekali peristiwa. Peninggalan-peninggalan itu disebut sumber sejarah. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya masa lampau; masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut sajaratun (syajaroh), artinya pohon dan keturunan. Jika kita membaca silsilah raja-raja akan tampak menyerupai gambar pohon dari sederhana dan berkembang menjadi besar, maka sejarah sanggup diartikan silsilah keturunan raja-raja yang berarti insiden pemerintahan keluarga raja pada masa lampau.
Dalam bahasa Yunani, kata sejarah disebut istoria, yang berarti belajar. Jadi, sejarah yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa, insiden yang terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam bahasa Jerman, kata sejarah disebut geschichte yang artinya sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Adapun berdasarkan Sartono Kartodirdjo, sejarah yakni rekonstruksi masa lampau atau insiden yang terjadi pada masa lampau.
Ada tiga aspek dalam sejarah, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Masa lampau dijadikan titik tolak untuk masa yang akan tiba sehingga sejarah mengandung pelajaran perihal nilai dan moral. Pada masa kini, sejarah akan sanggup dipahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang terdahulu sebagai suatu cermin untuk menuju kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberi kita citra perihal kehidupan insan dan kebudayaannya di masa lampau sehingga sanggup merumuskan relasi lantaran tanggapan mengapa suatu insiden sanggup terjadi dalam kehidupan tersebut, walaupun belum tentu setiap insiden atau insiden akan tercatat dalam sejarah.
Sejarah terus berkesinambungan sehingga merupakan rentang insiden yang panjang. Oleh lantaran itu, sejarah mencakup:
- masa kemudian yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu (kronologis);
- ada hubungannya dengan lantaran akibat;
- kebenarannya bersifat subjektif lantaran masih perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari kebenaran yang hakiki;
- peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masakini, dan masa yang akan datang.
Sejarah sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu, dan Seni
Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah menerima citra perihal kehidupan insan di masa lampau. Sejarah sebagai insiden yang telah terjadi pada masa lampau menjadikan kita mustahil lagi mengamati insiden tersebut, yang sanggup kita amati yakni sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa. Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya insiden sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut sanggup dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, sanggup diketahui lantaran tanggapan terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu insiden atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian insiden yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan insan semenjak dahulu hingga sekarang, bahkan prediksi insiden yang akan datang.
Sejarah sebagai kisah
Semua hasil karya cipta insan merupakan suatu bukti dari kisah insan yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwaperistiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah yakni hasil karya, cipta, dan penelitian banyak sekali andal yang kemudian menulisnya. Penulisan yang sanggup dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran insiden yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah yakni insiden masa kemudian yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang sanggup dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah gampang lantaran jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh lantaran itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga sanggup dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian insiden atau insiden dalam lingkup kehidupan insan menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah dikatakan sebagai ilmu lantaran merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai insiden masa lampau. Menurut C.E. Berry, sejarah yakni suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih. Adapun berdasarkan York Powell, sejarah bukanlah hanya sekadar suatu kisah indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Oleh lantaran itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan metode-metode dan banyak sekali standar ilmiah yang sanggup dipertanggungjawabkan. Kebenaran itu sanggup dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga sanggup mendapatkan amanah sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu lantaran sejarah mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain ada dilema yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.
Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu sanggup memenuhinya, dikarenakan:
- objek kajian sejarah ialah kejadian- insiden di masa kemudian yang merupakan lantaran akibat;
- adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
- kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
- kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
- fakta bersifat subjektif lantaran tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" insiden ini sendiri. Namun kebenaran fauna yakni juga objektif, maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan dan masyarakat luas.
Sejarah sebagai seni
Tokoh penganjur sejarah sebagai seni yakni George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah insiden sejarah tidaklah mudah, lantaran memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan sanggup sebagai propaganda. Sejarawan era 19 berjulukan Comte, Spencer,danMill menyebutkan bahwa metode dan perilaku ilmiah pengetahuan alam sanggup dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun berdasarkan Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut yakni tidak benar, lantaran sifat alami dari pengetahuan alam yakni sesuatu yang selalu faktual dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat absurd tidak gampang menganalisisnya. Oleh lantaran itu, sejarah yakni pengetahuan perihal rasa. Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif bisa menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, berdasarkan George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya gampang dimengerti. Dengan demikian, diharapkan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu insiden sejarah yang sanggup dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh lantaran itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi andal seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.
Periodisasi dan Kronologi dalam Ilmu Sejarah
Periodisasi
Pengertian periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang dipergunakan untuk banyak sekali peristiwa. Kompleksnya insiden yang terjadi dalam kehidupan insan pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis insiden tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya.
Rentang waktu atau masa semenjak insan ada hingga kini merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para andal sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Untuk mempermudah pembabakan kehidupan manusia, para andal menyusun periodisasi sejarah.
Periodisasi dipakai untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibentuk oleh banyak peneliti berakibat adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat subjektif yang dipengaruhi subjek permasalahan serta langsung penelitinya.
Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan zaman sejarah.
Zaman praaksara, yaitu zaman sebelum insan mengenal tulisan. Sejarah sanggup dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak, fitur, ekofak, dan situs. Artefak yakni semua benda yang terang memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia. Fitur yakni artefak yang tidak sanggup dipindahkan tanpa merusak tempatnya. Ekofak yakni benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik. Situs yakni bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.
Zaman sejarah, yaitu zaman di mana insan sudah mengenal tulisan. Zaman sejarah dibagi tiga sebagai berikut.
- Zaman Kuno, yang membicarakan semenjak kerajaan tertua hingga era ke-14. Pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Buddha.
- Zaman Indonesia Baru, mulai era ke-15 yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam hingga era ke-18.
- Zaman Indonesia Modern, semenjak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka hingga kini atau masa kontemporer.
Konsep periodisasi dari Prof. Dr. Soekanto
Menurut pendapat Dr. Soekanto, periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan artinya bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus eksak serta praktis. Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia diusulkan secara kronologis sebagai berikut:
- Masa pangkal sejarah ............................................. – 0
- Masa Kutai-Tarumanegara ..................................... 0 – 600
- Masa Sriwijaya-Medang-Singosari ........................ 600 – 1300
- Masa Majapahit ...................................................... 1300 – 1500
- Masa Kerajaan Islam............................................... 1500 – 1600
- Masa Aceh, Mataram, Makassar ........................... 1600 – 1700
- Masa pemerintah aneh .......................................... 1700 – 1945
Zaman Kompeni (1800 – 1808)
Zaman Daendels (1808 – 1811)
Zaman British Government (1811 – 1816)
Zaman Nederlands – India (1816 – 1942)
Zaman Nippon (1942 – 1945) - Masa Republik Indonesia ........................................ 1945 – Sekarang
Periodisasi berdasarkan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo
Menurut pemikiran Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, sebagai dasar bagi babakan masa (periodisasi) yakni derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa lampau. Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia. Faktor ekonomi memengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri yang mendatangkan efek kebudayaan luar, baik budaya Hindu dari India, budaya Islam dari Asia Barat, serta budaya barat baik dari Eropa atau negara-negara lainnya. Maka ada kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu efek Hindu dan efek Islam. Sebutan dari periode itu menggunakan nama kerajaan lantaran sifat masyarakat pada waktu itu masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris). Adapun periodisasi yang diusulkan oleh Prof. Dr. Sartono yakni sebagai berikut.
- Prasejarah
- Zaman Kuno
Masa kerajaan-kerajaan tertua
Masa Sriwijaya (dari era VII – XIII atau XIV).
Masa Majapahit (dari era XIV – XV). - Zaman Baru
Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak era XVI).
Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX).
Masa pergerakan nasional (abad XX). - Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945).
Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa munculnya banyak pandangan perihal babakan masa periodisasi, menyerupai yang diajukan Prof. Dr. Soekanto dan Prof. Dr. Sartono, disusun dengan:
- memakai dasar perkembangan peradaban (civilization),
- babakan masa didasarkan atas segi kebudayaan (culture), dan
- babakan masa atas dasar agama yang masuk ke Indonesia.
Kronologi
Kronologi yakni catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam insiden sejarah sanggup membantu merekonstruksi kembali suatu insiden berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu sanggup juga membantu untuk membandingkan insiden sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
Untuk mengetahui kronologi sejarah Indonesia, kita perlu mengetahui perkembangan kehidupan dan budaya masa lampau hingga Indonesia di masa sekarang.
Indonesia masa praaksara
Pada masa praaksara Indonesia, kehidupan masyarakatnya masih sederhana. Hal ini sanggup kita ketahui dari peninggalan alat-alat kehidupannya yang terbuat dari kerikil maka disebut zaman batu. Melalui benda-benda budaya yang ditinggalkannya kita sanggup merangkai kembali sejarah perihal kehidupan masa lampau.
Berdasarkan materi dasarnya, perkembangan budaya terbagi dua.
- Zaman batu, dibedakan menjadi zaman kerikil tua, kerikil tengah, kerikil gres dan kerikil besar.
- Zaman logam, dibedakan menjadi zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Di Indonesia, zaman logam dimulai semenjak ditemukannya alat-alat dari perunggu.
Indonesia memasuki zaman sejarah
Sejarah Indonesia dimulai dengan ditemukannya sumber tertulis yang pertama, yakni prasasti Kutai sekitar era ke-5. Hal ini memperlihatkan adanya perkembangan kehidupan masyarakat dari belum mengenal goresan pena hingga bisa menulis sebuah prasasti. Berarti, ada efek tertentu yang bisa memajukan budaya Nusantara. Pengaruh tersebut tidak lain yakni efek Hindu-Buddha. Pengaruh ini terkait dengan agama Hindu dan Buddha.
Pengaruh ini memunculkan sistem pemerintahan baru, yakni bentuk kerajaan yang menggandakan model India. Raja yakni turun temurun, bukan pilihan rakyat dan dikelilingi para bangsawan. Perkembangan hidup dan interaksi insan selanjutnya memunculkan relasi Indonesia dengan pedagang Gujarat. Di kemudian hari, hal ini berdampak pada masuknya efek Islam ke Nusantara melalui pelayaran dan perdagangan.
Perkembangan efek Islam yang pesat balasannya membentuk kerajaan Islam yang pertama di Nusantara, yakni Samudra Pasai, kemudian diikuti kerajaan-kerajaan Islam lain di Jawa maupun di luar Jawa. Kemajuan Islam ini membawa kemajuan budaya Nusantara dengan munculnya bangunan-bangunan bercirikan Islam menyerupai masjid.
Perkembangan interaksi antarbangsa menciptakan bangsa Indonesia tidak sanggup menolak kedatangan bangsa barat yang balasannya menjajah Nusantara, menyerupai kedatangan bangsa Belanda, Portugis, dan Inggris. Penjajah Belanda membawa efek sosial budaya serta politik bagi bangsa Indonesia, bahkan penindasan yang dilakukan pihak Belanda melahirkan gerakan tempat yang berkembang menjadi gerakan nasional dengan ditandai lahirnya Budi Utomo. Puncak dari gerakan nasional ini yakni Proklamasi 17 Agustus 1945 yang melahirkan negara Indonesia dengan pola gres berbentuk republik. Namun sebelumnya, Indonesia jatuh ke tangan Jepang (1942 – 1945). Pada masa pendudukan Jepang penuh dengan kesengsaraan, menyerupai adanya romusha. Penjajahan Jepang berakhir seiring dengan berakhirnya PD II. Jepang mengalah kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945 yang berarti juga Indonesia menerima angin baik untuk segera bertindak dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Indonesia memasuki era gres dalam situasi kemerdekaan, yakni situasi yang mendorong untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur. Bangsa Indonesia mengalami pasang surut tanggapan situasi dan perkembangan zaman, salah satunya adanya bencana nasional G-30-S/PKI (1965), yakni usaha PKI untuk mendirikan negara komunis di Indonesia, tetapi gagal. Hal inilah yang menjadi salah satu lantaran jatuhnya kekuasaan dari tangan Presiden Soekarno ke tangan Presiden Soeharto yang otomatis mengakhiri masa Orde Lama dan berkembang menjadi Orde Baru. Pada perkembangannya, masa Orde Baru dinodai dengan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin merajalela. Akibatnya, banyak sekali tuntutan dan demonstrasi marak di mana-mana. Puncaknya terjadi pada tanggal 16, 17, dan 18 Mei 1998 ketika amuk massa terjadi di banyak sekali kota di Indonesia.
Situasi ini mereda sehabis Presiden Soeharto meletakkan jabatan pada tanggal 21 Mei 1998. Sejak ketika itu masa Orde Baru berakhir, sehabis +32 tahun mendominasi sistem pemerintahan. Sejak ketika itu pula bangsa kita memasuki era reformasi, di mana tatanan kehidupan diupayakan tercapai masyarakat madani yang adil dan makmur sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
Perkembangan sejarah Indonesia hendaknya disusun berdasarkan urutan-urutan insiden dari masa lampau hingga sekarang, sehingga kronologi sejarah Indonesia akan sanggup diketahui dengan jelas. Kronologi merupakan satu-satunya norma objektif yang harus diperhatikan dalam menyusun kronologi sejarah.
Kronik dalam ilmu sejarah
Kronik merupakan fakta kronologis yang memperlihatkan materi kepada para peneliti untuk menerima penafsiran yang saling berhubungan. Kronik dalam hal ini yakni daftar angka tahun dengan pernyataan peristiwa. Sejarawan akan menerima sumber sejarah, menyerupai prasasti, naskah, rekaman, fosil, artefak, alat batu, patung yang akan diteliti secara ilmiah dengan menggunakan alat dan materi kimia tertentu untuk memilih keasliannya. Dari data tersebut akan menjadi sejarah sehabis dirangkai secara baik menjadi suatu kisah. Kronik sanggup dijadikan sumber sejarah dari suatu bangsa yang pernah dilalui oleh musafir atau para pendeta. Hal ini dikarenakan biasanya para musafir atau pendeta tersebut mencatat segala insiden yang pernah terjadi dan dilihat atau dialaminya pada daerah/ negara yang dilalui atau disinggahinya.
Menetapnya para musafir atau para pendeta di suatu daerah/negara yang dilalui mempunyai tujuan yang berbeda-beda, ada yang tinggal beberapa saat, ada yang tinggal begitu lama, sehingga mereka yang tinggal lebih usang sanggup menuangkan dalam catatan kejadian-kejadian dan kehidupan masyarakat nusantara pada waktu itu, oleh lantaran itu kronik sanggup menjadi salah satu sumber tertulis di Indonesia, namun perlu diingat bahwa bahan-bahan yang dimaksud dalam kronik tersebut merupakan bahan-bahan yang lepas, yang masih perlu dirangkai secara selaras menjadi suatu kisah sejarah. Itulah sebabnya banyak kronik-kronik Cina yang menulis keberadaan kerajaan Indonesia dalam banyak sekali segi, sosial, ekonomi, politik dan kepercayaan, bahkan agama yang dianut oleh rakyat Indonesia, contohnya agama yang dianut oleh rakyat Tarumanegara dan agama Buddha yang dianut di Sriwijaya.
Kegunaan Sejarah
Belajar sejarah banyak kegunaannya dalam kehidupan kini atau untuk masa yang akan datang. Sejarah sanggup memperlihatkan citra dan menjadi pedoman bagi suatu bangsa untuk melangkah dari kehidupan masa kini ke masa yang akan datang. Tiap-tiap individu pada setiap bangsa dan negara harus mempunyai kesadaran akan arti pentingnya sejarah. Kesadaran sejarah merupakan dimensi yang memuat konsepsi waktu yang dimiliki insan yang berbudaya. Kesadaran sejarah yang tercermin pada individu akan lebih bermanfaat kalau bersifat kolektif, lantaran sebagai ungkapan masyarakat bersama terhadap situasi yang ada, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa membangun perasaan senasib sebagai suatu anggota bangsa dan negara. Pengalaman yang dimiliki oleh suatu masyarakat di masa lampau merupakan pengalaman yang bernilai sejarah dan berharga bagi bangsa tersebut pada masa kini, lantaran akan memperlihatkan tunjangan daya pikir dan tindakan yang bijaksana. Oleh lantaran itu, sejarah mempunyai arti yang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di tengah masyarakat yang luas, sejarah mempunyai arti dan kegunaan sosial, yaitu memberi kegunaan edukatif (pelajaran), kegunaan yang menimbulkan inspirasi (ilham), dan fungsi rekreatif (rasa yang menyenangkan).
1. Kegunaan edukatif (memberi pelajaran)
Mempelajari sejarah berarti berguru dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat, baik pada masa kini atau masyarakat sebelumnya. Keberhasilan di masa lampau akan sanggup memberi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya, kesalahan masyarakat di masa lampau akan menjadi pelajaran berharga yang harus diwaspadai di masa kini. Dengan mempelajari sejarah, orang sanggup menemukan aturan yang menguasai kehidupan manusia, bahkan dengan berguru sejarah kita sanggup berbuat bijaksana untuk menghadapi masa depan (ingat berguru sejarah akan bijaksana lebih dahulu). Oleh lantaran itu, belajarlah dari sejarah lantaran sejarah sanggup mengajarkan kita apa yang telah dilakukan sebelumnya. Keberhasilan Kerajaan Majapahit akan memberi pelajaran bagi masyarakat kini untuk bekerja keras, bersatu dalam satu tujuan untuk mencapai masyarakat adil makmur. Sebaliknya, perang saudara mengakibatkan kelemahan negara yang balasannya meruntuhkan Majapahit (ingat Perang Paregreg di Majapahit). Begitu juga apa lantaran di Singasari selalu terjadi pergantian tahta tidak lain disebabkan adanya usaha yang tidak saling membangun tetapi saling menjatuhkan (Ken Arok merebut tahta dari Tunggul Ametung, selanjutnya anak Tunggul Ametung membunuh Ken Arok dan sebaliknya, anak Ken Arok membunuh Anusopati dan begitu seterusnya).
2. Sejarah mempunyai kegunaan memperlihatkan inspirasi (ilham kepada kita)
Berbagai kisah sejarah yang terjadi memperlihatkan inspirasi (ilham). Misalnya, Pangeran Diponegoro berusaha melawan dengan sistem gerilya terhadap pasukan Jenderal De Kock, dan selama 5 tahun ia berhasil memorak-porandakan pihak Belanda. Begitu juga usaha rakyat Indonesia dalam gerakan nasional yang ditandai lahirnya Budi Utomo memperlihatkan inspirasi bagi kita untuk hidup kreatif, bersatu, dan selalu mengutamakan persatuan untuk tercapainya Indonesia merdeka. Sikap rela berkorban demi persatuan dan berjuang tanpa pamrih telah ditunjukkan oleh para tokoh organisasi pergerakan nasional Indonesia. Bangsa Indonesia sudah memasuki kebangkitan nasional yang kedua berusaha mengejar ketinggalan dalam era globalisasi ilmu dan teknologi, suatu masa di mana kita harus meningkatkan persatuan serta patriotisme untuk membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
3. Sejarah sanggup mempunyai kegunaan sebagai rekreatif
Sejarah sanggup memperlihatkan kesenangan dan rasa estetis lantaran penulisan sejarah bisa menarik pembaca berekreasi tanpa beranjak dari tempat. Kita sanggup menyaksikan peristiwaperistiwa yang telah lampau dan jauh terjadinya. Kita seakan-akan mengelilingi negeri jauh dan menyaksikan insiden yang terjadi pada masa lampau, misalnya, pembangunan Taman Bergantung di Babilonia atau Taj Mahal di Agra India. Kita sanggup melihat keindahan dan kehebatan masyarakat pada waktu itu. Maka melalui kegunaan rekreatif ini akan mendorong masyarakat untuk maju dan lebih terbuka, sanggup bergaul dengan siapa pun, menyenangi ilmu dan teknologi, disiplin, bekerja keras, menghormati hukum, inovatif, produktif, serta mau bekerja sama untuk mencapai keinginan bangsa.
Proses rekreasi terhadap banyak sekali insiden di masa lampau memungkinkan orang untuk bercermin diri. Orang yang maju niscaya akan lebih dinamis lantaran melihat adanya masa depan yang cerah yang didasarkan pada pengalaman masa kemudian yang indah dan menarik.
Sumber : kemdikbud.go.id
Hakikat Ruang Lingkup Ilmu Sejarah
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR
Sumber http://www.markijar.com/