Setiap sore pada masa kecil saya di Kalimantan, saya senantiasa menantikan seorang tukang jamu yang selalu melewati jalanan depan rumah kami. Rutinitas itu terjadi bukan alasannya saya penyuka jamu, bekerjsama lebih alasannya satu-satunya jajanan yang mungkin saya beli ialah jamu, keluarga kami bahkan belum bisa membeli sirup botolan yang dijual di warung. Makara segelas jamu ialah pilihan paling hemat untuk jajan di masa itu.
Rutinitas itu berakhir alasannya mbak penjual jamu-nya tidak lagi berjualan. Kemudian kami beralih ke sirup sebagai minuman manis.
Lalu ketika saya berkesempatan kuliah di Jawa, tepatnya di Malang, saya selalu tertarik memesan sajian jamu kunyit asem di setiap daerah makan yang menyediakan sajian itu.
sumber http://www.yingandyangliving.com |
Menurut saya, jamu kunyit asam itu yakni minuman yang menyegarkan. Walaupun saya menyukainya, tapi saya kesulitan membeli jamu ini, entah kenapa sulit sekali menemukan penjual jamu. Baik itu jamu gendong yang dibawa keliling atapun outlet jamu yang sudah tetap lokasinya.
Jamu hanya saya temui di beberapa daerah makan besar. Fakta ini menandakan bahwa jamu tidak lagi terkenal di kalangan masyarakat Indonesia.
Ada bermacam-macam faktor kenapa jamu tidak lagi populer. Minuman ini sangat baik di konsumsi kalau di tinjau dari segi kesehatan. Minuman tradisional ini juga mempunyai rasa yang enak. Setidaknya beberapa memang mempunyai rasa yang menyegarkan dan manis, walaupun ada beberapa jenis yang pahit. Dengan bermacam-macam keunggulan itu, kenapa jamu tidak bisa populer? Pasti alasannya citranya yang kuno.
Brand yang muncul ketika meminum jamu ialah orang yang tua, orang yang kuno. Bagaimanapun hal ini harus di rubah.
Tahukah kau ihwal merk keripik super pedas dari bandung yang fenomenal? Yah! Kenapa bisa begitu terkenal? Padahal kalau dari segi cita rasanya, keripik itu cukup menyiksa lidah. Ini tidak lain ialah alasannya merk yang telah sukses di bentuknya. Level pedasnya yang luar biasa itu menjadi kekuatan andalah keripik ini. Ditambah dengan pemasarannya yang kreatif di dunia maya, menciptakan cemilan ini sukses menarik minat para remaja.
Sekarang bisakah kita mendesain merk jamu biar menyerupai itu? Sangat mungkin. Bagaimana kalau jamu beras kencur diberikan level untuk jumlah jahe-nya? Maka akan tercipta jamu dengan kualitas pedas di tenggorokan yang beragam.
Pilihan lainnya ialah menciptakan merk ulang dari jamu paitan. Kita buat level dari jamu paitan, dari yang komposisi pahitnya dikombinasi anggun (sehingga rasanya menyerupai kopi) hingga yang level pahitnya serasa empedu. Mungkinkah sukses? Sangat Mungkin! Karena persaingan para konsumen untuk meraih level tertinggi yang akan menjadi kunci pemasarannya
Bagaimana kalau kita ingin menggandakan yang lebih besar? Tiru produk Malaysia! Malaysia telah sukses memproduksi Soya/Sari Kedelai kalengan, Kemudian mereka beranjak ke Sari Tebu kalengan dan kini bahkan merambah ke Minuman Sarang Walet kalengan.
Sebenarnya jamu Indonesia telah tenar dengan beberapa merek. Bahkan beberapa merek dagang telah mempunyai pasar luar negeri yang menggembirakan. Tetapi sayangnya, di negeri sendiri gambaran jamu meredup.
Modifikasi jamu menjadi abu merupakan suatu langkah kasatmata yang dilakukan beberapa industri jamu di Indonesia. Namun hal ini tidak menerima respon yang kasatmata dari masarakat. Ini dimungkinkan alasannya bentukan abu dengan warna khas jamu itu kurang menarik. Kesannya menyerupai abu puyer yang sangat kuno.
Belajar dari negara Malaysia menyerupai yang telah saya paparkan diatas, kita bisa saja menciptakan Jamu Kunyit Asam Kalengan atau mungkin Jamu Beras Kencur Kalengan. Tentu saja ini lebih simpel dan lebih menarik untuk semua kalangan.
Kalau kata “Jamu” memperlihatkan kesan yang kuno pada produknya, maka kita bisa memperlihatkan merk gres pada produknya tanpa harus menghilangkan nilai khasnya. Kita berikan merk gres “Ekstrak Beras Kencur” dan “Ekstrak Kunyit Asam”. Apakah ini akan sukses? Sangat mungkin!
Rasa kedua jamu yang saya usulkan itu sangat enak, anggun dan menyegarkan, siapa yang tak suka? mungkin beberapa orang tidak terlalu nyaman dengan baunya, tetapi itu bisa saja di modifikasi sehingga baunya berkurang, ataupun hilang sama sekali. Semuanya bisa kita lakukan, asaalkan ada teknologinya.
Jadi dengan merk barunya, jamu akan siap bersaing dengan minuman-minuman dari luar negeri yang telah merebut hati para konsumen di Indonesia.
Suatu ketika nanti kita bisa ke mini market dan membeli minuman kaleng yang berisi jamu orisinil Indonesia. Ini sangat simpel dan juga keren, jauh sekali dari kesan kuno yang ketika ini masih menempel pada jamu.
Pada risikonya semua kembali kepada seberapa serius kita akan mempertahankan jamu sebagai warisan budaya Indonesia. Semua kembali kepada kita.
Referensi:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/564-herbal-plants-collection-kunyit
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
Sumber https://mystupidtheory.com