Random post

Monday, March 25, 2019

√ Perjalanan Malang Menuju Dieng


Ini salah satu pengalaman yang sangat menarik dalamsejarah hidup saya. Saya sangat suka traveling ” Okay… “Thats the fact”. Yaa.. salah satu harapan saya selama kuliah di luar Kaltim ialah untuk berkeliling Indonesia. Aku yakin keindahan Indonesia tak terkalahkan. Beberapa Propinsi yang telah saya singgahi sebelumnya ialah: Kaltim, Jatim, Yogyakarta, dan Jakarta. Nahh ketika liburan ini seorang teman mangajak saya jalan-jalan, awalnya ia mengusulkan untuk pergi ke Bali. Namun saya masih khawatir dengan biaya yg besar. Setelah browsing dan googling lg, barulah kami putuskan untuk pergi ke “Dieng Plateu” atau dataran tinggi dieng yang terletak di kabupaten Wonosobo (JATENG). 




Rencana Perjalanan




Perjalanan yang akan kami tempuh memakai sepeda motor dari malang(JATIM) pada hari sabtu, pukul 13.00, menuju ke Wonosobo(JATENG). Rute perjalanan ini ialah Malang-Kediri(Pare)-Nganjuk-Madiun-Ngawi-Solo-Klaten-Yogyakarta-Magelang-Wonosobo. Kami berencana berangkat dari malang dan menginap dulu di Solo(JATENG) dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya(Minggu) menuju Yogyakarta sebagai daerah transit (Di rumah Keluarga teman saya). Kemudian(Kamis)kami akan pergi dari Yogyakarta  menuju Wonosobo(JATENG) dan dataran tinggi Dieng. kami merencanakan akan menginap di puncak dieng dan kembali ke Malang pada hari selasa pagi.




Awal Perjalanan


sabtu, 12-feb-2011. Benar-benar tak sesuai rencana, siang itu gerimis mengundang(kaya lagu aja..;), Malang di guyur gerimis. Kami yang sudah merencanakan harus pergi nekat menerobos hujan gerimis tanpa mantel. Kemudian di perjalanan kami putuskan untuk membeli seperangkat Mantel anti hujan. Perjalanan dari malang menuju Pare, kami di keroyok tetesan-tetesan air, tapi tekad kami terlalu berpengaruh sehingga enggan untuk berhenti. Setibanya di Pare hujan reda, yang memudahkan perjalanan kami. Sekedar untuk catatan Kami sama sekali tidak tau peta jawa timur. Kami hanya mencatat rute perjalanan saja, sehingga kami akan bertanya ke warga sekitar untuk bertanya arah ke kota selanjutnya. 


Tak sesuai rencana, kami datang di madiun pukul 19.00 dan sedang hujan deras. Kami tetapkan untuk menginap di Madiun di rumah mbah saya dan berangkat lagi besok pagi.




Minggu, 13-feb-2011. Kami melanjutkan perjalanan ke ngawi, dalam waktu setengah jam kami datang di ngawi dan melanjutkan perjalanan menuju Solo. Ketika hingga di Solo, ada hal yang menarik perihal kota ini. Di setiap instansi, kalian akan menemukan goresan pena ajaib diatas nama instansi tersebut. Yahh.. Tak lain itu ialah goresan pena karakter jawa yang hampir punah.. Yang saya ingat ada “Ho-No-Co-Ro-Ko Da-Ta-Sa-Wa-La Ma-Ga-Ba-Ta-Nga” . Maklum saja saya sempat mempelajarinya di SD.















UNS lambang besar itu muncul ditengah perjalanan kami. Yahh kami hingga di Solo, di kampus UNS tepatnya. Reflek saja Aku banting stir masuk menuju kampus itu. Bukan hanya alasannya Aku ingin melihat-lihat kampus ini, tapi juga alasannya kami butuh daerah untuk mandi. Yahh.. Gedung yang pertama kami cari terang Masjid kampus, alasannya sanggup di pastikan sanggup mandi gratis disana. Namun selama 20menit kami berkeliling kampus, kami tak juga menemukan Masjid kampus UNS ini. hingga alhasil kami melanjutkan perjalanan kami tanpa mandi.




Masjid Agung ada arah panah penunjuk jalan yang menjadi anutan perjalanan kami. Kembali kami mempunyai pikiran yang sama “Mandi!!!” ayo ke Masjid Agung niscaya Kamar mandinya bagus, selain melihat-lihat Masjid Agungnya kita sanggup mandi begitu pikirku. 














Sesampainya di Masjid Agung benar-benar tak sesuai dugaanku, Awalnya saya membayangkan Masjid yang glamor dan megah, namun ternyata masjid ini bergaya arsitektur sangat kuno bahkan mungkin bangunannya masih belum mengalami perubahan semenjak jaman keraton solo berdiri. Satu hal lagi yang membuatku terkejut ialah Masjid ini sudah sangat ramai oleh pengunjung. “Di sini ada program sekaten mas, peringatan maulud Nabi” bunyi tukang parkiran yang beraksen “D” yang khas itu menawarkan keterangan mengapa Masjid ini begitu ramai. Hmm… Kembali pupus harapanku untuk menikmati segarnya air, “Apa mungkin mandi di Keramaian menyerupai ini? bagaimana jikalau banyak yang ngantri WC?.. huhf.” Jelas mustahil kami mandi di sini. Tapi sebagai gantinya kami sanggup menikmati jajanan dan batik di pedagang sekitar sini. 




Enyah sudah MISI mandi kami. Satu hal yang Aku pelajari “Masjid itu daerah ibadah, Jangan pernah meniatkan hanya untuk mandi di Masjid”





Perjalanan selanjutnya akan saya posting di postingan lainnya, semoga tak terkesan panjang dan berjubel.



Sumber https://mystupidtheory.com