Beberapa bulan kemudian saya bertemu Mas Eko, seorang pengemudi Gocar yang mobilnya sedang saya tumpangi di Balikpapan. Di perjalanan kami mengobrol. Eko usianya awal 30-an. Selain narik Gocar, ia punya perjuangan laundry di rumah yang usia usahanya 3 tahun. Karyawannya 7 orang.
Saya tanya berapa modal awalnya memulai perjuangan laundry.
“Saya tidak pakai modal. Modal saya mesin basuh rumahan yang sudah saya punya, jadi tidak beli lagi. Saya dan istri basuh setrika sendiri,” ucap Eko.
Saya tak ragu pada jawaban itu. Meski, beberapa waktu sebelumnya sobat saya seorang pengusaha laundy yang lain pernah bilang bahwa modal minimal perjuangan laundry itu Rp 35 juta, idealnya Rp 80 juta. Saya agak skeptis waktu itu. Karena besar sekali modalnya untuk sebuah perjuangan kecil. Tapi lantaran beliau pengusaha laundry dan saya bukan, maka saya serap saja gosip itu. Namun Eko menunjukan bahwa ada cara lain dalam memulai perjuangan laundry dengan modal sangat minimal, tapi bisa terus tumbuh. Bahkan kini Eko punya perjuangan sampingan sebagai supplier alat dan material laundry di Balikpapan.
Usaha laundry. Tanpa modal. 3 tahun dengan 7 karyawan. Menurut saya Eko telah berhasil melahirkan dan mengembangkan usahanya secara sehat. Kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan Eko dalam melahirkembangkan perjuangan laundry-nya sangat perlu disebarkan ke orang lain. Dia bisa menginspirasi dan membantu ekonomi banyak orang. Kita hanya harus menemukan daerah dan caranya.
MENGEKSTRAK NILAI
Sejak permulaan zaman, insan mempertahankan hidupnya dengan cara mengekstrak nilai yang terdapat pada dirinya untuk dipertukarkan dengan kebutuhannya, baik yang disediakan alam atau orang lain. Nilai itu yakni kemampuan, kapabilitas, keahlian. Tak ada seorang pun hidup tanpa kapabilitas, atau ia tak akan bisa mempertukarkan apapun untuk memenuhi kebutuhannya. Nenek moyang kita memenuhi kebutuhan itu dengan cara memakai nilai pada dirinya untuk mengekstrak nilai yang disediakan alam. Seperti berburu, mengolah materi baku, mengelola lahan, hingga membuat perangkat dari kayu dan batu.
Seiring waktu, nilai tersebut tak hanya bisa diekstrak dari alam, tapi juga individu lain. Manusia kemudian saling mendistribusikan dan bertukar nilai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing: memakai nilai pada dirinya yang diubah ke bentuk barang dan jasa untuk ditukar dengan sesuatu yang ia butuhkan. Dalam ekonomi kita mengenalnya sebagai perdagangan dan ketenagakerjaan. Jadi, percayalah bahwa setiap orang cukup umur yang masih bernafas, termasuk kita, niscaya mempunyai kapabilitas sebagai nilai untuk kita tukarkan dengan kebutuhan hidup.
Namun meningkatnya kompleksitas hidup membuat setiap individu harus menempa kapabilitasnya terus-menerus. Tak hanya demi meningkatkan nilai pada dirinya, tapi juga menjaga biar nilai tersebut tetap bisa dipertukarkan.
Sementara, globalisasi, teknologi, dan volatilitas ekonomi membuat persaingan nilai makin ketat. Persaingan tak hanya terjadi antar individu, tapi juga individu dan teknologi. Para pekerja call center dan customer service di AS dan Eropa kehilangan pekerjaannya lantaran kegiatan dipindah ke India atau Bangladesh yang bisa menyediakan pekerja dengan nilai yang sama namun bisa dipertukarkan dengan nilai yang 3-5 kali lipat lebih rendah. Begitu pula dengan para pengemudi Gojek kini bisa menangkap nilai sebagai pelaku perjuangan moda transportasi dengan biaya, risiko, dan upaya jauh lebih rendah ketimbang menjadi pekerja di perusahaan transportasi umum (yang dulu menjadi satu-satunya pihak yang menyediakan nilai tersebut).
DISTRIBUSI NILAI
Sementara, teknologi balasannya membuka pintu-pintu yang dulunya tertutup: saluran gosip dan komunikasi pada level global. Berbagai cara gres meningkatkan nilai dieksperimenkan, ditemukan, dan didistribusikan, yang pada balasannya bisa meningkatkan daya saing individu dengan cara berbeda namun lebih efektif dan efisien. Seorang penjual masakan bisa menemukan resep gres di banyak sekali blog dan mengolah materi lebih baik lewat berguru di Youtube. Mas Eko bisa memulai perjuangan laundry tanpa modal lantaran terinspirasi oleh seseorang di media umum dan berguru tekniknya dari banyak sekali sumber di internet.
Nasehat bahwa hidup yakni proses berguru tanpa henti menjadi makin konkret di zaman ini. Setiap orang makin perlu menjaga, memelihara, menempa, dan mengembangkan nilai dirinya dalam dunia yang begitu cepat berubah, flat, dan bersaing sengit. Tanpa itu, nilai pada dirinya tidak akan relevan lagi atau menurunnya daya saing. Kita mesti menemukan cara dan pendekatan gres dalam pembelajaran yang berkelanjutan demi peningkatan nilai diri secara kontiyu. Kita tidak bisa terlalu berharap kepada institusi pendidikan formal yang tertatih-tatih mengejar kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berbasis kompetensi. Kita perlu mengikuti sebuah nasehat tua: Setiap orang yakni guru, setiap daerah yakni sekolah. Kita mesti berguru dari setiap orang dan dimanapun untuk menjaga dan meningkatkan nilai diri.
Jadi, ketika kebutuhan untuk pembelajaran berkelanjutan itu konkret di sisi pembelajar, tapi bagaimana dengan sisi pengajar?
Ketika seseorang bersedia mendistribusikan nilai dan kapabilitasnya kepada orang lain melalui pengajaran, apa kebutuhannya yang terpenuhi?
Apa nilai yang bisa ia tangkap dengan mengajari orang lain?
Mengapa mengajari orang lain itu lebih bernilai ketimbang ia mengalokasikan waktu dan energinya di daerah lain?
Apa untungnya bagi dia?
Kita bisa bersyukur bahwa teknologi tak hanya menjadi alat untuk mendistribusikan nilai seseorang kepada orang lain. Tapi juga mengubah sikap insan terhadap gosip dan kapabilitas yang ia simpan. Dulu seorang pengerajin kayu jati di Jepara (misalnya) hanya bisa mendistribusikan gosip atas keahliannya kepada orang-orang di desa atau kotanya. Kini ia bisa membuat video sederhana perihal mengolah kayu jati dan dipublikasikan di Youtube biar bisa disaksikan seluruh dunia.
Tapi, apa untungnya pengerajin kayu jati menpublikasikan keahliannya di Youtube?
Tergantung motif dan model bisnis.
Distribusi nilai melalui gosip sangat mungkin mengandung motif ekonomi dan model bisnis. Baik dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Misal, model bisnis jangka pendek si pengerajin kayu yakni mendapat penghasilan dari monetisasi videonya di Youtube. Dalam jangka menengah ia bisa mendapat pelanggan yang mengenalnya dari video tersebut, atau dibayar sebagai pengajar. Sedangkan dalam jangka panjang ia bisa mengekspansi pemasaran ke luar negeri lewat promosi videonya atau mendapat investor. Dari situ kita tahu bahwa motif ekonomi menurut waktu bisa mempunyai model bisnis yang berbeda-beda.
Model bisnis atas distribusi gosip menurut nilai pada diri seseorang menyerupai ini tolong-menolong kita saksikan tiap hari. Anda mempunyai toko kue, kemudian rajin membagikan gosip dan edukasi perihal cara mengolah camilan manis di media sosial. Dari situ anda berharap jejaring anda akan terkonversi sebagai pembeli. Atau anda spesialis dalam internet marketing dan rajin banyak sekali wawasan perihal bidang tersebut, dengan keinginan orang-orang akan membayar anda menjadi mentor internet marketing lewat seminar atau workshop.
Jadi, biar seorang individu bersedia mendistribusikan keahliannya melalui gosip pengajaran, maka harus ada nilai yang bisa ia tangkap dari sana. Karena itu dibutuhkan ruang dan pendekatan yang mengatakan model bisnis tertentu kepada mereka. Model bisnis terbaik yakni yang bisa mengatakan imbal hasil (return) paling segera.
Model bisnis inilah yang ditawarkan Arkademi.
Arkademi yakni network orchestrator pada dua sisi pasar (two-sided market). Yakni pasar pengajar yang disebut mentor, dan pembelajar yang disebut siswa. Kedua sisi ini mempunyai duduk masalah dan kebutuhan berbeda yang memerlukan pemecahannya sendiri-sendiri. Tapi keduanya beranjak dari nasehat yang sama: “Setiap daerah yakni sekolah, setiap orang yakni guru”.
DEMOKRATISASI PELUANG
Pada sisi pasar mentor, Arkademi memecahkan duduk masalah demokratisasi peluang, skalabilitas, administrasi kelas, teknologi dan kualitas pengajaran, serta fokus market.
Seminar, pelatihan, workshop dsb, sudah ada dimana-mana semenjak dulu. Tapi tidak semua orang bisa ambil kiprah sebagai sumber. Memang tidak semua orang layak atau bisa menjadi sumber. Namun sangat banyak orang yang mempunyai keahlian, pengalaman, kebijaksanaan, dan kesuksesan, pada suatu bidang namun tak mendapat peluang tersebut. Atau, peluang itu mungkin tersedia tapi tidak mengatakan model bisnis yang menarik. Bisa juga nilai yang tersedia untuk ditangkap dengan menjadi sumber tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Survei online yang Arkademi lakukan pada September kemudian pada 140 responden, 87% menyatakan bahwa mereka lebih menentukan praktisi sebagai sumber atau mentor. Yang menentukan sumber akademisi hanya 5%. Pada hasil survei Arkademi yang lain menyebutkan cara berguru peningkatan kompetensi yang paling banyak dipilih yakni kelas online dari praktisi. Artinya, siapapun yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu punya potensi pasar pembelajar/siswa online. Maka, peluang menjadi mentor harus dibuka seluas-luasnya kepada setiap orang yang mempunyai keahlian pada bidangnya masing-masing.
Di Arkademi, setiap orang bisa menjadi mentor. Tanpa biaya apapun. Gratis. Selamanya. Tiap mentor berhak menentukan tarif kelas per siswa, atau kelas gratis sekalipun. Tiap mentor punya kebebasan menentukan model bisnis, model pendapatan, dan model harganya masing-masing. Inilah demokrasi di Arkademi: dari komunitas dan untuk komunitas. Semua orang jadi serpihan penting dalam kerja sama peningkatan nilai.
Sebagai platform online, Arkademi mempunyai skalabilitas global. Setiap kelas di Arkademi bisa diakses oleh siapapun tanpa dibatasi geografis. Hal ini memecahkan duduk masalah skalabilitas pada mentor untuk mendapat siswa kelas sebanyak-banyaknya tanpa terikat tempat. Beda halnya bila si mentor membuka kelas offline dengan jumlah siswa terbatas dan berbiaya tinggi lantaran perlu pengerahan sumberdaya (sewa tempat, makan, ATK).
Sebagai Edutech (education technology), Arkademi memecahkan duduk masalah mentor dalam mengelola kelas dan membuat konten yang bisa meningkatkan kualitas pengajaran. Melalui dashboard-nya, mentor bisa mengatur harga kelas, aktivitas buka kelas, jumlah maksimal kursi, mengupload dan mengupdate konten, berdiskusi di lembaga kelas, membuat kuis, mengatakan tugas, mengirimkan pengumuman, hingga membuat kupon diskon. Begitu juga dengan pembayaran dari siswa yang diproses secara elektronik dan otomatis oleh Arkademi. Melalui dashboard-nya, mentor bisa memantau berapa rupiah yang sudah ia hasilkan. Semua teknologi ini disediakan oleh Arkademi yang mengatakan pendekatan dan solusi gres dalam belajar-mengajar.
Ekosistem Arkademi dibentuk khusus untuk pasar pengajar dan pembelajar. Mereka yang bergabung ke Arkademi hanya untuk berguru atau mengajar. Ekosistem ini yakni pasar yang siap untuk dimanfaatkan mentor untuk mendapat siswa lebih banyak.
Bergabung menjadi mentor Arkademi sekarang
BELAJAR ON-DEMAND
Arkademi tidak diciptakan untuk menggantikan atau mendisrupsi apapun. Saya tidak pernah berniat mendirikan Arkademi untuk mendisrupsi sekolah, perguruan tinggi, kursus, dan lembaga pendidikan apapun. Saya percaya bahwa berguru yakni pengalaman sosial dimana kebutuhan akan interaksi langsung/fisik akan selalu ada. Tapi saya juga percaya bahwa kita perlu cara gres dalam berguru yang tak hanya terbatas pada metode, tapi juga kapan (tempus) dan dimana (locus).
Sebagai sebuah platform online, Arkademi mengatakan solusi atas kebutuhan berguru dimana saja dan kapan saja atau on-demand. Setiap kelas bisa diakses kapan pun dan dimanapun selama ada perangkat dan internet. Begitu juga dengan interaksi antara siswa-mentor atau siswa-siswa yang bisa dilakukan dengan cara diskusi di lembaga kelas.
Format pengajaran disediakan melalui pilihan yang luas. Semua konten digital bisa disajikan. Mulai dari video, audio, slide, PDF, teks, gambar dsb. Tergantung pilihan mentor.
Metode pengajaran di Arkademi ditekankan pada sasaran dan tujuan yang terperinci serta harus bisa diimplementasikan secara langsung. Itu sebabnya praktisi dibutuhkan sebagai mentor. Materi pengajaran harus sanggup mengatakan dampak konkret pada kehidupan siswa. Sehingga, berguru di Arkademi bukan hanya soal output (tahu atau lulus kelas). Tapi outcome (hasil) yang bisa siswa dapatkan dari belajar, dan itu harus nyata. Siswa berguru di Arkademi bukan untuk lulus atau sekedar tahu, tapi mendapat ilmu kompetensi yang akan mengatakan dampak konkret pada kehidupan siswa sehari-hari.
Pengajaran di Arkademi bertujuan biar siswa sanggup memecahkan duduk masalah konkret dengan solusi konkret pada bidangnya masing-masing dan kehidupan nyata. Siswa berada di Arkademi bukan untuk menghapal, mendapat nilai, atau lulus.
Misi ini ditunjang dengan lewat konten yang praktikal dan fitur berlatih menyerupai kuis dan tugas. Arkademi akan membantu mentor membuat akomodasi berlatih yang mempertemukan materi pengajarannya dengan skenario dunia nyata. Arkademi memastikan tak ada akomodasi berlatih dalam kelas yang hanya mengandalkan ingatan atau hapalan. Namun harus mendorong kemampuan analisa dan kreativitas para siswa untuk memecahkan masalah.
Gunakan kupon diskon 30% untuk semua kelas premium/berbayar di Arkademi hingga 31 Desember
Kode kupon: SELAMATDATANG
LEARNING MARKETPLACE 2018
Menciptakan kesejahteraan lewat pendidikan dan pembelajaran bukan hal gres di dunia ini. Orang menjadi guru sekolah, guru les, dosen, mentor, instruktur, hingga motivator. Mulai dari yang bayarannya kecil hingga bertarif puluhan juta rupiah per jam. E-learning juga bukan barang gres dan sudah hadir dalam banyak sekali bentuk. Pertumbuhan bisnis E-learning Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia, rata-rata di atas 25% per tahun. Artinya, kebutuhan masyarakat Indonesia untuk berguru (secara online) terus meningkat. Kebutuhan ini tak saja hanya harus diimbangi dengan penawaran (supply) pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas, tapi juga kebutuhan akan ruang untuk supply-demand tersebut. Arkademi mengambil kiprah untuk menyediakan ruang tersebut.
Arkademi sudah menuntaskan seluruh tahap validasinya dengan 3 jenjang. Tahap pertama yakni pengujian platform di sisi siswa (Oktober), tahap kedua pengujian administrasi kelas melalui dashboard mentor (November), tahap ketiga yakni pengujian purchase intent (customer validation) dan teknologi pembayaran yang dimulai 15 Desember kemudian dan hasilnya sesuai harapan. Dengan demikian Arkademi sudah siap didistribusikan lebih luas.
Tahun 2018 Arkademi masuk ke pasar early adopter atau pengguna awal dengan sasaran mengakuisisi 100 mentor, membuka 150 kelas, 50.000 siswa, dan rata-rata 250 siswa per kelas. Pengembangan teknologi juga terus dilakukan. Antara lain Arkademi Studio yang menyediakan banyak sekali tool online untuk mempermudah mentor merancang dan membuat konten, serta aktivitas kerjasama dengan penyedia jasa studio di kota-kota besar. Lalu implementasi mobile app yang menyebabkan penggunaan dan interaksi jadi lebih mudah, termasuk menyaksikan kelas secara offline (tanpa saluran internet). Direncanakan juga pengembangan marketing tool untuk memudahkan mentor memperluas exposure atau mempromosikan kelasnya.
Dari segi pembelajaran, Arkademi 2018 akan mengimplementasikan learning path yang tujuannya memperkuat spesialisasi siswa di sebuah bidang. Learning path yakni sebuah paket pembelajaran yang merupakan adonan beberapa kelas terpisah pada tema yang sama. Tujuan learning path yakni sebuah pembelajaran terspesialisasi dari tahapan paling dasar (pemula) hingga tahap ahli, yang pembelajarannya dikemas dalam 1 kelas secara berurutan. Dengan learning path, mentor bisa menjual lebih banyak kelas dan siswa bisa meraih spesialisasi di tamat kelas.
Ini merupakan sasaran yang kasar dan menjadi skenario ideal 2018. Arkademi ketika ini masih didanai dari dana saya pribadi (bootstrap) dan hanya diurus berdua oleh saya dan Echy. Uang yang dikeluarkan untuk membangun Arkademi hingga Desember hanya sekitar Rp 700.000 (ribu, bukan juta). Untuk mencapai skalabilitas dan sasaran di atas demi mewujudkan visi dan misinya serta memberi dampak pada lebih banyak orang, Arkademi akan menyebarkan visi dan misi itu dengan para pemodal/investor.
Tapi hidup tidak pernah ideal dan skenario lain mesti dirancang. Bila pun tak ada pemodal luar, saya pastikan Arkademi akan terus berjalan. Secara ekonomi, Arkademi sudah balik modal dan untung dari penjualan kelas yang ada ketika ini. Operasional selama 1 tahun ke depan tak ada yang harus ditanggung lantaran server sudah disediakan IDCloudhost (terima kasih, sob!). Hosting video privat masih memakai kuota gratis. Bila harus ditambah lantaran ada konten video dari mentor baru, berarti otomatis ada pemasukan profit sharing dari mentor tersebut. Dari awal saya merancang operasional dan teknologi Arkademi sangat ramping (lean) namun sekaligus mempunyai skalabilitas. Hal ini sangat penting bagi sebuah perjuangan rintisan untuk mengelola ketidakpastian dan kewajiban untuk meningkatkan learning curve.
Penggalangan dana investasi akan dilakukan biar Arkademi bisa memberi dampak lebih luas dan lebih cepat lagi. Diperlukan kemampuan ekonomi untuk mewujudkan misi itu pada sekup yang lebih luas. Bukan biar founder-nya kaya. Arkademi tidak diciptakan untuk menghasilkan kekayaan buat para pendirinya — dan kami bukan orang kaya. Namun untuk melayani, memberdayakan, dan meningkatkan daya saing rakyat Indonesia melalui pasar pembelajaran berkelanjutan on-demand.
Terima kasih telah menjadi serpihan awal Arkademi. Bila teman-teman mempunyai sebuah perkiraan akan potensi besar Arkademi di masa depan, anda yakni orang yang ikut membangun sesuatu yang besar itu di masa awalnya. Saya besar hati berteman dengan anda semua.
Apabila setiap daerah yakni sekolah dan setiap orang yakni guru, anda dan Arkademi telah mewujudkan ruang untuk menjadikannya nyata. (*)
Gunakan kupon diskon 30% untuk semua kelas premium/berbayar di Arkademi hingga 31 Desember
Kode kupon: SELAMATDATANG
Sumber aciknadzirah.blogspot.com