Random post

Friday, January 4, 2019

√ Mangan Ra Mangan Sing Penting Kumpul

Postingan kali ini sanggup dibilang bahasan perihal pepatah jawa lainnya. Pepatah jawa ini sangat umum di masyarakat jawa. Namun yang jago dari sebuah pepatah ialah kebijaksanaanya yang berlaku secara umum.



Apa kalian pernah merantau sebelumnya? 


Pada beberapa kesempatan saya menemukan orang-orang yang seumur hidupnya tidak pernah merantau. Sebagian dari mereka tidak ingin merantau dan sebagian lainnya menentukan untuk tidak mau merantau.











ilustrasi bepergian merantau


Suatu kali saya pernah berfikir apa bergotong-royong yang dipertahankan oleh orang-orang yang tidak mau merantau?


Karena yang saya fahami, merntau itu baik. Bahkan seorang imam Syafi’i yang begitu alim menuturkan



Merantaulah…

Orang cerdik dan beradab tidak membisu beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup abnormal  (di negeri orang)


Sumber: Diwan al-Imam asy-Syafi’i. Cet. Syirkah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Beirut. Hal. 39


Apakah mereka enggan merantau alasannya yaitu ingin membangun daerahnya? Mungkin itu salah satu alasan terbaiknya.


Alasan lain yang mungkin sanggup kita dengar ialah “Nggak ada saudara dan sahabat untuk merantau mas” Alasan semacam ini biasanya lebih alasannya yaitu takut akan terlantar dan terasing alasannya yaitu tidak mempunyai koneksi di kawasan baru.


“Mau disini aja, bersama keluarga dan ngejaga Ibuk” ini juga menjadi alasan yang terbaik untuk tidak merantau.


Hidup bersama dengan keluarga yang utuh, yang sanggup saling membantu memang merupakan kondisi yang ideal. Namun bagaimana jikalau tinggal bersama keluarga itu kita tidak sanggup membantu apa-apa? Ini akan menjadi masalah.


Untuk permasalahan ini biasanya orang-orang yang menentukan tidak merantau alasannya yaitu ingin selalu akrab dengan keluarganya akan menggunakan pepatah bijak.



“Mangan Ra Mangan Sing Penting Ngumpul”



Pepatah ini sudah sangat umum bagi orang jawa. Artinya secara eksklusif ialah “Makan nggak makan yang penting berkumpul”. Tetapi makna bergotong-royong dari pepatah jawa ini ialah: untuk apa pergi jauh  mencari uang, jikalau kemudian nggak sanggup berkumpul bersama keluarga?. Makara lebih baik jikalau tetap di kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga, walaupun tidak mempunyai uang banyak.


Belakangan ini, banyak yang menyatakan bahwa pepatah bijak dari jawa itu sudah tidak relevan lagi terhadap zaman. Bahkan ada yang jelas-jelas menganut paham bahwasannya pepatah ini yaitu penyebab kemiskinan turunan.


Sejujurnya saya terkadang sepakat jikalau dilihat dari sisi ekonomi, bahwasannya pepatah yang tidak sejalan dengan budaya merantau ini akan merugikan. Di banyak bencana merantau itu akan memperlihatkan kesempatan peningkatan ekonomi yang lebih baik. Tetapi kemudian tidak sanggup eksklusif kita menyalahkan pepatah bijak dari tanah jawa ini. Toh nyatanya tujuan kehidupan setiap orang memang berbeda


Mungkin ada banyak orang yang pergi merantau ke luar daerah, bahkan ke negri tentangga untuk sanggup mendapat penghasilan lebih. Kemudian dikala ia kembali ke tanah air, telah membawa cukup bekal untuk sanggup disebut orang kaya. Kemudian kemungkinan besar ia akan kembali lagi ke negeri tetangga, atau merantau kemanapun, untuk mendapat kehidupan yang lebih kaya. Karena memang impian utamanya ialah peningkatan taraf hidupnya dan keluarganya.


Tetapi . Ada orang yang menikmati mencangkul di tanah kelahiran dan berkumpul dengan keluarga. Mereka senang walaupun terkadang kehidupannya tergolong miskin. Inilah yang saya sebutkan, setiap insan punya impian berbeda. Selama impian itu tidak meresahkan masyarakat maka hormatilah.


Jadi saya menentukan untuk melihat dengan sudut pandang yang lebih luas. Kalau pepatah “Mangan ra mangan sing penting kumpul” ini diterapkan maka mungkin dari sisi ekonomi akan kurang menguntungkan, namun dari segi kebahagiaan mungkin sanggup didapatkan lebih.


Pepatah jawa ini memang populer di jawa, alasannya yaitu saya ada di kalimantan maka akan berbeda ceritanya. Makara biasanya saya akan bercanda dengan menggunakan pepatah ini. Dengan mengubah maknanya menjadi makna yang sebenarnya, makna yang lebih lugas.


Begini ceritanya, setiap ahad kami sering sekali ngumpul bersama dengan teman-teman SMAku. Nahh… Tempat nongkrong kami itu di warung pedagang kaki lima di pinggiran sungai Kelay, Berau.


Di warung ini, pedagang menjajakkan bermacam-macam masakan dan minuman. Maka pada tanggal tua, dimana persediaan dolar telah menipis, saya biasanya hanya memesan minuman.


Nah suatu kali kami ternyata sama-sama hanya memesan minuman. Tanpa harus diberi tahu, maka saya udah sadar jikalau teman-temanku pada bokek juga.


Saat itu saya bilang ke mereka “Mangan ra mangan sing penting kumpul”


Semua teman-temanku yang sudah familiar dengan bahasa jawa eksklusif tertawa.


Aku yakin tidak semua dari mereka faham makna pepatah dari tanah jawa ini. Tapi mereka sanggup memaknainya dengan makna yang sebenarnya.


Bahwasannya malam itu kami nggak makan, tetapi tetap sanggup berkumpul.


“Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati”











Kontes SADAR HATI


Sumber https://mystupidtheory.com