Pada Abad pertengahan, dimana terjadinya Perang Salib. Pasukan Katolik berusaha merebut Jerusalem dari kaum Muslim. Kemudian terjadi Perang Salib, dalam perang ini Pasukan Salib dikejutkan dengan pedang yang dimiliki oleh kaum Muslim dimana pedang itu bisa dengan gampang menembus baju zirah bahkan membelah tameng dari para Pasukan Salib. Pedang itu merupakan pedang yang menjadi legenda yaitu pedang Damaskus. Dalam beberapa dongeng dikatakan bahwa pedang Damaskus ini sanggup membelah kain sutera yang jatuh diatasnya.
Sebelum era bom atom dan senjata api ditemukan, insan telah mulai berperang dengan senjata tajam. Ketajaman dan kekuatan senjata menjadi salah satu faktor yang sangat mendukung dalam perang. Bagaimanapun peradaban Muslim telah mencatat sejarah bahwa mereka ialah penguasa teknologi Metalurgi untuk senjata perang semenjak berabad-abad silam. Mereka bisa membuat senjata tajam yang memenuhi dua kriteria yang sangat diharapkan sebuah senjata, yaitu ketajaman dan kekuatan. Ini merupakan kombinasi yang sangat sulit untuk dilakukan, dimana ketika meningkatkan ketajaman dari senjata, maka kekuatannya niscaya akan berkurang. Sedangkan kalau kita meningkatkan kekuatannya maka ketajaman dari senjata akan berkurang. Namun Para ilmuwan Islam terdahulu telah menemukan solusi dari kedua permasalaahan ini. Mereka bisa mengkombinasikan pedang tertajam sekaligus menjadi pedang terkuat sepanjang sejarah manusia, yaitu pedang Damaskus.
Pisau Damaskus |
Untuk mendapat sifat itu, pembuat pedang berilmu besi (blacksmith) sering memakai teknik tempa dengan menggabungkan dua baja yang mempunya sifat tangguh dan sifat tajam/keras. Caranya dengan menaruh baja keras di bab luar (sisi tajam) dan baja tangguh pada bab dalam pedang kemudian menempanya berulang kali. Sehingga dua baja dengan abjad beda itu menjadi satu dalam pedang. Cara ini sering juga disebut dengan pattern welding. Katana dari Jepang dan juga Keris dari Indonesia dibentuk dengan metode ini. Tapi itu tidak dilakukan pada pedang damaskus. Pedang ini mempunyai tekstur yang unik dan kelenturan yang luar biasa. Namun pembuatannya pedang ini dijaga dengan sangat belakang layar oleh para berilmu besi Damaskus sehingga sesudah perang Salib, teknik misterius ini punah. Hingga kini tidak diketahui secara niscaya metode pembuatan pedang Damaskus ini. Sejarah mencatat bahwa pedang ini dibentuk dari bijih baja dari India yang disebut “Wootz”. Wootz terbuat dari pencampuran besi dengan materi yang mengandung karbon. Teknologi metalurgi ini juga dipakai pada belati, tombak dan pisau yang kini tersebar di banyak sekali museum di dunia.
Hingga kini para jago metalurgi tidak sanggup membuat pedang dengan kekuatan dan ketajaman yang sama dengan Pedang Damaskus. Beberapa ilmuwan berhasil membuat replika dari pedang damaskus ini dengan tekstur pedang yang sama, namun tetap tidak sanggup menemukan kualitas kekuatan dan ketajaman yang sama.
Tim Reibold dari university of dresden meneliti satu pedang hasil karya berilmu besi ternama Asaad Ullah dari kurun ke-17 yang disumbangkan oleh Museum Sejarah Berne di switzerland. Mereka melarutkan belahan dari pedang di dalam asam klorida(HCl) dan memngamatinya dengan mikroskop elektron. Yang mengejutkan ialah mereka menemukan bahwa baja tersebut mengandung karbon nanotubes. Karbon nanotubes merupakan silinder berukuran nano yang terbuat dari otom karbon heksagonal yang tersusun rapi. Material ini merupakan material terkuat ketika ini yang mempunyai elastisitas dan kekuatan yang luar biasa. Karbon nanotube mempunyai kekerasan dan kekuatan yang 20-kali lebih berpengaruh dari baja terkuat. Penggunaan carbonanotube ketika ini ialah untuk mengukir baja dan sebagai rompi anti peluru alasannya sifatnya yang sangat berpengaruh dan ringan. Analisis dari Reibold ialah bahwa nanotubes ini melindungi konstruksi nanomaterial pada cementit/baja(Fe3C). Masih belum sanggup diterangkan bagaimana Ilmuwan masa kemudian sanggup memproduksi baja terkuat dengan lapisan nanoteknologi terkuat ketika ini.
Dan hingga ketika ini belum ada jago metalurgi yang bisa menemukan bagaimana cara membuat karbon nanotubes dalam struktur mikro baja. Termasuk bagaimana membuat pedang damaskus dengan struktur yang sama menyerupai aslinya. Pelajaran penting dan mencengangkan lainnya adalah, dengan pengalaman ternyata suatu masyarakat bisa membuat sesuatu karya yang elegan, bahkan bisa dibilang melebihi sejarah pengetahuan itu sendiri
Dalam hal ini tentu saja para jago pedang Islam masa kemudian telah mempunyai peradaban yang sangat maju. Ini sanggup ditelusuri dari teknologi pelapisan logam yang telah mereka miliki. Ummat terdahulu benar-benar bisa mempelajari Al-Qur’an dan mengaplikasikannya dalam sains modern. Teknologi pelapisan logam ini telah diajarkan dalam Al’Qur’an, yaitu Surat Al-Kahfi 96.
“berilah saya potongan-potongan besi`. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: Tiuplah (api itu). Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: `Berilah saya Qithraan (yang mendidih) supaya kutuangkan ke atas besi panas itu.”(QS.Al-Kahfi:96)
Dalam hal ini terdapat perbedaan versi dari tafsir ayat ini. Perbedaan tersebut ialah pada kata Qithraan yang mempunyai perbedaan terjemahan yang sangat signifikan. Keempat jenis terjemahan tersebut ialah (a) molten copper (tembagayang meleleh/mendidih), (b) molten lead (timah yang meleleh), (c) molten brass (kuningan yang meleleh), dan (d) tar (ter/tir). Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalen, Tafsir Thabari and Tafsir Qurtubi, kata “qithr” ditafsirkan sebagai “tembaga”. Kata “yang meleleh (molten)” merupakan tafsiran perhiasan baik yang ada pada beberapa versi terjemahan di atas dan ketiga tafsir tersebut. Jika kita lihat Kamus Inggris-Indonesia-Arab susunan Attabik Ali, diperoleh arti dari qithr ialah tar (Inggris) dan ter/tir (Indonesia).
Dalam hal ini perbedaan tersebut tidaklah menjadi kasus yang rumit namun perlu difahami bahwa ketika Qithraan diartikan sebagai tir/campuran dari aspal yang mengandung senyawa karbon maka ayat ini menceritakan pembuatan Baja. Dan ketika kata Qithraan diartikan sebagai tembaga maka ini menawarkan bahwa pelapisan logam besi dengan tembaga ialah supaya besi tidak teroksidasi(berkarat). Sehingga ketika lapisan luar berupa tembaga teroksidasi, ini hanya menghasilkan warna hijau tembaga dan tidak keropos akhir teroksidasi.
Ayat ini, sekali lagi menandakan bahwa ummat islam telah diberi petunjuk dalam ilmu pengetahuan perihal logam. Maka pradaban islam telah melampaui zaman. Pengetahuan Metalurgi mereka bahkan tidak sanggup diketahui dan ditiru hingga ketika ini. Pedang damaskus merupakan bukti sejarah diamana pada zaman keemasan Islam sains menjadi pokok penting dalam peradaban Islam.
REFERENSI:
Verhoeven, John D. 2000. The Mystery of Damascus Blades. NewYork.
Yusriati, Sari. 2008. Pembuatan Besi. www.sariyusriati.wordpress.com (diakses 20 Oktober 2011)
2011. Pengetahuan Besi Dalam Al-Qur’an www.islamicnet.com (diakses 21 Oktober 2011)
http://sariyusriati.wordpress.com/2008/10/27/pembuatan-besi/
Sumber https://mystupidtheory.com