Random post

Tuesday, February 12, 2019

√ Ingin Jadi Semut

Kemarin lusa ialah tepatnya, hari dimana saya sanggup training “the winning team” dari pak nur muhammadian. Dari training itu, kami ditanyai setu perrsatu “jika jadi binatang, kau mau jadi apa?” dan saya jawab ikan.  Kemudian pak dian tanyakan lagi bagaimana bunyi binatang yang kalian pilih, jikalau binatang itu tidak pernah kalian dengar suaranya, atau tidak ada suaranya, kalian bayangkan saja ibarat apa suaranya. Dan jelaslah bunyi ikan akan sangat abnormal alasannya saya tak pernah mendengar bunyi ikan.

“Mahfuzh” seru Pak Dian, yang artinya saya harus dengan lantang menirukan bunyi ikan yang saya bayangkan.

“blukutuk.. Blukutukk.. Blukutuk” jawab saya yang buat ketawa orang-orang.

Kemudian pada sesi selqnjutnya kami dibagi menurut jenis binatang yang kami pilih. Karena ikan ialah terlalu aneh, maka saya jadi bergabung dengan orang abnormal lainnya itu ialah si simpanse dan semut. Permainan selanjutnyq ialah studi kasus.

“jika di hutan terjadi kerusakan yang parah, kekacauan dan kejahatan yang merajalela apa yang harus kalian lakukan? Berdasarkan apa yang kalian butuhkan sebagai hewan” itu dari Pak Dian. Aku kemudian berfikir sebagai ikan maka yang saya butuhkan ialah banyak air, kemudian si simpanse memikirkan harus banyak pisang di hutan dan si semut… Ohh.. Tahukah kau si semut? Apa yang Ia pikirkan? Itu ialah gula!. Dengan begitu sebagai angkatan 2009 yang dianggap paling bijak saya menyimpulkan bahwa apa yang kami butuhkan ialah paduan air, pisang dan gula. Itulah kolak pisang! Makara untuk mengatasi kekacauan hutan, kolak pisang ialah solusinya. Tapi saya rasa biarlah anak muda yang jawab pertanyaan macam itu. Biar aja si simpanse dan semut yang pikirkan.

Mereka jawab pertanyaan Pak Dian “Di hutan kami perlu kelompok untuk menjaga sumberdaya makanan”. Alhamdulillah belum dewasa gres ini lebih cerdas dari saya, tanggapan mereka jauh lebih intelek daripada saya. 🙂

Kemudian sesi selanjutnya kami dipisah dengan hukum semua kelompok harus mempunyai jenis binatang berbeda. Jadilah saya berkelompok dengan si burung dan si mamalia. Kami harus mendiskusikan hal yang sama. Dan kesimpulannya agak ibarat dengan kelompok sebelumnya. Semua perihal kesejahteraan setiap pribadinya, walau saya tak yakin dengan sejahteranya eksklusif itu tidak akan teerjadi kerusakan.

Sesi berikutnya kami harus menentukan seekor raja hutan yang pantas, raja yang tak hanya cerdik bijaksana juga kuat. Awalnya saya pilih mamalia, yaitu gajah. Tapi banyak yang tak setuju, mereka lebih menentukan elang yang bisa mengintai seluruh hutan. Kami debat panjang, lebar, dan tak jelas. Hingga saya lihat semut kecil ialah yang paling cocok jadi raja hutan.

-Semut itu kuat, beliau bisa mengangkat sesuatu yang lebih berat dari tubuhnya

-Semut itu bijak, merekalah yang paling mengerti arti bahu-membahu dan kerja tim

-Semut mungkin kecil, tapi beliau lihai. Jika ingin mengintai seluruh hutan, beliau bisa naik elang

-Semut juga predator penguasa, alasannya semua binatang bisa dimakan semut.

-Semut itu keren! Elang terbang bisa kesemutan dan jatuh, sedang semut sendiri tak bisa keelangan.

Ada yang bilang kalau semut jadi raja hutan, itu akan /susah, alasannya bunyi semut tidak kedengaran. Aku bilang ke mereka kalau semut itu kecil, kalau beliau kasih perintah, beliau naik ke pendengaran binatang lain untuk bisikin perintahnya, itu semoga aman!



Sumber https://mystupidtheory.com