Banyak sekali model dan gaya rambut yang kini beredar di Indonesia. Orang kaya, miskin, pengamen, pengusaha, pencuri ataupun ustadz siapapun bebas memakai gaya rambut yang ia sukai. Ini sebuah petualangan gaya rambutku semenjak Aku kecil(SD) sampai kini (Mahasiswa). Kita tak akan membahas gaya rambut cewek, alasannya sudah semestinya cewek gak perlu gaya rambut mereka hanya perlu selembar kain jilbab. Hanya perempuan tidak normal yang memakai gaya rambut.
Saat Aku SD semua terasa monoton, kalau orang dengan rambut gimbal tak terurus, itu pastilah preman atau orang gila. Rambut botak niscaya berpasangan dengan tato di tubuh, itu niscaya mantan nara pidana, yang berpenampilan rambut klinis niscaya pegawai dan cepak pasti petugas keamanan negara. Sementara para belum dewasa niscaya mengikuti bapaknya(kasian juga yang bapaknya Napi).
Aku tipe anak yang praktis santai dan tidak terlalu peduli dengan penampilanku, walaupun terkadang Aku memang suka sensasi yang berbeda. Saat masa-masa SD Aku menyerahkan semua urusan rambut ini pada orang tuAku. Untuk permasalahan potong rambut, itu urusan ayahku (walaupun terkadang guruku yang mencuri kesempatan itu), untuk kepingan merapikan rambut, itu urusan Umiku *Ibuku. Gaya rambutku ialah belah pinggir, entahlah kenapa gaya itu yang dipilih Umiku. Aku tak pernah protes persoalan itu. Saat kelas 5 SD dimana sedang ngetop-ngetopnya boyband berjulukan Westlife, penampilan mereka mempengaruhi sebagian besar gaya rambut di indonesia. Aku menjadi salah satu insan langka yang masih mempertahankan gaya rambut belah pinggirku. Hingga ketika kelas 6 Aku mulai ingin berganti gaya rambut namun Aku aib dan tidak punya Kepercayaan diri memakai gaya rambut yang kuinginkan. “Aku akan mengganti gaya rambutku ketika Sekolah Menengah Pertama saja “
SMP kelas 1, Aku sudah siap untuk mengganti gaya rambutku, namun Aku gres menyadari bahwa Ayahku hanya menguasai satu jenis gaya rambut. Itu yaitu gaya rambutku. Melihat pengalamannya yang sudah ratusan kali memangkas rambutku dengan satu gaya yang sama, Aku yakin ayahku sanggup melAkukannya dengan mata tertutup. Suatu kali pernah Aku minta untuk meminta uang ke salon. Tak disangka-sangka ayahku memberikannya. Aku sukses! Kali ini Aku sanggup berganti gaya rambut.
”Dek, Jangan banyak gerak. Nanti buruk potongannya”
”Iya Mas” ketika itu Aku berfikir ”Seharusnya ia jangan mengunakan alat bergerigi itu untuk memotong rambutku, Aku geli alasannya merasa menyerupai di gigit-gigit oleh hewan bergerigi tumpul”
”Yess!! Gaya rambutku berubah ketika ini”
Namun gaya rambut baruku tidak bertahan usang alasannya ketika Aku ke sekolah Ayahku(yang juga guruku) memotong rambutku yang kurang pendek dari peraturan sekolah. Ya, Ayahku mungkn saja dendam alasannya jatah mencukurnya diambil oleh orang lain, diambil oleh orang Salon”. Perkembangan gaya rambut di Indonesia semakin pesat ketika Aku duduk di kursi SMP. Aku kembali berfikir ”Gaya rambutku akan berubah ketika SMA”.
SMA kelas 1, Aku potong rambut di salon.
”Mau model rambut apa mas1?”
Entah mengapa Aku dipotong dengan gunting yang ”ompong”.
Yahh kali ini Aku telah mendapat gaya rambut baru. Dan ”3cm” menjadi aba-aba andalanku ketika ke salon.Saat petugas salon(pantes gak yahh disebut petugas?) itu banyak tanya, maka akan kujawab ”Buat wajahku sekeren Dia” Sambil menunjuk poster model rambut yang ada di salon itu.
Sekarang gaya rambutku sudah berubah berkali-kali. Mulai dari belah pinggir, belah tengah, botak ala nara pidana, panjang ala Helm standard, acac ala benang kusut, natural menyerupai sarang burung blekok, ataupun sasak ala jarum. Sangat menarik ketika memakai gaya rambut jarum, seakan-akan kalau hujan tahu dari langit maka Aku akan sanggup tahu paling banyak yang menancap di kepalAku.
Itu perjalananku memperoleh my ultimate hair style. Semoga menjadi pelajaran untuk menentukan gaya rambut.*not recomended for wemens
Sumber https://mystupidtheory.com