Random post

Sunday, August 27, 2017

√ Askep Tuberculosis (Tbc) Paru


BAB I
PENDAHULUAN


 
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini sanggup diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah,  kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak mempunyai ventilasi menawarkan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis  sanggup disembuhkan. Namun jawaban dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian jawaban penyakit ini mempunyai prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus gres dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

PENGERTIAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit abses yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis.

ETIOLOGI
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini yakni aerob yang menyukai tempat yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi tempat yang tinggi kandungan oksigennya yaitu. tempat apikal paru, tempat ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.

PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas mediator sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) yakni sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat abses oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak mengakibatkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini menciptakan peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terjangkit mengalami konsolidasi dan timbul tanda-tanda pneumoni akut. Pneumoni selluler ini sanggup sembuh dengan sendirinya. Proses ini sanggup berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis pecahan sentral lesi menawarkan citra yang relatif padat dan menyerupai keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan mengakibatkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..

TANDA & GEJALA
Keluhan sanggup majemuk atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak yakni :
1.      Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
2.      Batuk : terjadi lantaran adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering hingga batuk purulenta (menghasilkan sputum)
3.      Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang hingga setengah paru.
4.      Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang hingga ke pleura sehingga mengakibatkan pleuritis.
5.      Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari
Pada Atelektasis terdapat tanda-tanda manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada ketika bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torak tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik :
·         Pada tahap dini sulit diketahui.
·         Ronchi basah, garang dan nyaring.
·         Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi bunyi umforik.
·         Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
·         Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi menawarkan bunyi pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
·         Pada tahap dini tampak citra bercak-bercak menyerupai awan dengan batas tidak jelas.
·         Pada kavitas bayangan berupa cincin.
·         Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
Bronchografi :
Merupakan investigasi khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru lantaran TB.
Laboratorium :
·         Darah                    : leukosit meninggi, LED meningkat
·         Sputum                  : pada kultur ditemukan BTA
·         Test Tuberkulin     : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

PENATALAKSANAAN
·         Penyuluhan
·         Pencegahan
·         Pemberian obat-obatan :
1.      OAT (obat anti tuberkulosa) :
2.      Bronchodilatator
3.      Expektoran
4.      OBH
5.      Vitamin
·         Fisioterapi dan rehabilitasi
·         Konsultasi secara teratur

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a.       Pola aktifitas dan istirahat
Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam hari
b.      Pola Nutrisi
Anorexia, Mual, tidak yummy diperut, BB menurun
c.       Respirasi
Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d.      Riwayat Keluarga
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
e.       Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f.       Aspek Psikososial
·         Merasa dikucilkan
·         Tidak sanggup berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
·         Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
·         Masalah berafiliasi dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang usang dan biaya yang bayak.
·         Masalah ihwal masa depan/pekerjaan pasien.
·         Tidak bersemangat, putus harapan.

g.      Riwayat Penyakit sebelumnya
·         Pernah sakit batuk yang usang dan tidak sembuh sembuh.
·         Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.
·         Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1.      Resiko tinggi abses dan penyebaran abses berafiliasi dengan :
·         Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
·         Kerusakan jaringan jawaban abses yang menyebar.
·         Daya tahan/ resistensi terhadap abses rendah
·         Malnutrisi
·         Terkontaminasi oleh lingkungan.
·         Kurang pengetahuan ihwal abses kuman.
2.      Bersihan jalan nafas tak efektif berafiliasi dengan :
·         Sekresi yang kental, lengket dan berdarah
·         Lelah dan perjuangan batuk yang kurang
·         Edema trachea/larink.
3.      Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan adanya faktor resiko :
·         Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
·         Kerusakan membran alveolar kapiler.
·         Sekret yang kental
·         Edema Bronkial.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan:
·         Kelemahan
·         Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
·         Dispnea
·         Anorexia
·         Penurunan finansial /biaya.
5.      Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), ihwal kondisi, pengobatan, pencegahan, berafiliasi dengan :
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognitif, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.

Pengobatan
1.      Nama obat : INH
Dosis         :  1 x 400 mg
     Farmakokinetik:
·         Diabsorbsi       : saluran pencernaan, kuliner mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
·         Puncak            :  1 - 2 jam
·         Distribusi         :  keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta
·         Metabolisme    : tidak diaktifkan oleh acetylation  di  dalam hati
·         Eliminasi         : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan  dalam air  susu
Efek samping:
Biasanya dihubungkan dengan dosis
·         CNS
Parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan , menstruasi
·         Mata
Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
·         GI 
Mual , muntah , epigastrium distress, lisan kering, konstipasi
·         Hematologi
Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia, methemoglobinemia
·         Hepatotoksisitas
Panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis
·         Metabolik endokrin
Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi  pridoksin  (vitamin B6), pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
·         Lain-lain
Dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus syndrome, iritasi di tempat  bekas injeksi.


Implikasi perawatan:
Pengelolaan :
·         Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum kuliner diabsorbsi, kalau terjadi iritasi  GI, obat  boleh diberikan bersama makanan
·         Isoniazid dalam  bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat  yang hangat atau dalam  temperatur ruangan.
·         Nyeri  lokal  sementara sesudah injeksi IM, massage tempat injeksi dengan cara memutar tempat injeksi 
·         Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30  C kecuali diberikan secara sebaliknya
Pengkajian/efek obat:
·         Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk  mendeteksi kemungkinan basil yang resisten
·         Efek therapetik biasanya menjadi terang dalam 2 - 3 ahad pertama pemberian therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai  sputum yang  berkurang setelah  6 bulan
·         Pemeriksaan mata
·         Monitor Tekanan darah selama pemberian obat
·         Pasien seharusnya secara hati-hati  dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan  untuk mendeteksi dini dari tanda dan tanda-tanda hepatotoksisitas
·         Therapi INH yang kontinyu sesudah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati yang lebih berat
·         Isoniazid hepatitis (kadang-kadang  fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang meminum alkohol setiap hari
·         Cek berat tubuh 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart
·         Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang konkret dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan
·         Neuritis peripheral lebih banyak mengakibatkan afek toksik seringkali  didahului oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan mencakup (termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, perempuan hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien:
·         Memeperingatkan  pasien  terhadap kuliner yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.
·         Instruksi pasien  untuk  melapor kepada medis bila ada tanda dan tanda-tanda dari perkembangan hepatotoksik
·         Memperingatkan pasien terhadap kuliner yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi penyebab  dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
·         Umumnya therapi INH  diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila dipakai untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2.      Nama obat : Ethambutol hydrochloride
Dosis   :  Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan hingga 15 mg/kgBB/hr
Anak   :  6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
·         Absorbsi          :  70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan
·         Puncak            : 2 - 4 jam
·         Distribusi         : didistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.
·         Metabolisme    : dimetabolisme dalam hati
·         Eliminasi         : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 %  dikeluarkan dalam feses
Efek samping:
·         CNS :
Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas pecahan bawah
·         Mata :
Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada pecahan pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.
·         Saluran pencernaan :
Anoreksia, mual, muntah, nyeri  abdomen
·         Hypersensitifitas : 
Pruritis , dermatitis, anafilaktis
·         Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, keganjilan EKG, pengeluaran keringat
Implikasi perawatan:
·         Ethambutol mungkin diberikan  sesudah makan kalau iritasi saluran pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh kuliner dalam perut.
·         Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang  tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan eksklusif .
Pengkajian dan imbas obat:
·         Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan .
·         Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan sesudah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa ahad hingga beberapa bulan sesudah obat tidak dilanjutkan
·         Uji opthalmoskopik mencakup tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan memakai kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama
·         Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau  perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan laboratorium ihwal fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas sanggup dihasilkan dari  ekresi obat-obat yang lambat
·         Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh.

Pendidikan pasien dan keluarga:

·         Secara umum, therapi sanggup berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa dipakai dengan baik
·         Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.
·         Sarankan pasien untuk melaporkan  dengan sempurna pada dokter ihwal insiden mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang pandang , beberapa tanda-tanda penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan ihwal matanya
·         Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa ahad hingga beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.
3.      Nama obat : Rifampisin
Dosis :   1 x 450 mg
Farmakokinetik:
·         Absorbsi          : dengan  gampang diabsorbsi di saluran pencernaan
·         Puncak            : 2 - 4 jam
·         Distribusi         :  didistribusikan kemana-mana mencakup CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu
·         Metabolisme    :  Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik
·         Eliminasi         : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
Efek  samping :
·         CNS:
Fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri  pada ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya indera pendengaran frekuensi rendah, secara sementara.
·         GI:
Heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis pseudomembran
·         Hematologi:
Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, mencakup (termasuk) anemia hemolitik
·         Hypersensitivitas :
panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada lisan dan lidah, eosinophilia, hemolisis
·         Ginjal:
hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
·         Lain-lain: 
hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis

·         Overdosis:
Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver  dan pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi perawatan:
·         Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
·         Suspensi oral sanggup disiapkan dari kapsul untuk dipakai pada pasien pediatri
·         Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Puncak dari tingkat serum  diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
·         Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , sanggup menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan imbas obat:
·         Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan  dalam keadaan / waktu kultur positif
·         Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara tertutup (closely)
·         Jika pasien  juga menerima anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali untuk menciptakan dan menjaga aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga:
·         Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang memakai kontak lensa atau beling berwarna lainnya yang permanen
·         Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama memakai Rimfapisin dan kontrasepsi  oral menurunkan  keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan  menstruasi (spotting, perdarahan)
·         Perhatikan pasien semoga menjaga obat dari jangkauan anak-anak
4.      Nama obat : Pyrazinamide
      Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik:
·         Absorbsi          :  eksklusif diabsorpsi dari saluran pencernaan
·         Puncak            : 2 jam
·         Distribusi         : melewati barier darah otak
·         Metabolisme    : di metabolisme di hati
·         Eliminasi         : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin

Efek samping:
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan:
·         Obat seharusnya tidak dilanjutkan kalau ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout
·         Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15  - 13 C)
Efek obat:
·         Pasien harus diobservasi dan menerima petunjuk dari supervisi medis
·         Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)
·         Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan takaran tinggi
·         Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 ahad selama terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga:
·         Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan
·         Pasien  seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari kalau memungkinkan
·         Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia
5.      Nama obat : Aldactone
      Dosis : 2 x 100 mg
      Farmakokinetik :
·         Absorbsi          : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.
·         Puncak            : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.
·         Durasi              : 2-3 hari atau lebih.
·         Distribusi         : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.
·         Metabolisme    : di hati dan di ginjal.
·         Eliminasi         : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan  didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.
Efek samping :
·         Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan  ataksia.
·         Endokrin: genekomastik, ketidakmampuan  untuk mempertahankan  ereksi , imbas endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, bunyi dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya glukose toleransi .
·         GI:
Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.
·         Kulit:
Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.
·         Lain-lain:
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·         Berikan dengan kuliner untuk mempertinggi absorbsi makanan.
·         Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
·         Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan imbas obat :
·         Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.
·         Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
·         Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik atau perkembangan odem.
·         Laporkan bila ada imbas perubahan  mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati.
·         Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan takaran dan durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.
Pendidikan pasien dan keluarga :
·         Informasikan pada pasien dan keluarga  imbas obat deuretik yang maksimal mungkin tidak terjadi hingga 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari sesudah obat dihentikan.
·         Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis berat.
·         Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari kuliner yang tinggi potasium dan garam.


BAB III
TINJAUAN KASUS
  IDENTITAS
Nama               : Tn. D             Tgl. MRS : 30 - 9 - 2011
Umur               : 73 tahun                    Diagnosa : TB paru
Jenis kelamin   : Laki-Laki
Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Swasta/pedagang makanan
Pendidikan      : SLTA
Alamat                        : sukabumi
A                              Alasan Dirawat    :  Batuk dan sesak nafas
Keluhan Utama           : Klien menyampaikan sesak napas
Upaya yang telah dilakukan   : Telah diberikan proteksi oksigen 2l/menit .
Terapi yang pernah dilakukan : minum obat OAT teratur

II.    RIWAYAT KEPERAWATAN
       Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mempunyai TB paru semenjak 5 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur dan mempunyai penyakit kencing kerikil semenjak tahun 1996.
Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk darah semenjak 1 hari s       ebelum MRS, tanggal 30 - 8 - 2001 batuk darah kira-kira 5 sendok makan, sebelumnya batuk berdahak putih. Lama-lama penderita tidak sadar kemudian di bawa ke rumah sakit.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Istrisekarang adalag istri ke dua, tidak mempunyai penyakit yang berbahaya, menular atau menurun. Kedua anaknya juga tidak mempnyai penyakit yang berat, hanya batuk pilek dibelikan obat sembuh.


riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sesak nafas semenjak 1 ahad hingga masuk rumah sakit. Klien masuk RS dengan sesak terus-menerus, ketika aktivitas, berjalan, pecahan sesak semakin berat. Apabila berbaring akan lebih nyaman, tidur dengan satu bantal. Saat sesak, tidak terbangun pada malam hari, nyeri ada positif, nyeri lebih berat pada sebelah kiri. Dahak keluar nyeri berkurang. Batuk kadang-kadang, terdapat sputum, warna putih. Keringat malam, penurunan berat tubuh dari 51 kg menjadi 45 kg dalam 3 ahad terakhir. Demam (-), batuk darah (-), riwayat TB Paru, putus obat semenjak tahun 1997, penyakit di sanggup dari tetangga. Mual & muntah tidak ada, pecahan normal, kolam normal, riwayat merokok (+), berhenti semenjak 1 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik     
keadaan umum     :  Compos mentis
Tanda vital            :  TD. 100/80 mmHg, N. 120 x/mnt, S. 36, 80C, RR. 25 x/mnt
Mata                      :  Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
Hidung                  :  Septum nasal tidak dehidrasi, konka tidak hiperemi
Tenggorok             :  Tonsil faring tidak hiperemi
Gigi mulut             :  Oral hygiene cukup, pengecap basah
Leher                     :  JVP. S-2 cmH2O, kaku kuduk negative
Dada                     :  I:  Pergerakkan dada mengembang ketika ide kurang sama kanan dan kiri.
                                 P:  Fremitus kanan dan kiri sama
                                 P:  Sonor
                                 A:  Vesikular, ronkhi (+) kiri dan kanan, berair kasar, Wheezing (+) kanan dan kiri  
Jantung                  :  I:  Ictus kordis tak terlihat
                                 P:  Ictus di sela iga ke-4
                                 P:  Batas jantung kiri dan kanan normal
                                 A: Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-), takhikardi (+)
Perut                      :  I:  Datar
                                 P:  Hepar, liver (+) teraba, NT (-), lemas
                                 P:  Tympani seluruh perut
                                 A:  Bising usus (+) normal
Ekstremitas           :  Akral hangat, oedema (-)
KGB                     :  Tidak ada pembesaran

Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Darah:
Hb                         :  11,2 gram %
Ht                          :  33 gram %
Eritrosit                 :  4,66 juta
Trombosit              :  221.000
Leukosit                :  10.900
Ureum                   :  42
Kreatinin               :  0,9
GDS                      :  101
Analisa Gas Darah:
pH                         :  7,48
PCO2                     :  25
PO2                               :  112
HCO3                    :  18,6
Saturasi O2            :  99 %
Na                         :  125
K                           :  5,0
Rontgen thorak:
·         TB paru positif tipe advances
·         Infiltrat sekunder belum sanggup disingkirkan. 

Terapi
Rifampisin             :  1 x 450 mg
INH                       :  1 x 300 mg
Ethambutol           :  2 x 500 mg
Vitamin B.6          :  3 x 1
O2                                  :  2 liter/mnt
Streptomisin          :  3 x 250 mg
Cefrioxone            :  1 x 2 gr
Dexamethason      :  3 x 1 ampul
Ranitidin               :  2 x 1 ampul
Inhalasi                  :  Ventolin/4 jam
IVFD                    :  I.  D5W:  250 cc + Dopamin 12 tts/mnt mikrodrip
                                 II. NaCl 1 kolf/8 jam

Catatan Perkembangan Klien
24 Februari 2003   :  Pemasangan WSD
25 Februari 2003   :
06.00 Wita:
Subjektif               :  Sesak minimal, nyeri pada lokasi WSD (+)
Objektif                 :  RR. 24 x/mnt
                                 Paru sonor, vesikuler kiri & kanan, Ronchi +/-, Wheezing -/-.
WSD                     :  Produksi (-), undulasi (+), bubble (-)
Analisa medis        :  Pneumothorak sinistra
Terapi                    :  OBH 3 x 15 cc
                                 Toradol 3 x 30 mg
                                 Cefriaxone 2 x 1 gr
                                 Chest fisioterapi: konsul URM cito.
25 Februari 2003 (siang)
Sesak (+), kulit kuning
Tanda Vital           :  TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt, S. 370C
Perkusi                  :  Sonor (+) kiri/kanan                     Ronchi +/-
                                 Vesikuler +/+                                Wheezing -/-
Terapi                    :  Rifamisin 3 x 150 mg
                                 Ethambutol 3 x 750 mg
                                 Streptomycin  3 x 750 mg
                                 BG 3 x 1 mg
                                 TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT                    :  32
SGPT                    :  34
Albumin                :  3,3 gr
Bilirubin                :  1,3 gr
Rencana terapi pukul 06.00 wita diterapkan.

26 Februari 2003
Tanda Vital           :  TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt, S. 370C
Perkusi                  :  Sonor (+) kiri/kanan                     Ronchi +/+            Gallop (+)
                                 Vesikuler +/+                                Wheezing +/+
Terapi                    :  Rifamisin 3 x 150 mg
                                 Ethambutol 3 x 750 mg
                                 Streptomycin  3 x 750 mg
                                 BG 3 x 1 mg
                                 TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT                    :  32
SGPT                    :  34
Albumin                :  3,3 gr
Bilirubin                :  1,3 gr
Planning terapi      :  Lesicol 3 x 2 mg
                                 Toradol 3 x 30 mg
                                 OBH 3 x 15 mg
                                 Cefriaxone 2 x 1 gr
                                 WSD
                                 Chest fisioterapi

6 Maret 2003
Tanda Vital           :  TD. 100/70 mmHg, P. 20 x/mnt, N. 100 x/mnt, S. 36,70C
Perkusi                  :  Sonor (+) kiri/kanan                     Ronchi -/-           
                                 Vesikuler +/+                                Wheezing -/-
Sklera                    :  Tidak ikterik
SGPT                    :  30
SGPT                    :  23
Albumin                :  3,3 gr
Planning terapi      :  OBH 3 x 1 mg, Toradol 3 x 30 mg, Chest fisioterapi
Analisa Data

NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI

1
19-01-2003
DO:
-    RR. 25 x/mnt
-    Ronchi +/+
-    Riak +

DS:
-    Klien mengeluh sesak napas
-    Klien menyampaikan sering batuk dan mengeluarkan dahak

Bersihan jalan nafas tak efektif
Sekret yang kental, lengket
2
19-01-2003
DO:
-    Pneumothorak (+)
-    RR 25 x/mnt
-    Hasil AGD

DS:
-    Klien mengeluh sesak nafas

Gangguan pertukaran gas
Penurunan permukaan tempat efektif paru (pneumothorak)
3
19-01-2003
DO:
-     BB menurun dalam waktu 3 minggu       
(51 kg – 46 kg)
-     Asupan nutrisi (?)
-     Turgor kulit (?)
-     Albumin (?)
-     Hb (?)

DS:
Klien menyampaikan tidak nafsu makan (?)

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
4
25-02-2003
DO:
-    WSD terpasang disebelah kiri
-    Undulasi (+)
-    Bubble (-)
-    Produksi (-)
-    Nadi 120 x/mnt
-    RR 36 x/mnt
DS:
Klien mengeluh nyeri pada tempat pemasangan WSD

Nyeri
Efek pemasangan WSD






5
25-02-2003
DO:
-    Dispnea
-    RR 36 x/mnt
-    Retraksi dinding dada (?)
-    AGD (?)
-    Sianosis (?)
-    Nafas cepat, dangkal (?)

DS:
Klien mengeluh sesak nafas

Pola nafas tak efektif
Penurunan perluasan paru, akumulasi udara
7
25-02-2003
DO:
-    Leukosit 10.200
-    Lokasi pemasangan WSD, tanda-tanda abses (?)
-    Suhu (?)
-    Ronchi +/+
-    Wheezing +/-

Infeksi sekunder
Efek pemasangan WSD
6
25-02-2003
DO:
-    Bilirubin direk 0,6
-    Bilirubin indirek 0,7
-    SGOT 32
-    SGPT 34
-    Kulit kuning
Kerusakan fungsi hepar
Efek pengobatan TB Paru


Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tak efektif berafiliasi dengan sekret yang kental, lengket.
2.      Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan penurunan permukaan tempat efektif paru (pneumothorak)
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan anoreksia
4.      Nyeri berafiliasi dengan imbas pemasangan WSD
5.      Pola nafas tak efektif berafiliasi dengan penurunan perluasan paru, akumulasi udara
6.      Infeksi sekunder berafiliasi dengan imbas pemasangan WSD
7.      Kerusakan fungís hepar berhubangan dengan imbas pengobatan TB Paru
Rencana Keperawatan Utama

Diagnosa:
Bersihan jalan nafas tak efektif berafiliasi dengan sekret kental, lengket.
Tujuan Umum:
Bersihan jalan nafas kembali efektif
Tujuan Khusus:
Dalam 4 – 6 jam bersihan jalan nafas kembali efektif
Data objektif:
-          RR 16 – 20 x/mnt
-          Sekret keluar ketika batuk
-          Ronchi berkurang
Data subjektif:
-          Klien menyampaikan sesak nafasnya berkurang

Intervensi

Rasional
1.      Kaji fungsi pernafasan, pola bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot komplemen






2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.





3.      Berikan posisi semi atau fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan napas dalam.





4.      Bersihkan sekret dan lisan dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.



5.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

6.      Lembabkan udara/oksigen inspirasi.



7.      Beri obat-obatan sesuai indikasi:
Agen mukolitik, pola asetilsistein (mucomyst).



Bronkodilator, pola okstrifillin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur).



Kortikosteroid (Prednison)



8.      Bersiap untuk /membantu intubasi darurat.
1.         Penurunan bunyi napas sanggup memperlihatkan atelektasis. Ronki, mengi memperlihatkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang sanggup mengakibatkan penggunaan otot komplemen pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.

2.         Pengeluaran sulit, bila sekret sangat tebal (mis. Efek abses dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitas) paru atau luka bronkial dan sanggup memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

3.         Posisi membantu memaksimalkan perluasan paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

4.         Mencegah obstruksi /aspirasi. Penghisapan sanggup diharapkan bila pasien tak bisa mengeluarkan sekret.

5.         Pemasukkan tinggi cairan membanu untuk mengencerkan sekret, membuatnya gampang dikeluarkan.

6.         Mencegah pengeringan membrane mukosa; membantu pengenceran sekret.

7.         Indikasi:
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.

Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahana terhadap anutan udara.

Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.

8.         Intubasi diharapkan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring atau perdarahn paru akut.






DAFTAR PUSTAKA


Arthur C. Guyton and John E. Hal. (1997). Buku latih fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta.
Brunner & Suddarth. (1996). Buku latih keperawatan medikal bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta
Marylin E. Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Slyvia & Lorainne. (1992). Patofisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit.     Edisi 4. EGC. Jakarta

Sumber http://macrofag.blogspot.com