Hei!
Oke, jika kalian enggak menoleh nggak masalah… Tapi… Tapi jangan menatap blog ini dengan tatapan jijik macam itu donk.
Biasa aja, blog ini nggak salah, pemiliknya aja yang mungkin sesat.
Postingan kali ini akan menjadi menarik untuk para pecinta kopi, jika kau bukan pecinta kopi maka cintailah, biar bisa menarik!
Setelah terdampar di pulau kelahiran Berau ini, yang katanya Abahku “Mahfuzh ini dulu pas kecil, ari-arinya nggak di larung ke sungai, makanya balik lagi ke daerah kelahiran”. Aku mau menegaskan bahwasannya kakiku sudah gatal mau menginjak tanah kalimantan lainnya, sulawesi dan sumatera!
Di sini saya jarang sekali keluar, bahkan hanya untuk ngopi, mungkin seminggu hanya sekali saja, itu pas malam minggu, kami ke tepian sungai untuk ngumpul sama teman-teman SMA, bahasa jeleknya cangkru’an, bahasa enaknya silaturahim, tergantung bagaimana memandang.
Kemarin pas motoran ketemu yang namanya kedai kopi Semerbak Coffee. Aku eksklusif tertarik, alasannya ialah memang pernah membaca buku Follow Your Passion yang ditulis oleh pendirinya Semerbak Coffe Muadzin F Jihad.
Buku ini berisi perihal semangat dalam berbisnis, di dalamnya berisi pengalaman jatuh berdiri Si Penulis dalam membangun bisnisnya, termasuk hutangnya yang banyak alasannya ialah mencoba bisnis.
Yang paling berharga yang kupelajari dari buku itu ialah
Bisnis itu bukan perihal besar kecilnya modal, bisnis besar bisa saja modal awalnya kecil, tergantung anda mengeksplorasi peluang yang ada!
Ceritanya menciptakan perjuangan loundry dengan modal ratusan juta, lalu gagal dan dikalahkan manfaatnya dengan bisnis jualan kopinya yang hanya modal 3juta rupiah itu ialah pelajaran penting bagi orang kere macam saya! Orang kere #catet
Karena menemukan Semerbak Coffee, malam ini saya berencana untuk mencoba kopinya, ingin tau gila! Gimana mungkin orang jadi kaya raya cuma alasannya ialah jual kopi! Padahal Mbok Nah penjual kopi di kampung ya hidupnya gitu-gitu aja!
Berangkat rencananya saya hanya sendirian, tapi pas di jalan dengar azan isya’, alhasil sholat sek di masjid, biar shaleh katanya. Di masjid ketemu sahabat baikku Gurov, alhasil ia tetapkan untuk ikut gabung. Why not?
Tak butuh waktu usang untuk hingga ke Semerbak Coffee.
Aku eksklusif mengambil menu, alasannya ialah begitu penasarannya dengan sajian kopinya! Setelah kubaca, ternyata sedikit sekali pilihanya. Itu mengecewakan! Tapi tetap aja pesan, Stobery Coffee.
Sedangkan Gurov pesan Mocacino Coffee.
Beberapa ketika lalu pelayan tiba dengan dua Cup Coffee yang sama persis, yang bikin saya bingung.
“Ini mana yang rasa Stobery Rov?”
“Nggak tau, warnanya sama” kata Gurov sambil masih asik mainan HP.
Aku minum duluan, lho sanggup Mocacino-nya Gurov, Gurov juga minum Strobery Coffee-ku. ehh… Tuker.. tuker.. Aku rasain kopinya…Mm… Seperti kopi di campur Strowbery (Emang Strowbery Coffee tauuuuuk!).
Okelah.. Begitulah ceritanya semua. Aku mulai malas menulis, yang niscaya menyerupai kalian lihat di foto.
Beda Semerbak Coffee dengan Kopinya Mbok Nah itu kemasannya! Kemasan diatas bisa meningkatkan harga dan juga penjualan kopinya, di samping rasa kopinya yang cukup unik. Kemasan itu penting!
Ini perihal membangun brand.
Usahamu boleh saja kecil, tapi terlihat kecil ialah masalah! Usahamu boleh saja tidak berkelas, tapi terlihat tidak berkelas ialah kesalahan! Modifikasi tampilan usahamu menjadi sangat berkelas dan besar maka suatu ketika usahamu benar-benar besar!
Thanks guys!
If you too lazy to comment, then just eat Baygon! the spiral one!
Sumber https://mystupidtheory.com