Random post

Friday, September 1, 2017

√ Askep Lymphoma Hodgkin


ASKEP LIMFOMA HODGKIN

MAKALAH SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI
LIMFOMA HODGKIN



1.        ANATOMI DAN FISIOLOGI

      Limfe ialah cairan jaringan yang masuk kedalam pembuluh limfe
        Pembuluh limfe berbentuk menyerupai tasbih lantaran mempunyai banyak katub sepanjang perjalanannya
     Pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe → pembuluh limfe kecil → pembuluh limfe besar → masuk ke anutan darah
                Limfe sebelum masuk anutan darah, melalui satu atau banyak kelenjar limfe
                Pembuluh limfe aferen ialah pembuluh limfe yang membawa limfe masuk kelenjar limfe
                Pembuluh limfe eferen ialah pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar limfe
         Limfe masuk anutan   pada pangkal leher melalui: Ductus Limphaticus dexter dan Ductus thoracicus (Ductus Limphaticus sinister)
               Sistem jalan masuk limfe bekerjasama erat dengan sistem sirkulasi darah.
                Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.
                Sebagian cairan darah yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan masuk pembuluh darah melalui 
          jalan masuk limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
         Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai jalan masuk limfatik yang mengalirkan kelebihan cairan secara  langsung dari ruang interstisial.
                Beberapa pengecualian antara lain pecahan permukaan kulit, sistem saraf pusat, pecahan dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.
                Limfe menyerupai dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
            Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di dalam jalan masuk limfe.
                Limfe dalam pembuluh limfe digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu oleh katup yang terdapat di sepanjang pembuluh limfe.

FUNGSI SISTEM LIMFATIK
1.             Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2.             Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3.             Membawa lemak yang sudah dibentuk emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah jalan masuk lakteal (di mukosa usus halus)
4.             Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran organisme itu ke dalam jaringan, dan pecahan lain tubuh.
5.             Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme

SALURAN LIMFE
                Terdapat dua jalan masuk limfe utama, ductus thoracicus dan ductus limfaticus dextra.
                Ductus thoracicus atau ductus limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe dari tubuh pecahan tungkai bawah (kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri, kepala kiri, lengan kiri, kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena subclavia sinistra
                Ductus Limphaticus Dexter ialah jalan masuk yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan isinya ke dalam vena subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan leher.
                Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe sanggup meradang (kelenjar limfe bengkak, merah dan sakit), proses ini biasa disebut nglanjer (limfadenitis)
                Limfadenitis mengambarkan adanya infeksi pada pembuluh limfe (jaringan) diatasnya

PEMBULUH LIMFE
                Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi mempunyai lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe sepertinya menyerupai rangkaian petasan atau tasbih.
                Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis endotelium.
                Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan banyak sekali organ.
                Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai penyerapan lemak (kilomikron), disebut lacteal villi

KELENJAR LIMFE / LIMFONODI
                Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau menyerupai kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
                Kerjanya sebagai penyaring limfe dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.
                Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.

TONSIL
                Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila faringialis, tonsila palatina, tonsila lingualis)
                Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung dan tenggorokan
                Tonsil yang gagal menahan infeksi akan meradang yang disebut: tonsilitis

LIMPA / LIEN
                Lien ialah kelenjar yang terletak di regio hipogastrium sinistra, didalamnya berisi banyak jaringan limfe dan sel darah
                Fungsi lien:
1.             Membentuk eritrosit (terutama ketika janin)
2.             Memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah
3.             Menghasilkan limfosit, antibodi
4.             Menghancurkan leukosit dan trombosit

RES (RETIKULO ENDOTELIAL SITEMA)
                Sistem didalam jaringan dan organ yang berfungsi memakan (fagosit) benda asing dan basil yang masuk tubuh
                Yang termasuk RES adalah:
1.             Kelenjar limfe
2.             Limpa
3.             Hati
4.             Sumsum tulang

2.       DEFINISI
         Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah bening merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar di seluruh tubuh.
         Limfoma Hodgkin : Pada limfoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan sanggup menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang, maka akan menghipnotis fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B ialah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama penemu penyakit ini pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.

3.        ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai kiprah dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.

4.        GEJALA KLINIS
Pasien dengan limfoma Hodgkin sanggup hadir dengan tanda-tanda berikut:
         Malam berkeringat
         Unexplained berat badan
         Kelenjar getah bening: tanda-tanda yang paling umum dari Hodgkin ialah pembesaran menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah bening. Node juga mungkin merasa lemas dan nanah ketika diperiksa. Node pada leher dan pundak (leher rahim dan supraklavikula) yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata). Kelenjar getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada sebuah radiograf dada.
         Splenomegali: pembesaran limpa terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma Hodgkin. Pembesaran, bagaimanapun, jarang besar dan ukuran limpa sanggup berfluktuasi selama pengobatan.
         Hepatomegali: pembesaran hati, lantaran keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5% kasus.
         Hepatosplenomegali: pembesaran baik hati dan limpa disebabkan oleh penyakit yang sama.
         Nyeri:
Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat ialah menyakitkan sesudah konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat jarang.
Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang tidak sanggup lokal atau penyebabnya ditentukan oleh investigasi atau teknik pemindaian) telah dilaporkan dalam beberapa masalah limfoma Hodgkin. Punggung bawah yang paling sering terkena.
         Tambalan berwarna merah pada kulit, perdarahan yang gampang dan petechiae lantaran jumlah platelet rendah (sebagai akhir infiltrasi sumsum tulang, meningkatkan menjebak dalam limpa dll - yaitu penurunan produksi, peniadaan meningkat)
         Sistemik gejala: sekitar sepertiga pasien dengan penyakit Hodgkin juga sanggup hadir dengan tanda-tanda sistemik, termasuk demam, berkeringat di malam hari; berat tubuh yang tidak sanggup dijelaskan setidaknya 10% dari total massa tubuh pasien dalam enam bulan atau kurang, kulit gatal (pruritus) lantaran meningkatnya kadar eosinofil dalam anutan darah, atau kelelahan (kelesuan). Gejala-gejala sistemik menyerupai demam, keringat malam, dan penurunan berat tubuh yang dikenal sebagai tanda-tanda B, dengan demikian, adanya demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam memperlihatkan bahwa panggung pasien, misalnya, 2B 2A bukan.
         Siklus demam: pasien mungkin juga hadir dengan demam tinggi kelas siklis dikenal sebagai demam Pel-Ebstein, atau lebih sederhana "demam PE". Namun, ada perdebatan mengenai apakah atau tidak demam PE benar-benar ada.

5.        PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor sanggup memberi kerusakan pengutamaan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor sanggup mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik sanggup timbul benjolan yang kenyal, gampang digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi sanggup dimulai dengan tanda-tanda penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini sanggup segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul menurut lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.

6.        KLASIFIKASI

Stadium
Penyebaran penyakit
Kemungkin untuk sembuh
(angka impian hidup selama 15 tahun tanpa penyakit lebih lanjut)
I
Terbatas ke kelenjar getah bening dari satu pecahan tubuh
(misalnya leher pecahan kanan)
Lebih dari 95%
II
Mengenai kelenjar getah bening dari 2 atau lebih tempat pada sisi yang sama dari diafragma, diatas atau dibawahnya
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak)
90%
III
Mengenai kelenjar getah bening diatas & dibawahdiafragma
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan selangkangan)
80%
IV
Mengenai kelenjar getah bening dan pecahan tubuh lainnya
(misalnya sumsum tulang, paru-paru atau hati
60-70%

7.        PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di bersahabat jantung
b.      Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut dan panggul
c.       CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
d.      Skening gallium bisa dipakai untuk memilih stadium dan menilai imbas dari pengobatan
e.       Laparatomi (pembedahan ntuk menyidik perut) kadang diharapkan untuk melihat penyebaran limfoma ke perut.

8.        PENATALAKSANAAN
• Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal kalau mereka tidak mempunyai tanda-tanda dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.

• Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi sanggup disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang mendapatkan khemoterapi dan ini sanggup bermanfaat khusus kalau penyakit menimbulkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh tubuh takaran rendah sanggup menciptakan hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

• Khemoterapi
1.Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang sanggup memperlihatkan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapikarenapenyakittingkatlanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga sanggup dipakai pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya. 

9.        PROGNOSIS
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini sanggup sembuh atau hidup usang dengan pengobatan, meskipun tidak 100%. Tetapi oleh lantaran sanggup hidup lama, kemungkinan mendapatkan late complication makin besar. Late complicationitu antara lain:
         Timbulnya keganasan kedua/sekunder
         Disfungsi endokrin yang kebanyakan ialah tiroid dan gonade
         Penyulit kardiovaskuler terutama mereka yang medapat kombinasi radiasi  dan tunjangan antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
         Penyulit pada paru. Pada mereka yang menerima radiasi dan bleomisin yang juga dose related.
         Pada bawah umur sanggup terjadi gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001: 199).
         Sepsis

10.    KOMPLIKASI
Penyakit Hodgkin sanggup menyerang sistem syaraf dan menimbulkan lesi di mediastinum yang sanggup menimbulkan sindrom vena cava superior. infeksi herper zooster sering menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994: 275). Sindrom Vena cava superior ialah sekumpulan tanda-tanda akhir pelebaran pembuluh darah vena yang membawa darah dari pecahan tubuh atas menuju ke jantung, Penghambatan anutan darah ini (oklusis) melewati vena ini sanggup menimbulkan sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada pecahan atas membengkak, kadang-kadang juga lengan atas. Pada investigasi selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga tampak dilatasi dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.
                       
11.    EPIDEMIOLOGI
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal lantaran penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka insiden LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang remaja dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 hingga 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada pria dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka insiden Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang remaja muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun. 

12.    PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Hodgkin lantaran penyebabnya tidak diketahui. Suatu faktor risiko ialah sesuatu statistik yang meningkatkan prevalensi penyakit.
Faktor risiko meliputi:
         Jenis Kelamin: laki-laki
         Usia: 15-40 dan lebih dari 55
         Riwayat keluarga
         Sejarah mononukleosis menular atau infeksi dengan virus Epstein-Barr, biro penyebab mononucleosis
         Sistim imun yang melemah, termasuk infeksi HIV atau adanya AIDS
         Penggunaan hormon pertumbuhan dalam jangka panjang

13.    ASKEP
a.       Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik sanggup timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, gampang digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi sanggup dimulai dengan tanda-tanda penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini sanggup segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang sanggup ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
b.Sering keringat malam.
c.Cepat merasa lelah
d.Badan Lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang

2. Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat

3.Kebutuhan dasar
 • AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan kekuatan, pundak merosot, jalan lamban dan tanda lain yang memperlihatkan kelelahan

• SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda:
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena lantaran pembesaran nodus limfa ialah insiden yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

• INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor stress, contohnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, contohnya marah, menarik diri, pasif

• ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, pola intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
-          Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
-          Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
-          Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
-          Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
• MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat tubuh yang tak sanggup dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat tubuh dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau ajudan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal)
• NEUROSENSORI
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) memperlihatkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

• NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena sesudah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, sikap berhati-hati.

• PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda:
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, pola peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

• KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit ialah peningkatan suhu malam hari terakhir hingga beberapa ahad (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda: :
Demam menetap tak sanggup dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa tanda-tanda infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus sanggup terasa kenyal dan keras, diskret dan sanggup digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

• SEKSUALITAS
Gejala :
Masalah perihal fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.

• PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

b. Diagnosa Keperawatan 
1.Nyeri b.d biro cedera biologi
2.Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas.

c. Intervensi
A. Nyeri b.d biro cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien   berkurang/hilang dengan KH :
 1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang tempat nyeri
 Intervensi :
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam memilih intervensi selanjutnya
2.Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, sanggup membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam tunjangan obat analgetik
R : obat analgetik sanggup mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien

B. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
R : dengan memantau suhu tubuh klien sanggup mengetahui keadaan klien dan juga sanggup mengambil tindakan dengan tepat
3.Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres sanggup menurunkan suhu tubuh klien
4.Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh klien)
R : dengan banyak minum diharapkan sanggup membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh klien
5. Kolaborasi dalam tunjangan antipiretik
R : antipiretik sanggup menurunkan suhu tubuh

C. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien sanggup terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat tubuh stabil
2.Nafsu makan klien meningkat
3.Klien memperlihatkan sikap perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat tubuh yang sesuai
Intervensi :
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk masakan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
2.Observasi dan catat masukan masakan klien
R : mengawasi masukan kalori
3. Timbang berat tubuh klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat tubuh dan efektivitas intervensi nutrisi
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster
5. Kolaborasi dalam tunjangan pemanis nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori

D. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan klien dan keluarganya sanggup mengetahui perihal penyakit yang diderita oleh klien dengan criteria hasil :
1.Klien dan keluarga klien sanggup memahami proses penyakit klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang terang perihal penyakit yang diderita oleh klien
3. Klien dan keluarga klien sanggup mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melaksanakan mekanisme terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien sanggup mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

E. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien sanggup bernafas dengan normal/efektif
2.Klien bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan sanggup mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan perluasan paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan perluasan jalan nafas kecil, memperlihatkan klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas


d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
o    Nyeri klien berkurang/hilang
o    Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
o    Kebutuhan nutrisi klien sanggup terpenuhi
o    Klien dan keluarganya sanggup mengetahui perihal penyakit yang diderita oleh klien
o    Bersihan jalan nafas klien efektif/normal

14.       ASPEK LEGAL ETIS
• Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.

• Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti kiprah yang dilakukan perawat tidak menimbulkan ancaman bagi kliennya. Prinsip ini ialah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya sanggup berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan ancaman yang tidak disengaja. 

• Beneficence (do good) 
Beneficence berarti melaksanakan yang baik. Perawat mempunyai kewajiban untuk melaksanakan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

• Justice (perlakuan adil) 
Perawat sering mengambil keputusan dengan memakai rasa keadilan.

• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap janji dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.



DAFTAR PUSTAKA


         Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
         Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. 
         FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
         Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

Sumber http://macrofag.blogspot.com