Pada dasarnya apa yang dilakukan insan yaitu memanfaatkan sumberdaya alam yang berasal dari lingkungan, serta mengembalikan hasil aktifitas berupa buangan (waste) kembali ke lingkungan. Keseimbangan dampak positif pemanfaatan sumber daya alam dan dampak negatifnya bagi kesejahteraan insan sangat dipengaruhi oleh penggunaan teknologi yang digunakan mengeksplorasi sumber daya alam, mengolah buangannya, serta daya asimilasi atau daya dukung lingkungan.

Meningkatnya acara perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan secara terus menerus menyudutkan masyarakat pada permasalahan degradasi lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang berkaitan erat dengan pelayanan publik di wilayah perkotaan yaitu pengelolaan sampah. Volume sampah yang meningkat dengan laju pertumbuhan eksponensial akan menghadapkan pada permasalahan kebutuhan lahan pembuangan sampah, serta semakin tingginya biaya pengelolaan sampah dan biaya-biaya lingkungan.
Budaya konsumerisme masyarakat ketika ini mempunyai andil besar dalam peningkatan jenis dan kualitas sampah. Di Era Globalisasi, para pelaku perjuangan dan pebisnis bersaing sekeras mungkin untuk memasarkan produknya, tidak hanya itu tapi mereka mempunyai taktik bisnis dengan mengemas produknya dengan kemasan yang menarik konsumen. Bervariasinya kemasan produk tersebut menimbulkan peningkatan jenis dan kualitas sampah.
Kebijakan Pengelolaan Sampah
Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :
1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya hingga ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana pertolongan berupa tong sampah, kolam sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melaksanakan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan memakai sarana pertolongan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan final (TPA).
3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.
Pengelolaan sampah, terutama di daerah perkotaan, terpelajar balig cukup akal ini dihadapkan kepada banyak sekali permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian masyarakat (human behaviour) yang masih sangat rendah serta problem pada kegiatan pembuangan final sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Manusia sesuai kodratnya diberikan kelebihan ilmu pengetahuan yang secara alami (instinctive) sanggup muncul dengan sendirinya tergantung kepada kepekaan dalam menanggapi atau pun membaca fenomena alam dan kemudian menerjemahkan ke dalam dunia konkret sebagai tindakan konkret manusia. Manusia selalu diuji kepekaannya dalam menanggapi gejala alam, untuk itu insan selalu meningkatkan kemampuan budaya, mulai dari budaya yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup hingga budaya untuk membuat rekayasa membuat lingkungan hidup yang nyaman, sejahtera, dan berkelanjutan.
Teknik Pengelolaan Sampah
Sampah (refuse) yaitu sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh insan (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human wastetidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya yaitu : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia memperlihatkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut sanggup digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991).
Pengelolaan sampah yaitu semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah semenjak ditimbulkan hingga dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan final (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya sanggup disimpulkan bahwa intinya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh lantaran itu dalam memilih metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya yaitu SK SNI S-04- 1993-03 perihal Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang yaitu sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya yaitu semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih mempunyai nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, sanggup memperlihatkan efek yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi berdasarkan jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini yaitu untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan memakai gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah sanggup diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya yaitu :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya yaitu mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang sanggup mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya sanggup berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan lantaran teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting),Kompos yaitu pupuk alami (organik) yang terbuat dari materi – materi hijauan dan materi organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, contohnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, menyerupai urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik materi baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan sanggup dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari sanggup dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan sanggup dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan final sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang ketika ini dilakukan yaitu dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan yaitu dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini problem sampah merupakan fenomena sosial yang perlu menerima perhatian dari semua fihak, lantaran setiap insan niscaya memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik sanggup menimbulkan banyak sekali dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini yaitu :
a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien lantaran mulai dari sumber sampah hingga ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan teknologi lanjutan berupakomposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan berdasarkan jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.
b. Pembuangan final ke TPA sanggup menimbulkan masalah, diantaranya :
– Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan final sehingga hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
– Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis basil serta bibit penyakit lain juga sanggup menimbulkan anyir tidak sedap yang sanggup tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada alhasil akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.
Kerangka Analisis Sistem Pengeloaan Lingkungan
Salah satu warta penting dalam globalisasi yaitu problem lingkungan. Oleh lantaran itu, semua pihak mempunyai kewajiban untuk memperlihatkan proteksi terhadap lingkungan secara proporsional. Perlindungan lingkungan hidup yaitu suatu problem yang harus dipertimbangkan dari aspek global. Masyarakat dunia telah bereaksi untuk turut serta memperlihatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui deklarasi yang dibuat oleh konferensi PBB di Stockholm pada bulan Juni 1972. deklarasi tersebut perihal proteksi lingkungan dalam pencegahan pencemaran dan seruan dalam perjuangan koordinasi ke seluruh dunia lewat partisipasi global tidak hanya negara-negara maju tetapi juga negara-negara berkembang (Hadiwiardjo, 1997).
Kedudukan pemerintah sangat strategis dalam hal memperlihatkan proteksi terhadap lingkungan menyerupai pembuatan kebijakan serta berperan untuk memfasilitasi dan mendorong gerakan kepedulian terhadap lingkungan. Keberadaan masyarakat juga sangat penting untuk turut serta berperan aktif menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan. Karena segala dampak yang diakibatkan oleh lingkungan pihak masyarakatlah yang secara pribadi merasakan.
Menurut Kimberly (2002), Sistem Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management System / EMS)adalah potongan dari keseluruhan sistem administrasi yang termasuk struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber-sumber untuk mengembangkan, melaksanakan, mencapai, mereview dan memelihara kebijaksanaan lingkungan yang berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan – Do – Check – Action), sehingga elemen-elemen utamaEMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar EMS, yaitu : (1). Kebijakan (dan komitmen) lingkungan, (2). Perencanaan, (3). Penerapan dan Operasi, (4). Pemeriksaan dan tindakan koreksi, (5). Tinjauan manajemen, dan (6).Penyempurnaan menerus. Seperti terlihat dalam gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 1. Elemen utama Sistem Pengelolaan Lingkungan
Manfaat dari EMS diantaranya yaitu untuk : meningkatkan kinerja lingkungan, mengurangi/ menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan, mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam dan secara umum bisa mengurangi resiko.
Implementasi dari sistem pengelolaan lingkungan sebagai langkah dan taktik pengendalian penurunan(degradasi) kualitas lingkungan mendasarkan pada 3 unsur pokok atau sering disebut sebagai segitiga emas(golden triangle) yaitu unsur : EKONOMI, EKOLOGI dan MASYARAKAT (Gunawan, 2007). Dalam kekerabatan antar unsur-unsur yang terkandung dalam sistem sosial maupun dalam sistem alam terdapat beberapa proses yang terjadi sebagai berikut :
(1) Hubungan saling keterkaitan (interrelationships)
Unsur-unsur yang terkandung, baik dalam sistem sosial maupun dalam sistem alami saling berinteraksi satu sama lain masing-masing membentuk subsistem-subsistem kecil dalam skala lokalitas yang saling mempengaruhi. Subsistem yang mempunyai sifat dinamika tinggi juga berinteraksi dengan subsistem dari ekosistem lain melalui proses ajaran energi dan materi dan melalui tukar-menukar ataupun perkawinan.
(2) Hubungan saling ketergantungan (independency)
Hubungan tersebut tidak hanya terbatas pada saling keterkaitan, namun juga saling ketergantungan antar subsistem, dan bukan yang mempunyai sifat dinamika tinggi, subsistem yang tidak banyak bergerak pun mempunyai kekerabatan saling ketergantungan. Keberadaan subsistem air dengan kualitas tertentu sangat dibutuhkan oleh subsistem-subsistem lain.
(3) Aliran energi, materi, dan informasi
Hasil pengelolaan sumberdaya ekosistem menghasilkan materi dan energi yang alhasil kembali lagi ke insan sebagai hasil pemanenan. Hasil peningkatan budaya untuk memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan meningkatkan informasi begitu terus sistem peningkatan budaya sehingga terbentuk ajaran informasi (perbaikan budaya sistem usaha).
(4) Proses Seleksi dan Adaptasi
Manusia dalam menghadapi kondisi lingkungan semenjak zaman dulu hingga kini bersifat dinamik mengikuti kemajuan budaya dan teknologi yang dikuasai. Pada awalnya insan sangat tergantung pada kondisi fisik lingkungannya,kemudian bisa mengadakan seleksi atau mencoba dengan cara adaptasi.
Agar sanggup dilaksanakan secara efektif, sistem administrasi lingkungan harus meliputi beberapa unsur utama sebagai berikut (Kimberly, 2002) :
a. Kebijakan Lingkungan : pernyataan perihal maksud kegiatan administrasi lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.
b. Perencanaan : meliputi identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan acara pengelolaan lingkungan.
c. Implementasi : meliputi struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.
d. Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : meliputi pemantauan, pengukuran dan audit.
e. Kajian manajemen : kajian perihal kesesuaian daan efektivitas sistem untuk mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi (Bratasida, 1996).
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai Implementasi dari Sistem Pengelolaan Lingkungan
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi problem yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, lantaran apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan menimbulkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga sanggup mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Oleh lantaran itu untuk mengatasi problem pencemaran tersebut diharapkan penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Oleh lantaran itu penanganan sampah di perkotaan relatif lebih sulit dibanding sampah di desa-desa.
Masalah sampah sebetulnya tidak melulu terkait dengan TPA, menyerupai yang terjadi selama ini lantaran sistem administrasi sampah merupakan sistem yang terkait dengan dengan banyak pihak; mulai dari penghasil sampah (seperti rumah tangga, pasar, institusi, industri, dan lain-lain), pengelola (dan kontraktor), pembuat peraturan, sektor informal, maupun masyarakat yang terkena dampak pengelolaan sampah tersebut sehingga penyelesaiannya pun membutuhkan keterlibatan semua pihak terkait dan bermacam-macam pendekatan.
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu yaitu sistem administrasi yang mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah dengan pembangunan perkotaan, mempertimbangkan semua aspek terkait, menyerupai aspek ekonomi, lingkungan, sosial dan institusi, politik, keuangan dan aspek teknis secara simultan, serta memberi peluang bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan (Damanhuri, 2007).
Sejalan dengan prinsip yang ada dalam sistem administrasi lingkungan (Environmental Management System / EMS) Wilayah cakupan sistem pengelolaan sampah terpadu ini mempunyai prinsip yang secara umum sanggup dirumuskan (Pasang, 2005) sebagai berikut :
1. Perencanaan, Perumusan Kebijakan dan Manajemen
Pada wilayah ini meliputi beberapa aspek kegiatan yaitu : perencanaan strategis, kerangka peraturan dan kebijakan, partisipasi masyarakat, menajemen keuangan, pengembangan kapasitas institusi, serta penelitian dan pengembangan (termasuk di dalamnya investigasi dan tindakan perbaikan).
Konsep planning pengelolaan sampah perlu dibuat dengan tujuan untuk menyebarkan suatu sistem pengelolaan sampah yang modern, sanggup mendapatkan amanah dan efisien dengan tehnologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem tersebut harus sanggup melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memperlihatkan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan yang digunakan dalam konsep planning pengelolaan sampah ini yaitu “meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang sanggup memenuhi tuntutan dalam paradigma gres pengelolaan sampah”. Untuk itu perlu dilakukan perjuangan untuk mengubah cara pandang “sampah dari bencanamenjadi berkah” (Murtadho dan Said, 1988). Hal ini penting lantaran pada hakikatnya pada timbunan sampah itu adakala masih mengandung komponen-komponen yang sangat bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi namun lantaran tercampur secara acak maka nilai ekonominya hilang dan bahkan sebaliknya malah menimbulkan tragedi yang sanggup membahayakan lingkungan hidup.
Dalam planning pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan kiprah serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang meliputi upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah.
Sistem administrasi persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem administrasi yang berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga (Hadiwiardjo, 1997). Para pemulung sanggup ditingkatkan harkat dan martabatnya menjadi kawan tetap pada industri kecil pengolah materi sampah menjadi materi baku. Dana untuk membayar imbalan dari para pegawai/petugas yang terlibat dalam kebersihan kota sanggup diperoleh dari : iuran warga (retribusi tetap dilakukan) ditambah dari hasil laba dari pemrosesan materi sampah.
Pemain dan partner dalam pengelolaan sampah, mulai dari pengguna jasa (rumah tangga, pasar, industri, organisasi), penyedia layanan kebersihan (RT/RW, pemerintah, perusahaan swasta), pendaur ulang (pemulung, pemilik lapak dan pabrik pengguna materi daur ulang), dan produsen dan pengguna pupuk kompos, membuat problem sampah bukan hanya menjadi urusan Dinas Kebersihan atau instansi lainnya di daerah, tapi menjadi urusan dan kepentingan semua pihak.
Program Kerja Pengelolaan Sampah Terpadu
Secara riil pada aspek ini sanggup dirumuskan acara kerja yang akan dilaksanakan menyerupai :
a. Program Jangka Pendek (tahunan), meliputi :
- Optimalisasi pengoperasian TPA dan pembangunan TPA gres bila dibutuhkan
- Pembangunan prasarana guna mengamankan lokasi calon TPA baru;
- Pembangunan incinerator skala kecil di kelurahan-kelurahan;
- Pengembangan acara 3R (reuse, recycle, reduce);
- Pengolahan sampah terpadu dengan pendekatan zero waste;
- Penyusunan studi paradigma gres pengelolaan sampah dari cost center menjadiprofit center; dan
- Pelaksanaan kerjasama dengan pihak swasta, meliputi :
1. Pembangunan TPA dengan sistem sanitary landfill;
2. Pembangunan unit pengolahan sampah dengan sistem biomass product;
3. Pembangunan unit pengolahan sampah dengan sistem pirolisis; dan
4. Pembangunan unit pengolahan sampah dengan sistem ATAD.
b. Program Jangka Menengah (3 tahunan),meliputi :
- Pelaksanaan acara sinergis sampah dan pasir;
- Pembangunan calon TPA sebagai lokasi pengolahan sampah dengan tehnologi tinggi yang dlengkapi dengan sistem sanitary lanfill;
- Pelaksanaan pemilahan sampah di dalam daerah atau tempat penampungan sementara (TPS);
- Pelaksanaan kerjasama dengan pihak swasta lainnya dengan penitikberatan kepada tehnologi yang mengolah sampah organik dan pembangunan unit-unit daur ulang;
- Pengembangan korporasi pengolahan sampah dan kerjasama antar daerah yang lebih luas;
- Pelaksanaan penilaian masterplan sampah pada daerah yang lebih luas/regional
- Pelaksanaan kampanye massal mengenai 3R (reuse, recycle dan reduce) kepada masyarakat;
- Pelaksanaan penilaian terhadap kelembagaan instansi teknis pengelola sampah;
- Pelaksanaan penilaian total terhadap sistem pengelolaan retribusi sampah dalam rangka meningkatkan perolehan retribusi; dan
- Penyusunan dan sosialisasi perangkat-perangkat aturan yang berkaitan dengan tata cara pengelolaan kebersihan.
c. Program Jangka Panjang (5 tahunan), meliputi :
- Pendirian korporasi pengelola sampah antar daerah;
- Pelaksanaan pemilahan sampah semenjak di sumber sampah;
- Pengembangan home composting di masyarakat;
- Pengembangan incinerator skala besar;
- Pengembangan kampanye massal mengenai 3R (reuse, recycle dan reduce)
- kepada masyarakat;
- Pelaksanaan restrukturisasi instansi teknis pengelola sampah;
- Pelaksanaan penegakan aturan secara tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran kebersihan; dan
2. Produksi
Untuk memenuhi sasaran kebutuhan pelayanan pengelolaan sampah yang memadai pada masyarakat, perlu diciptakan iklim yang aman untuk menunjang kiprah serta masyarakat dan swasta. Sosialisasi konsep 3R (reduce, reuse and recycle) yaitu sasaran pertama yang sanggup ditempuh. Diperlukan kampanye sadar kebersihan untuk mendorong masyarakat semoga mau mengumpulkan sampah di tempatnya, bukan membuang sampah di tempatnya.
Konsep ini mendorong masyarakat untuk melaksanakan penanganan sampah di sumbernya, menyerupai pemilahan sarnpah dan pengemasan sampah dengan benar. Lebih jauh hal ini dimaksudkan untuk mendorong penerapan konsep reuse, atau penggunaan kembali komponen-komponen sampah yang masih mempunyai nilai ekonomi. Baik oleh sumber sampah ataupun oleh pihak lain, contohnya pemulung.
Setiap rumah tangga memisahkan sampah mereka ke dalam tiga tempat (tong) sampah. Masing-masing diisi oleh sampah organik, anorganik yang sanggup didaur ulang. Sampah plastik dikumpulkan kemudian dikirim ke industri yang mengolah sampah plastik. Demikian halnya sampah kertas dikumpulkan kemudian dikirim ke industri pengolah kertas. Sedangkan sampah organik disatukan untuk kemudian dikomposkan untuk digunakan sebagai pupuk pertanian. Industri pengolah materi sampah menjadi materi baku dibuat pada skala kawasan, bisa terdiri dari 1 kecamatan atau beberapa kecamatan. Hal ini untuk memangkas jalur transportasi semoga menjadi lebih efisien.
3. Penanganan sampah
Menurut Daniel, dkk (1985) langkah-langkah yang sanggup dilaksanakan dalam penentuan taktik penanganan sampah yaitu berikut :
a. Inventarisasi acara dan data
Membentuk suatu data base pengelolaan persampahan yang terpadu. Dilakukan dengan melaksanakan kajian yang mendalam perihal besarnya laju timbulan sampah yang terjadi sebagai dasar penentuan kebijakan pengelolaan sampah.
Idealnya setiap TPA harus mempunyai jembatan timbang untuk memonitor laju timbulan sampah yang sebenarnya. Dalam jangka pendek, perhitungan laju timbulan sampah sanggup dilakukan dengan melaksanakan kerjasama dengan pihak dinas perhubungan dalam memanfaatkan jembatan timbang milik dinas perhubungan untuk memonitor sampah yang akan masuk ke TPA. Pada tahap selanjutnya, perlu dikaji lebih jauh komposisi dan karateristik sampah. Sehingga kemudian sanggup ditentukan jenis pengolahan sampah yang dibutuhkan.
b. Penetapan Orientasi Pelayanan
Dengan mengalihkan kegiatan pengelolaan sampah dan murni dilakukan pemerintah, kepada suatu tubuh pengelola yang dibuat khusus untuk melaksanakan kiprah tersebut, diharapkan sanggup dicapai perubahan orientasi pelayanan dan kegiatan pengelolaan persampahan. Kendala-kendala pembiayaan dan teknologi yang ada, sanggup diubah menjadi kegiatan yang berorientasi kepada kemandirian dalam melaksanakan kegiatan. Dan contoh ini diharapkan akan didapatkan suatu solusi optimal yang transparan.
Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menujuZero Waste harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Untuk tempat pembuangan akhir, dibagi menjadi tempat pembuangan tipe aman, tempat pembuangan terkontrol, tempat pembuangan terisolasi. Lebih lanjut, pembuangan sampah di TPA harus memakai metode sanitary landfill, sehingga kebutuhan lahan untuk TPA sanggup dibatasi dan kelestarian lingkungan sanggup dijaga dan keberlanjutan dari lokasi dimaksud sanggup dipertanggungjawabkan.
Penutup
Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih memakai paradigma lama: kumpul–angkut–buang.
Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable. Pembakaran sampah dengan insinerator pun dianggap hanya memindahkan problem ke pencemaran udara. Regulasi pengelolaan sampah pun masih diatur secara parsial dan sektoral, belum adanya Undang – undang yang dipahami secara integral yaitu keterkaitannya dengan aspek lain menyerupai :
- tata ruang,
- sosial politik,
- kesehatan,
- kemiskinan,
- peluang perjuangan ,
- investasi,
- ketenagakerjaan,
- teknologi dan lingkungan hidup.
Adanya sampah merupakan suatu konsekuensi dari aktifitas manusia, setiap aktifitas insan niscaya akan mengakibatkan buangan atau sampah. Jumlah volume sampah akan berimbang dengan tingkat konsumsi kita terhadap material yang digunakan sehari hari. Demikian pula dengan jenis sampah sangat tergantung dengan material yang kita konsumsi. Oleh lantaran itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyarakat.
Sistem pengelolaan sampah terpadu yaitu sebuah sistem yang menerapkan prinsip dasar darisistem administrasi lingkungan (Environmental Management System / EMS) akan sanggup berjalan dengan baik kalau bisa mengoptimalkan beberapa hal menyerupai :
- Keterlibatan stakeholders,
- Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership),
- Transparansi (Transparency),
- Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power / Equal Powership),
- Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility),
- Pemberdayaan (Empowerment) dan
- Kerjasama (Cooperation).
Daftar Pustaka
Aboejoewono, A. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.
Azwar, Asrul. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Bratasida, Liana. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan di Indonesia.BAPEDAL. Jakarta.
Damanhuri, Eri. Sampah Indonesia . Tekhnik Lingkungan ITB. Bandung.
Daniel, T. S., Hasan, P. dan Vonny, S. Tehnologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suatu Pendekatan Konseptual. PPLH ITB. Bandung.
Gunawan, T. Pendekatan ekosistem bentang lahan sebagai dasar pembangunan wilayah berbasis lingkungan. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Hadiwiardjo, Bambang, ISO 14001- Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.
Kartikawan, Yudhi, Pengelolaan Persampahan, J. Lingkungan Hidup, Yogyakarta.
Kimberly F. Kodrat. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: makalah filsafat sains, Program Pasca Sarjana (S3) – IPB. Bogor.
Murtadho, D. dan Sa’id, E. G. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Sarana Perkasa. Jakarta.
Outerbridge, Thomas (ed). Limbah Padat di Indonesia : Masalah atau Sumber Daya. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Pasang, Haskarlianus, Pengelolaan Sampah yang Regional dan Terintegrasi, http://www. Sarwono.net.
Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. Tehnologi Pemusnahan Sampah dengan Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi Dan Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Sumber https://idtesis.com