Penyebab Terjadinya Perang Jayaraga
Perang Jagaraga merupakan salah satu sejarah kepahlawanan rakyat Bali dalam mengusir penjajah Belanda. Jagaraga yaitu nama sebuah desa dalam wilayah Kerajaan Buleleng, Bali Utara. Dalam perang jagaraga, hampir semua kerajaan-kerajaan di Bali berpartisipasi mengobarkan perang tersebut.
Kerajaan-kerajaan di Bali yang ikut serta antara lain Buleleng, Karangasem, Gianyar, Badung, Jembrana, Tabanan, Mengwi, dan Bangli. Masalah utama yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya perang jagaraga yaitu berlakunya hak tawan karang bagi raja-raja Bali, yaitu hak raja untuk merampas kapal dan muatannya yang terdampar di wilayah perairan kerajaan di pulau Bali.
Di sisi lain, antara Belanda dan pihak kerajaan Buleleng yaitu Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem beserta Patih I Gusti Ketut telah memiliki perjanjian pada tahun 1843 yang berisi bahwa pihak kerajaan akan membantu kalau kapal Belanda terdampar di wilayah Buleleng, namun perjanjian itu tidak berjalan dengan semestinya.
Dengan adanya hak tawan karang, raja Buleleng melaksanakan perampasan terhadap kapal-kapal Belanda di pantai Prancah dan Sangsit tanpa menghiraukan perjanjian yang pernah dibuat. Belanda tidak mendapatkan dan menuntut semoga kerajaan Buleleng menghapus hak tawan karang dan melepaskan awak kapal Belanda, serta mengembalikan harta rampasan.

Selain itu, Belanda juga menuntut semoga raja-raja di Bali bersedia mengakui kekuasaan Belanda. Tentunya, raja-raja di Bali menolak tuntutan yang diajukan oleh Belanda dan menyiapkan pasukan untuk bertempur. Akibatnya, pada tahun 1846, pasukan Belanda yang berkekuatan 1.700 orang mendarat di Buleleng dan menyerang istana Buleleng.
Walaupun menerima derma kekuatan dari Kerajaan Karangasem, istana Buleleng sanggup ditaklukan oleh Belanda, yang menciptakan raja Buleleng menyingkir ke jagaraga. Setelah menduduki istana Buleleng, Belanda melaksanakan penyerangan lagi ke benteng Jagaraga pada tahun 1848, sebab tuntutan kepada pihak Buleleng dan Karangasem untuk mendatangani perjanjian yang menyatakan abolisi hak tawan karang tidak dihiraukan.
Serbuan itu berhasil digagalkan. Namun, pada 1849 Belanda kembali menyerang dengan derma pasukan dari Batavia, dan akibatnya benteng Jagaraga pun jatuh ke tangan Belanda. Serangan demi serangan diperluas, sampai pada 1906, Belanda sanggup menegakkan kekuasaannya di Bali.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com