Random post

Sunday, September 17, 2017

√ Askep Dbd/Dhf (Dengue Haemoragic Fever)


1.Definisi Penyakit
       Demam berdarah dengue (DBD) yaitu penyakit demam akut yang di sebabkan oleh salah satu dari 4 sarotipe virus dengue yang di tandai dengan manifestasi pendarahan dan bertendesi menimbulkan dan ajal (bagian ilmu kesehatan anak ;UnPad ;2000)


2.Etiologi
       Virus dengue tipe 1,2,3, dan 4(gol. Arthropod borne virus group group b) yang ditularkan melaluigigitan banyak nyamuk Aedes ( Antara lain Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus)

3.Klasifikasi
     
        Menurut WHO(1997) dibagi atas :
Dearajat 1: demam dan uji tarquet
Derajat  2: demam dengan pendarahan impulsif , pada umumnya di kulit atau dan di tempat lain.
Derajat 3:Ditemukan kegagalan sirkulasi yang di tandai dengan nadi cepat dan lembut , tekanan nadi kurang dari 20 mmHg atau hipotensi dengan kulit hambar ,lembab dan gelisah .
Derajat 4:renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan dan tensi yang tidak sanggup diukur.

Hipotesa yang di anut dalam penyakit DBD
-         “The secondary heterologous infection hypothesis “
Seseorangf gres akan menderita penyakit DBD  jikalau di gigit nyamuk Aedes Aegypti yang kedua kalinya  yang mengandung type virus yang  berbeda  dari type virus pertama.  \

IV Patofisiologi

      Infeksi firus dengue melalui gigitan nyamuk → Kompleks virus antibody → Aktivitas system complement (C3 dan C5) → Pelepasan peptide (3A dan C5A)→ Merangsang pelepasan histamin → Peningkatan permiabilitas pemb. Darah → Kebocoran plasma dan perpindahan cairan dari vaskuler ke intersisias → Penurunan volume cairan intravaskuler (hipovolemik) → Hemokonsentrasi dan hipoproteinuri → Gangguan keseimbangan cairanpelektrolit.

      V Kriteria diagnosis
         - Kontak dengan penderita DBD / DSS
         - Kriteria WHO
·        Gejala Klinis

Ø                        Demam tinggi mendadak 2-7 hari
Ø  Manifestasi perdarahan
F Uji tourniquet positif
F Perdarahan impulsif : petekia, purpura, ekimosis, epitaksis,             perdarahan gusi, hematemesis, melena 
Ø  Hepatomegali
Ø  Tanpa atau dengan tanda-tanda renjatan
F Nadi lemah, cepat, kecil hingga tidak teraba.
F Tekanan nadi < 20 mmHg
F Tekanan darah ↓
F Kulit teraba hambar dan lembab, terutama tempat akual (ujung jari, kaki, hidung)
F Sianosis sekitar mulut
·        Laboratorium
Ø  Trombositopenia (<100.000/mm3)
Ø  Hemokonsentrasi (Ht>, 20%)

=> Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan lebih dua tanda-tanda klinis dengan trobositpenia dan hemokonsentrasi.

VII TERAPI
        A.tanp ranjatan
·        Pengawasan
Ø  Tanda vital setiap 1-2 jam
Ø  Ht setiap 3-4 jam
Ø  Monitor intake, output, dan kondisi pasian
Bila pasien sanggup minum dianjurkan banyak minum ( air teh, sirup, sirup, oralit, juice, dll) Bila penderita muntah, nyeri ulu hati, Ht cenderung meningkat, kejang atau trombosit menurun→ infuse glukosa 5% : Nace Fisiologis 1:2 atau 1:1, dengan kebutuhan:
       Snisial : 10 ml/Kg BB untuk setiap kehilangan sairan 1% dr BB normal.
       Rumatan:
         BB(Kg)                  Volume Rumatan(ml) untuk 24 jam
0-10                                                                                100ml/Kg BB
4-20                                                            1000ml +50 ml/Kg BB
>20                                     1500ml +20ml/Kg BB
·        Simptomatik
                      Antipiretik : Parasetamol tiap 6 jam bila hiperesia (>39°C) atau mempunyai               kecenderungan kejang demam.
                      <1th          :  60 mg/dosis
                      3-6 th         : 120 mg/dosis
                       6-12 th      : 240 mg/dosis
       
Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan danelektrolit bd perpindahan cairan intravaskuler ke intersisial sekunder peningkatan permkabilitas membrane kapiler.
2.      Gangguan thermoreguler suhu hipetermi b.d proses nanah y.d.d suhu 37,9°C.
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d nafsu makan menurun, mual, kurang gizi kronis, y.d.d porsi makan yang tidak dihabiskan, BB dibawah N, ketonuri.
4.      Gangguan rujukan nafas b.d penurunan compliance paru sekunder peningkatan cairan pleura ( efusi pleura) dan atau pengutamaan diagfragma y.d.d klien mengeluh sesak, RR : 40kali/ menit, dan perut kembung.

Sumber http://macrofag.blogspot.com