Random post

Friday, September 1, 2017

√ Kriteria Menentukan Investasi Reksadana

Salah satu pertanyaan yang paling kerap mengemuka ketika membahas reksadana yaitu bagaimana Memilih Investasi Reksadana terbaik. Ternyata, bagi sebagian orang, menentukan reksadana bukan hal yang mudah. Akibatnya, tidak sedikit yang membatalkan niatnya berinvestasi di reksadana lantaran kebingungan itu.


Ini panduannya.


Paling tidak, ada tiga tantangan yang saya alami ketika mulai Investasi Reksadana. Tantangan yang saya percaya juga banyak dijumpai oleh yang lain.


Pertama, jumlah Reksadana yang cukup banyak, dengan aneka macam macam usulan dan iming-iming. Semua meng-klaim “kecap nomer satu”.


Per final 2012, data Bapepam menunjukkan terdapat total 754 total reksadana yang dikelola oleh 73 Manajer Investasi di Indonesia. Bukan jumlah yang sedikit untuk dipilih.


Kedua, pemahaman yang masih terbatas mengenai investasi reksadana, lantaran instrumen ini relatif gres jikalau dibandingkan instrumen lain ibarat deposito dan tabungan.


Harus banyak belajar, baca buku dan tanya sana – sini untuk memahami indikator – indikator kinerja reksadana. Banyak homeworks yang perlu dilakukan untuk memahami instrumen yang relatif baru.


Ketiga, lantaran uang yang diinvestasikan yaitu uang masa depan yang sangat penting buat pendidikan anak dan dana pensiun, proses pemilihan reksadana menjadi ekstra hati – hati. Kadang – kadang malah terlalu hati – hati yang berujung pada penundaan lantaran takut melaksanakan kesalahan.


Ketakutan ini sangat mungkin disebabkan oleh pemahaman yang kurang mengenai reksadana sendiri.


Saya tidak tahu apakah sobat – sobat juga menghadapi kebingungan yang sama ketika ingin investasi di reksadana.


Tetapi buat yang kebingungan, saya ingin menyebarkan mengenai kriteria yang saya gunakan ketika menentukan reksadana. Kriteria pemilihan bahwasanya sesuatu yang subjektif tergantung pertimbangan masing – masing orang yang didorong oleh kebutuhan dan prioritas keuangan yang berbeda – beda.


Dengan saling berbagi, kita sanggup berguru memperbaiki kriteria yang sudah kita punyai untuk lebih baik lagi.


Kriteria Reksadana


Ini kriteria saya.


Pertama, sudah berapa usang reksadana tersebut berdiri. Minimum batasan saya diatas 5 tahun.


Kenapa umur penting.


Pasar modal itu sifatnya cyclical, ada saatnya naik (bullish) dan ada saatnya turun (bearish). Saya mau reksadana yang saya pilih sudah melewati dua masa itu, naik dan turun.


Kalau sanggup melewati dua masa itu dengan selamat, artinya reksadana ini sudah tahan banting.


Kedua, saya tidak menempatkan tingkat laba sebagai faktor utama. Mungkin ini pertimbangan yang agak “aneh”.


Biasanya laba yaitu faktor yang paling cepat dilirik dan dibahas oleh pemodal ketika mengevaluasi kinerja reksadana.


Makanya, return menjadi indikator yang paling banyak ‘dijual’ ketika reksadana mempromosikan diri. Return tinggi seakan menjadi mantra penarik investor.


Kita dihentikan lupa, adagium teori keuangan, “high risk high return”.


Dibalik laba ada risiko. Dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Return harus selalu dievaluasi bersamaan dengan risiko-nya. Karena itu, buat saya yang penting yaitu perbandingan antara return dan risk.


Reksadana mana yang paling baik rasio antara keduanya, itu yang saya pilih.


Reksadana yang tingkat manfaatnya tinggi tetapi bobot resikonya jauh lebih besar, sehingga laba menjadi tidak sebanding dengan resiko yang muncul, sebisa mungkin saya hindari.


Sebaliknya, reksadana yang laba “biasa-biasa saja”, tetapi punya resiko yang rendah, sehingga rasio return dan risk –nya menjadi baik, akan jadi pilihan saya.


Ketiga, seberapa gampang saluran pembelian reksadana tersebut.


Mengapa saluran menjadi penting ?


Karena investasi dilakukan secara rutin setiap bulan, maka perlu proses yang mudah.


Saya pernah mengalami punya reksadana yang kinerjanya manis tetapi saluran pembeliannya sulit. Diharuskan menghubungi manajer investasinya pribadi setiap kali ingin menambah atau mencairkan dana. Tidak sanggup beli online atau lewat bank.


Akibatnya aktivitas investasi rutin menjadi tidak lancar dan terganggu. Pembelian sering tertunda lantaran saluran investasi yang rumit ditengah tuntutan kesibukkan pekerjaan.


Sejak itu, sebelum membeli reksadana, saya selalu pastikan dulu aksesnya mudah.


Misalnya, apakah sanggup dibeli secara online, ada tidaknya fasilitas auto-invest yang menciptakan investasi sanggup dilakukan secara otomatis hanya dengan sekali perintah. Kemudahan membeli atau menjual reksadana menjadi faktor yang sama pentingnya dengan kinerja reksadana, bagi saya.


Baca juga: Menabung di Asuransi vs Bank, Resikonya Amat Berbeda


Keempat, jumlah dana kelolaan reksadana tersebut.


Besarnya dana mengatakan besarnya kepercayaan dari masyarakat dan institusi pemodal.


Selain itu, reksadana dengan dana kelolaan besar umumnya diisi oleh pemodal institusi, yang saya tahu, mempunyai proses seleksi yang ketat dalam menentukan reksadana.


Pemodal institusi tidak hanya menilai aspek return-risk tetapi juga governance, tata kelola, dari pengelolaan reksadana. Governance atau tata kelola menjadi hal penting bagi institusi ibarat reksadana yang mengelola dana masyarakat.


Walaupun begitu, banyak juga yang tidak suka reksadana dengan dana kelolaan besar lantaran dipandang tidak fleksible dalam berinvestasi, yang berujung pada tingkat laba yang  kurang optimal.


Pengalaman saya mempunyai reksadana dengan dana kelolaan besar tidak mengatakan bahwa mereka jadi tertinggal tingkat manfaatnya dibandingkan reksadana yang lebih kecil ukurannya.


Kelima, besarnya managemen fee yang dibebankan oleh manajer investasi.


Fee yang besar mengurangi laba reksadana. Karenanya, fee yang tinggi perlu diwaspadai dan jikalau memungkinkan dihindari.


Cara paling gampang yaitu membandingkan fee yang ditarik oleh Manajer investasi yang satu dengan manajer investasi yang lain.


Yang membebankan fee lebih tinggi dibandingkan peers-nya manajer investasi yang sekelas, sebisa mungkin saya tidak pilih. Keuntungan yang tinggi akan tidak berarti, jikalau dikurangi oleh fee yang yang tinggi.


Apalagi, reksadana yang membebankan fee tinggi namun mempunyai kinerja yang tidak bagus, sudah niscaya harus segera dicoret dari daftar pilihan semenjak awal.


alah satu pertanyaan yang paling kerap mengemuka ketika membahas reksadana yaitu bagaimana  √ Kriteria Memilih Investasi Reksadana


Mudah- mudahan pengalaman saya ini sanggup jadi masukkan dan pertimbangan bagi sobat – sobat yang masih menimbang reksadana apa yang mau dipilih, sehingga sanggup segera memulai investasi di reksadana.


Ingin tahu dan berguru lebih jauh soal reksadana, silahkan ikuti Kursus Reksadana atau simak Rp 100rb sudah sanggup Beli Reksadana.


GRATIS e-book Panduan Reksadana Dasar



Sumber https://duwitmu.com