Random post

Saturday, September 2, 2017

√ Kti Citra Prosedur Koping Mahasiswa


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan pecahan integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi seluruh proses kehidupan manusia. Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, dan mempunyai empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang meliputi seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan ialah sebagai berikut: pertama, sebagai ilmu dan seni. Kedua, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan. Ketiga, mempunyai tiga sasaran dalam pelayanan keperawatan (individu, keluarga dan masyarakat). Keempat, pelayanan keperawatan meliputi seluruh rentang pelayanan kesehatan. (Hidayat, 2008)
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan, maka keperawatan sanggup dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi tenaga kesehatan yang lainnya. Keperawatan sanggup dikatakan sebagai profesi alasannya ialah mempunyai : pertama, Landasan ilmu pengetahuan yang terang (scientific nursing). Kedua, Memiliki kode etik Profesi. Ketiga, Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktik keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis. Keempat, Memiliki organisasi profesi. Di dalam kode etik keperawatan Indonesia ada tanggung jawab perawat dan profesi bahwa perawat mempunyai kiprah utama dalam memilih standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan nya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. Sehingga dalam hal ini profesi keperawatan memerlukan pendidikan yang khusus. (Hidayat, 2008)
Pendidikan keperawatan melalui sebuah pendidikan yang khusus, diperlukan sanggup menghasilkan lulusan yang menguasai pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan serta mempunyai dan menampilkan sikap profesional. Untuk mencapai kemampuan tersebut harus dirancang seni administrasi berguru mengajar dalam bentuk pengalaman berguru praktek laboratorium dan pengalaman berguru praktek klinik keperawatan. Salah satu bentuk pengalaman yang  perlu menerima perhatian dalam pengembangan dan pelatihan pendidikan keperawatan yang  merupakan bentuk pengalaman berguru utama dalam melaksanakan penyesuaian proses berguru yaitu pengalaman berguru klinik. Seperti yang terdapat dalam kurikulum acara pendidikan diploma III keperawatan mempunyai usang studi 6 semester dengan batas maksimal 10 semester. Kurikulum terdiri dari kurikulum inti sebesar 96 SKS dan kurikulum institusional 14-24 SKS. Kurikulum inti terdiri dari teori 42 SKS (44 %), praktikum dan klinik 56 SKS ( 56 %). Yang mempunyai pengalaman berguru meliputi teori ( T ), praktikum ( P ) dan klinik (K) atau lapangan (L). Pengalaman berguru praktikum merupakan prasyarat pengalaman berguru klinik, dimana mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium terlebih dahulu dibawah bimbingan dosen untuk selanjutnya berguru di klinik dibawah bimbingan pelatih klinik dan dosen.
Reilly dan Obermann dalam Nursalam (2003) menyatakan bahwa pengalaman berguru klinik (Rumah sakit dan Puskesmas) merupakan pecahan penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, alasannya ialah menunjukkan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa begaimana cara berguru yang sesungguhnya. Kemudian Reilly menambahkan bahwa duduk masalah kasatmata yang dihadapi di lahan praktek menciptakan mahasiswa harus berespon terhadap tantangan dengan mencari pengetahuan dan ketrampilan sebagai alternatif  untuk menyelesaikannya. Mahasiswa menerima kesempatan untuk menyebarkan kemampuan dalam mengambil keputusan klinik yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara alamiah dan etik yang bertolak dari duduk masalah kasatmata dalam keperawatan.
Pengalaman berguru klinik merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting. Mahasiswa sanggup melaksanakan teori yang telah didapat dari proses berguru di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa  berguru praktek klinik membutuhkan suatu penyesuaian selain suasana baru, orang gres dan menghadapi klien yang secara bio-psiko-sosio maupun spiritual harus di perhatikan dan juga serangkaian kiprah atau kompetensi yang harus dipenuhi yaitu tuntutan dari acara studi. setiap mahasiswa berbeda cara penyesuaiannya ada yang sanggup menyesuaikan dengan baik dan ada juga yang tidak sanggup menyesuaikan hal ini sanggup mengakibatkan stress.
Menurut Hans Selye dalam Hidayat (2008) stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut sanggup dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau kiprah yang berat tetapi orang tersebut tidak sanggup mengatasi kiprah yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak bisa terhadap kiprah tersebut, sehingga orang tersebut sanggup mengalami stress. (Hidayat, 2008)
Respon seseorang dalam menghadapi stress terdapat dua macam yaitu respon fisiologis dan respon psikologis. Respon psikologis juga di sebut sebagai mekanisme koping.  Mekanisme ini sanggup berorientasi pada kiprah dan mekanisme pertahanan ego. ( Perry & Potter, 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Juli 2011 terhadap mahasiswa semester II dan IV Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi bahwa mahasiswa menyatakan mengalami stres ketika dalam melaksanakan praktek klinik, sumber penyebab stress ini yaitu tindakan yang mereka lakukan eksklusif terhadap klien dan menyangkut duduk masalah nyawa seseorang, merasa tidak percaya diri dalam melaksanakan tugas, takut melaksanakan kesalahan, takut ketika menghadapi klien yang sedang menghadapi sakaratul selesai hidup dan takut terhadap perawat atau pegawai senior yang tidak bersahabat. Selain itu sesudah pulang kerumah banyak kiprah yang harus dikerjakan menyerupai menciptakan Dokumen Asuhan Keperawatan, Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan.
Berdasarkan uraian sebelumnya penting untuk diteliti wacana Gambaran Umum Mekanisme Koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam Melaksanakan Praktik Belajar Lapangan di Rumah Sakit.

B.            Perumusan dan Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas peneliti mengidentifikasi duduk masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit?”

C.           Tujuan Penelitian
1.        Tujuan umum
Mengetahui gambaran umum mekanisme koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.




2.        Tujuan khusus
Diketahuinya :
a.         Proporsi mahasiswa yang memakai mekanisme koping yang berorientasi pada tugas
b.         Proporsi mahasiswa yang memakai mekanisme koping pertahanan ego

D.           Manfaat Penelitian
1.        Pelayanan
Sebagai materi contoh bagi mahasiswa keperawatan  dalam menghadapi praktik lapangan di Rumah Sakit sehingga sanggup mempersiapkan diri sebelum melaksanakan praktik. Dan sanggup menyiapkan suasana yang aman untuk belajar.

2.        Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diperlukan sanggup menunjukkan suatu ilmu gres dan bermanfaat bagi dunia pendidikan sebagai suatu acuan wacana mekanisme koping yang dipakai oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit. Dan persiapan untuk proses berguru mengajar.

3.        Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat  dipakai sebagai  materi contoh untuk lebih meningkatkan informasi mengenai praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.

4.        Peneliti Selanjutnya
Dan hasil penelitian ini diperlukan sanggup dijadikan acuan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian keperawatan wacana mekanisme koping mahasiswa dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


Stres ialah segala situasi dimana tuntutan  non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melaksanakan pendapat. (Selye, 1976 dalam Perry & Potter, 2005). Respon seseorang dalam menghadapi stress terdapat dua macam yaitu respon fisiologis dan respon psikologis. Di dalam respon fisiologis terdapat LAS dan GAS. LAS ialah respon dari jaringan, organ atau pecahan tubuh terhadap stres alasannya ialah trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. Dan GAS ialah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa system tubuh, terutama system saraf otonom dan system endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resistens, dan tahap kehabisan tenaga. ( Perry & Potter, 2005)
Respon psikologis sikap adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi sikap yang sanggup diterima dan berhasil. Perilaku adaptif psikologis sanggup konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu mendapatkan tantangan untuk menuntaskan konflik. Bahkan ansietas sanggup konstruktif ; contohnya ansietas sanggup menjadi tanda bahwa terdapat bahaya sehingga seseorang sanggup melaksanakan tindakan untuk mengurangi keparahannya. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas sanggup juga bersifat destruktif, contohnya kalau seseorang tidak bisa bertindak melepaskan diri dari stressor. Perilaku adaptif psikologis juga di sebut sebagai mekanisme koping. ( Perry & Potter, 2005)

A.      Mekanisme Koping
1.         Pengertian Mekanisme Koping
Mekanisme koping ialah tiap upaya yang diarahkan pada penataaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian duduk masalah eksklusif dan mekanisme pertahanan yang dipakai untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998). Mekanisme koping ialah cara yang dilakukan individu dalam menuntaskan masalah, beradaptasi dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. (Keliat, 1999) .
Sedangkan berdasarkan Lazarus (1985), koping ialah perubahan kognitif dan sikap secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Dan berdasarkan suliswati, Dkk (2005) dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang mengganggu ekuilibrium kognitif dan afektifnya. Individu sanggup mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negative. Munculnya ketegangan dalam kehidupan menjadikan sikap pemecahan duduk masalah (mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredekan ketegangan tersebut.

2.         Rentang Respon Koping
Rentang  respon koping ialah suatu kisaran respon insan yang adaptif ke maladaptif

3.         Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya mekanisme koping dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping adaptif ialah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya ialah berbicara dengan orang lain, memecahkan duduk masalah secara efektif, tekhnik relaksasi, latihan seimbang dan acara konstruktif.
b.      Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping maladaptif ialah koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasi lingkungan. Kategorinya ialah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan dan menghindar.
(Stuart & Sundeen 1995).

4.         Jenis-Jenis Mekanisme Koping
a.       Perilaku berorientasi tugas
Perilaku Berorientasi Tugas meliputi penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan masalah, menuntaskan konflik, dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi kiprah memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum sikap berorientasi pada tugas, yaitu :
1)      Perilaku menyerang ialah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuaskan kebutuhan.
2)      Perilaku menarik diri ialah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
3)       Perilaku kompromi ialah mengubah metoda yang biasa digunakan, mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan lain atau untuk menghindari stress.

b.    Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme Pertahanan Ego yang pertama kali diuraikan Sigmund freud, ialah sikap tidak sadar yang menunjukkan santunan psikologis terhadap kejadian yang menegangkan. Mekanisme ini dipakai oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri sanggup menyimpang dan tidak lagi bisa untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor. Ada banyak mekanisme pertahanan ego, contohnya menyerupai dibawah ini :
1)        Kompensasi ialah penutupan suatu defisiensi dalam suatu aspek gambaran diri dengan secara berpengaruh menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai suatu asset.
2)        Konversi ialah secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi tanda-tanda non-organik.
3)        Menyangkal ialah penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebankan nyeri emosional yang tidak dapt ditoleransi.
4)        Pemindahan daerah ialah memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit menjadikan ansietas.
5)        Identifikasi ialah pemolaan sikap yang dilakukan oleh orang lain dan mendapatkan kualitas, karakteristik dan tindakan orang tersebut.
6)        Regresi ialah koping terhadap stressor melalui tindakan dan sikap yang berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya.(Perry & Potter, 2005)
7)        Disosiasi ialah pemisahan dari setiap kelompok mental atau proses sikap dari seluruh kesadaran atau identitas.
8)        Intelektualisasi ialah alasan atau logika yang berlebihan yang dipakai untuk menghindari perasaan-perasaan mengganggu yang dialami.
9)        Introyeksi ialah tipe identifikasi yang hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain  atau kelompok ke dalam struktur egonya sendiri; salah satu mekanisme terdini pada anak-anak; penting dalam pembentukan hati nurani.
10)    Isolasi ialah memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang sanggup temporer atau jangka panjang.
11)    Projeksi ialah mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya, terutama keinginan yang tidak sanggup ditoleransi, perasaan emosional atau motivasi kepada orang lain.
12)    Rasionalisasi ialah menunjukkan penjelasan yang diterima secara social atau sepertinya masuk budi untuk menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak sanggup diterima.
13)    Reaksi deretan ialah pembentukan sikap kesadaran dan pola sikap yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain.
14)    Represi ialah dorongan involunter dari pikiran yang menyakitkan atau konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang lebih cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
15)    Splitting ialah memandang orang dan situasi sebagai “semuanya baik atau semuanya buruk” gagal untuk mengintegrasikan kualitas negatif dan positif seseorang.
16)    Sublimasi adalah  penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara social alasannya ialah dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
17)    Supresi ialah suatu proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri, tetapi benar-benar merupakan analogi reprsi; pencetusan kesadaran bertujuan; suatu ketika sanggup mengarak kepada represi.
18)    Undoing ialah bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif. ( Gail W. Stuart & Sandra J. Sundeen, 1998)

B         Pembelajaran Klinik
Dalam kurikulum acara pendidikan diploma III keperawatan mempunyai usang studi 6 semester dengan batas maksimal 10 semester. Kurikulum terdiri dari kurikulum inti sebesar 96 SKS dan kurikulum institusional 14-24 SKS. Kurikulum inti terdiri dari teori 42 SKS (44 %), praktikum dan klinik 56 SKS ( 56 %).
1.      Pengalaman Belajar
Yang mempunyai pengalaman berguru meliputi teori ( T ), praktikum ( P ) dan klinik (K) atau lapangan (L). Kegiatan praktikum dilaksanakan di laboratorium kelas atau klinik dengan memakai metode simulasi, demonstrasi, role play dan bedside teaching. Kegiatan pembelajaran klinik atau lapangan dilaksanakan eksklusif di lahan praktek dengan metoda bedside teaching, conference(konferensi) dan nursing round (ronde keperawatan). Pengalaman berguru praktikum merupakan prasyarat pengalaman berguru klinik, dimana mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium terlebih dahulu dibawah bimbingan dosen untuk selanjutnya berguru di klinik dibawah bimbingan pelatih klinik dan dosen.

2.      Lahan Praktik
Lahan praktik yang dipakai mendukung pencapaian kompetensi mahasiswa Diploma III Keperawatan dengan kriteria sebagai berikut :
a.       Ketersediaan masalah yang mendukung pembelajaran
b.      Memiliki Instruktur klinik yang memenuhi Kriteria
Lahan praktek yang sanggup dipakai meliputi rumah sakit umum kelas A,B dan C, rumah sakit khusus, puskesmas, panti asuhan, panti wredha, keluarga dan masyarakat. dan kelompok khusus.

3.      Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melaksanakan pembimbingan, serta melaksanakan penelitian dan dedikasi masyarakat. Tenaga pendidik terdiri atas dosen dan pelatih klinik
a.       Dosen
Dosen ialah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat sebagai dosen dengan kiprah melaksanakan tri darma perguruan tinggi . Dosen terdiri dari dosen tetap dan dosen tidak tetap. Dosen tetap ialah dosen yang diangkat sebagai tenaga pendidik tetap pada insitusi yang bersangkutan.
b.      Instruktur klinik
Instruktur ialah tenaga pendidik yang berasal dari lahan praktek yang bertugas untuk membantu pencapaian tujuan berguru mahasiswa. Instruktur klinik mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
1)         Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2)         Memiliki sertifikat pelatih klinik atau AKTA III/IV
3)         Pengalaman kerja di bidangnya minimal 3 tahun

BAB III
METODOLOGI  PENELITIAN


A.      Metode Penelitian
1.         Rancangan penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan eksploratif yang merupakan penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini menunjukan  gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.

2.         Variabel penelitian
Variabel berdasarkan Nursalam (2008) ialah sikap atau karakteristik yang menunjukkan nilai beda terhadap suatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dan Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Arikunto (2006) mendefinisikan variabel ialah objek penelitian yang bervariasi contohnya jenis kelamin, berat badan, dan sebagainya.
Variabel dalam penelitian ini yaitu mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit. Sub variabel dalam penelitian ini ialah mekanisme koping yang berorientasi pada tugas, mekanisme koping pertahanan ego.

3.         Definisi operasional
Definisi Operasional ialah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang mendefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).  Definisi operasional ialah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melaksanakan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan  parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel sanggup diukur dan ditentukan karakteristiknya. (Hidayat, 2007)
Tabel 3.1
Definisi Operasional



Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Mekanisme koping pada mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di rumah sakit
Mekanisme koping cara yang dilakukan individu dalam menuntaskan masalah, beradaptasi dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping terbagi 2 yaitu:
a.    Mekanisme koping berorientasi pada tugas







b.    Mekanisme koping pertahanan ego
Kuesioner













a.    Banyak dipakai apabila skor  3


Kurang dipakai apabila skor  <3

b.   Banyak dipakai apabila skor 10

Kurang dipakai apabila skor <10
Ordinal
B.       Populasi Dan Sampel Penelitian
1.         Populasi
Populasi ialah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Dan populasi berdasarkan Arikunto (2006) ialah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini ialah seluruh Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi sebanyak 81 orang. Alasan peneliti mengambil populasi mahasiswa tingkat II dan III alasannya ialah sudah melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit, sedangkan tingkat I belum melaksanakan.

2.         Sampel
Sampel terdiri dari pecahan populasi yang terjangkau yang sanggup dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Menurut Arikunto (2006) sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai total sampling. Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian dikarenakan jumlah populasi yang diteliti dianggap tidak terlalu banyak. Selain itu peneliti ingin mendapatkan gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit secara menyeluruh.
Pada pelaksanaan penelitian jumlah mahasiswa yang menjadi responden sebanyak 72 orang. Sebagian mahasiswa yaitu  9 orang tidak sanggup di temui alasannya ialah ada banyak sekali halangan menyerupai sakit dan tidak masuk pembelajaran dikelas.

C.      Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian
1.      Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini ialah berupa kuesioner. Kuesioner tersebut berisi pernyataan untuk mendapatkan gambaran mekanisme koping yang sikap berorientasi kiprah dan mekanisme pertahan ego yang dipakai oleh mahasiswa. Yang terdiri dari 23 pernyataan yaitu  mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah sebanyak 5 soal dan mekanisme koping pertahanan ego 18 soal, dengan pilihan tanggapan “ya” dan “tidak” menggali isi subvariabel yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi instrumen dengan system scoring yang dijumlahkan dengan penskalaan ordinal berdasarkan arah pernyataan.

2.      Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain melalui 3 tahap, yaitu :
a.       Tahap persiapan
Tahap persiapan pertama, peneliti mendapatkan  masalah  yaitu  mekanisme koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit, peneliti mengumpulkan banyak sekali informasi dan teori-teori yang berafiliasi dengan mekanisme koping mahasiswa dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit dengan melaksanakan studi pendahuluan, studi kepustakaan dan metodelogi penelitian.
Peneliti mendapatkan Dari hasil studi pendahuluan data dari hasil wawancara pada mahasiswa tingkat II dan III mengalami stress kalau melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit. Sehingga peneliti tertarik bagaimana gambaran mekanisme koping yang digunakannya. Untuk studi kepustakaan, peneliti mencari dari buku sumber, penelitian sebelumnya dan internet.
Selanjutnya peneliti menciptakan instrument penelitian yaitu berupa kuesioner, semoga kuesioner tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun kisi-kisi yaitu menjadi dua indikator yaitu mekanisme koping yang berorientasi pada tugas dan mekanisme koping pertahanan ego
b.      Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari langkah mengumpulkan data melalui kuesioner yaitu dengan cara peneliti mendatangi mahasiswa yang sedang berkumpul di dalam kelas kemudian menjalin hubungan trust dengan cara menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, sesudah mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian ini kemudian menciptakan kontrak waktu dan daerah yang ditentukan dan disepakati bersama.
Peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan daerah yang sebelumnya telah disepakati bersama. Konfirmasi ulang  ini dilakukan untuk memastikan responden hadir semua dan tidak berhalangan ketika pembagian kuesioner. Pembagian kuesioner dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 20 september hingga 22 september 2011.
Peneliti mengumpulkan responden dalam satu kelas sesuai dengan kontrak waktu dan daerah yang telah disepakati yaitu sesudah jam mata kuliah berakhir. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara pengisisan kuesioner supaya responden mengerti dalam cara pengisiannya. Selain itu peneliti juga meminta responden untuk menandatangani persetujuan menjadi responden (informed concent), yang menyatakan bahwa responden memahami tujuan dari penelitian, bersedia mengisi kuesioner, dan mengetahui bahwa informasi ini bersifat diam-diam dan hanya dipakai untuk kepentingan penelitian.
Setelah itu, peneliti membagikan kuesioner eksklusif ke responden. Pengisian kuesioner dilakukan gotong royong dengan didampingi peneliti. selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner dengan cara menunjukkan cheklist (√) dengan memakai balpoint pada jawaban yang telah disediakan. Rata-rata responden mengisi kuesioner selama 20 menit.
c.       Tahap akhir
Tahap akhir, peneliti menyidik lembar kuesioner yang diisi oleh responden apakah telah diisi semua atau belum. Setelah itu peneliti menunjukkan no pada setiap lembar kuesioner supaya memudahkan dalam pentabulasian. Kemudian peneliti menunjukkan skor pada setiap pernyataan yang dijawab oleh responden, kalau menjawab ”ya” diberi skor 1 dan kalau “tidak” diberi skor 0. Kemudian dijumlahkan dan dibentuk persentasenya.

D.      Pengolahan Data dan Analisis Data
1.         Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.         Editing (penyuntingan data)
Hasil wawancara atau kuesoiner yang diperoleh dikumpulkan kemudian disunting terlebih dahulu. Dari semua kuesioner yang sudah diisi memenuhi syarat sehingga tidak ada kuesioner yang dikeluarkan.
b.        Membuat lembaran kode (Coding Sheet)
Membuat lembaran kode berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran kode berisi no responden dan no pernyataan. Setiap kuesioner yang sudah diisi masing-masing diberi no responden untuk memudahkan peneliti dalam pentabulasian.
c.         Scoring
Memberikan nilai (Scoring) pada setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan menunjukkan nilai tanggapan ya diberi nilai 1dan tanggapan ”tidak” diberi nilai 0. Dimasukkan kedalam lembaran kode (coding sheet) sesuai dengan no responden dan no pernyataan. Setelah menunjukkan nilai selesai peneliti memasukkan hasil data ke perangkat lunak komputer.
d.        Cleaning
Melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke perangkat lunak komputer ternyata tidak terdapat kesalahan memasukan data.
e.         Tabulasi
Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mekanisme koping yang berorientasi pada kiprah dan mekanisme koping pertahanan ego.

2.         Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini ialah analisis univariat yang hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel kemudian data dianalisis dengan memakai tekhnik kuantitatif dan tekhnik statistik yang dipakai untuk mengolah data sebagai hasil pengukuran.
Memindahkan data dari data kuesioner ke dalam tabel , selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi jumlah tanggapan dengan jumlah seluruh responden kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus:


                F  
P  =                x   100%
              N
 
                                                                                                                     






Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah jawaban
N: Jumlah seluruh responden


E.       Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan peneliti menemukan duduk masalah pada mahasiswa Program Studi D III Keperawatan  yang mengalami stress ketika melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan. Penelitian ini  dilaksanakan pada Bulan Juli hingga dengan Oktober 2011. Adapun pengumpulan data dilaksanakan selama 3 hari dengan perincian sebagai berikut : (a) Selasa, 20 September 2011, Pukul 09.15 WIB ; (b) Rabu, 21 September 2011, Pukul 12.15 WIB; (c) Kamis, 22 September 2011, Pukul 09.40 WIB.

F.       Etika Penelitian
1.         Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melaksanakan penelitian. Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan semoga subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek besedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan kalau responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. (Hidayat, 2007)
Peneliti dalam pelaksanaan Informed consent yang pertama dilakukan yaitu menjelaskan tujuan dan manfaat. Setelah itu menunjukkan waktu untuk responden untuk bertanya apabila ada yang kurang paham mengenai tujuan dan manfaat penelitian. Semua responden bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian. Setelah itu peneliti meminta responden untuk menandatangani persetujuan menjadi responden.

2.         Anonimity (tanpa nama)
Anonymity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. (Hidayat, 2007).
Peneliti hanya mencantumkan kode responden pada setiap lembar kuesioner.

3.         Kerahasiaam (Confidentiality)
Subbab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti , hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. (Hidayat, 2007)
Peneliti menunjukkan penjelasan kepada responden bahwa informasi yang berkaitan dengan responden dijamin kerahasiaannya, dan hanya dipakai untuk kepentingan penelitian.





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.      Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap mahasiswa tingkat II dan tingkat III yang dilaksanakan mulai tanggal 20-22 September 2011 di Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi diperoleh beberapa data berdasarkan hasil uji analisis bahwa mahasiswa yang memakai mekanisme koping sikap berorientasi kiprah dan mekanisme koping pertahanan ego sanggup dilihat dalam table sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Yang
Menggunakan Mekanisme Koping Perilaku Berorientasi Tugas Dan Mekanisme Koping Pertahanan Ego



Dimensi
Indikator
Menggunakan
Tidak Menggunakan
F
%
F
%
Mekanisme Koping Perilaku Berorientasi Tugas
Perilaku Menyerang
72
100
0
0
Perilaku Menarik Diri
12
17
60
83
Perilaku Kompromi
70
97
2
3
Mekanisme Koping Pertahanan Ego
Kompensasi
67
93
5
7
Konversi
47
65
25
35
Menyangkal
16
22
56
78
Pemindahan Tempat
39
54
33
46
Identifikasi
42
58
30
42
Regresi
31
43
41
57
Disosiasi
4
6
68
94
Intelektualisasi
67
93
5
7
Introyeksi
71
99
1
1
Isolasi
67
93
5
7
Projeksi
60
83
12
17
Rasionalisasi
36
50
36
50
Reaksi Formasi
36
50
36
50
Represi
30
42
42
58
Splitting
62
86
10
14
Sublimasi
65
90
7
10
Supresi
50
69
22
31
Undoing
14
19
58
81



Dari tabel 4.1 sanggup dilihat bahwa semua mahasiswa memakai mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah dengan sikap menyerang yaitu 72 orang (100%) dan responden banyak memakai mekanisme koping pertahanan ego dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%).

B.       Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan apa yang mendasari duduk masalah dan tujuan penelitian yaitu Bagaimanakah gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit. Berdasarkan analisis subvariabel pada mekanisme koping yang terdapat pada table 4.1 yaitu bahwa semua mahasiswa memakai mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah dengan sikap menyerang yaitu 72 orang (100%) dan mahasiswa banyak memakai mekanisme koping pertahanan ego dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%).
Mekanisme koping ialah tiap upaya yang diarahkan pada penataaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian duduk masalah eksklusif dan mekanisme pertahanan yang dipakai untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Perry dan Potter (2005)  mekanisme koping terdiri dari dua jenis yaitu mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah dan mekanisme koping pertahanan ego.
Mekanisme koping yang pertama yaitu mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah meliputi penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan masalah, menuntaskan konflik, dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi kiprah memberdayakan seseorang untuk secara realistik menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum sikap berorientasi pada kiprah yaitu :
1.         Perilaku Menyerang, ialah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuaskan kebutuhan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua mahasiswa memakai mekanisme koping dengan sikap menyerang sebanyak 72 orang (100%).  Bahwa mahasiswa itu dengan secara sadar mengklarifikasi terhadap duduk masalah yang muncul dan memberikan apa yang dirasakannya itu ialah benar, sehingga duduk masalah itu sanggup dielesaikan dengan baik.
2.         Perilaku Menarik Diri, ialah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa memakai mekanisme koping dengan sikap menarik diri sebanyak 12 orang (17%). Pada kenyataannya masih ada mahasiswa yang secara fisik dan emosional menghindari stressor yang muncul dengan secara sengaja tidak mengikuti proses pembelajaran praktik di Rumah Sakit, dan dengan sengaja tidak mengerjakan kiprah kompetensi yang seharusnya dipenuhi.
3.         Perilaku Kompromi, ialah mengubah metoda yang biasa digunakan, mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan lain atau untuk menghindari stress. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh mahasiswa memakai mekanisme koping dengan sikap kompromi sebanyak 70 orang (97%). Faktanya mahasiswa dengan secara sadar melaksanakan bargaining  dengan dirinya sendiri bahwa stressor itu bukan duduk masalah yang harus ditakuti bahkan harus diterima alasannya ialah merupakan suatu jalan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Mekanisme koping yang kedua yaitu mekanisme koping pertahanan ego yang diuraikan Sigmund freud, ialah sikap tidak sadar yang menunjukkan santunan psikologis terhadap kejadian yang menegangkan. Mekanisme ini dipakai oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri sanggup menyimpang dan tidak lagi bisa untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor. Mekanisme koping pertahanan ego berdasarkan Perry dan Potter, (2005) dan Gail W. Stuart & Sandra J. Sundeen, (1998) terdapat 18 macam mekanisme koping pertahanan ego yaitu :
a.          Kompensasi, ialah penutupan suatu defisiensi dalam suatu aspek gambaran diri dengan secara berpengaruh menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai suatu asset. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh mahasiswa memakai mekanisme koping dengan kompensasi sebanyak 67 orang (93%). Kompensasi ini bersifat positif alasannya ialah sanggup meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa tanpa harus melihat kekurangan yang dimilikinya.
b.         Konversi, ialah secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi tanda-tanda non-organik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan konversi sebanyak 47 orang (65%). Secara tidak sadar menekan suatu stressor dan menjadikan mahasiswa itu galau apa yang harus dilakukan sehingga duduk masalah itu tidak apat diselesaikan. Seperti pertama kali menghadapi klien dengan suatu penyakit yang gres pertama kali ditemui.
c.          Menyangkal , ialah penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebankan nyeri emosional yang tidak dapt ditoleransi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil  mahasiswa memakai mekanisme koping dengan menyangkal sebanyak 16 orang (22%). Kenyataannya masih ada mahasiswa yang secara sadar mendapatkan suatu stressor tanpa menghiraukan dampak yang akan terjadi. Seperti mahasiswa menyampaikan bisa melaksanakan suatu tindakan walaupun tindakan itu belum pernah diajarkan.
d.         Pemindahan tempat, ialah memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit menjadikan ansietas. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan pemindahan daerah sebanyak 39 orang (54%). Ketika mahasiswa tidak bisa mengerjakan kiprah sebagian mahasiswa mengatasinya dengan melaksanakan hal lain menyerupai makan, jalan-jalan, dll
e.          Identifikasi, ialah pemolaan sikap yang dilakukan oleh orang lain dan mendapatkan kualitas, karakteristik dan tindakan orang tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan identifikasi sebanyak 42 orang (58%). Mahasiswa selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan perawat senior yang dikagumi untuk melaksanakan tindakan.
f.          Regresi, ialah koping terhadap stressor melalui tindakan dan sikap yang berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa memakai mekanisme koping dengan regresi sebanyak 31 orang (43%). Mahasiswa mengetahui suatu tindakan yang sesuai dengan mekanisme tetapi ketika di Rumah Sakit apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan mekanisme mahasiswa mengikutinya.
g.         Disosiasi, ialah pemisahan dari setiap kelompok mental atau proses sikap dari seluruh kesadaran atau identitas. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa memakai mekanisme koping dengan disosiasi sebanyak 4 orang (6%). Ketika mahasiswa diminta untuk melaksanakan tindakan yang kurang dipahami mahasiswa berpura-pura bisa melaksanakan tindakan itu.
h.         Intelektualisasi, ialah alasan atau logika yang berlebihan yang dipakai untuk menghindari perasaan-perasaan mengganggu yang dialami. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan intelektualisasi sebanyak 67 orang (93%).  Mahasiswa meyakini suatu tindakan yang dilakukan itu benar sesuai dengan prosedur.
i.           Introyeksi, ialah tipe identifikasi yang hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain  atau kelompok ke dalam struktur egonya sendiri. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya mahasiswa memakai mekanisme koping dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%). Mahasiswa mengalihkan stresornya dengan meyakini bahwa setiap tindakan yang dilakukan kepada klien merupakan suatu ibadah.
j.           Isolasi, ialah memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang sanggup temporer atau jangka panjang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan isolasi sebanyak 67 orang (93%). Mahasiswa mengalihkan stresornya dengan meyakini bahwa dalam menunjukkan asuhan keperawatan mahasiswa benar-benar menganggap sebagai suatu kiprah bukan mengharapkan imbalan.
k.         Projeksi, ialah mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya, terutama keinginan yang tidak sanggup ditoleransi, perasaan emosional atau motivasi kepada orang lain. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan projeksi sebanyak 60 orang (83%). Pengalihan stressor mahasiswa dengan projeksi yaitu dengan menyangkal bahwa dalam melaksanakan tindakan ada keterbatasan alat sehingga tidak sanggup melaksanakan sesuai dengan prosedur.
l.           Rasionalisasi, ialah menunjukkan penjelasan yang diterima secara sosial atau sepertinya masuk budi untuk menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak sanggup diterima. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian  mahasiswa memakai mekanisme koping dengan rasionalisasi sebanyak 36 orang (50%). Pengalihan stressor yang dilakukannya yaitu mahasiswa merasa pembimbing akademik maupun pembimbing klinik kurang membimbing ketika praktik sehingga tidak bisa mengerjakan kiprah di Rumah Sakit.
m.       Reaksi formasi, ialah pembentukan sikap kesadaran dan pola sikap yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian  mahasiswa memakai mekanisme koping dengan reaksi deretan sebanyak 36 orang (50%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu menginginkan klien sembuh tetapi dalam setiap tindakan tidak memperhatikan respon negatif yang dirasakan klien.
n.         Represi, ialah dorongan involunter dari pikiran yang menyakitkan atau konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang lebih cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa memakai mekanisme koping dengan represi sebanyak 30 orang (42%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu tidak mengingat lagi ketika melaksanakan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur.
o.         Splitting, ialah memandang orang dan situasi sebagai “semuanya baik atau semuanya buruk” gagal untuk mengintegrasikan kualitas negatif dan positif seseorang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan splitting sebanyak 62 orang (86%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu mahasiswa menyadari bahwa dalam melaksanakan tindakan sangat menyenangkan tetapi dalam situasi tertentu malah sebaliknya.
p.         Sublimasi, adalah  penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara social alasannya ialah dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan sublimasi sebanyak 65 orang (90%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu mahasiswa mengesampingkan sikap yang bekerjsama demi kesembuhan klien.
q.         Supresi, ialah suatu proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri, tetapi benar-benar merupakan analogi reprsi; pencetusan kesadaran bertujuan; suatu ketika sanggup mengarak kepada represi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memakai mekanisme koping dengan supresi sebanyak 50 orang (69%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu ketika jam dinas selalu memikirkan kiprah yang belum selesai dikerjakan.
r.           Undoing, ialah bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa memakai mekanisme koping dengan undoing sebanyak 14 orang (19%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu dalam melaksanakan tindakan tidak konsisten dengan yang lakukan kemarin.

Bedasarkan uraian hasil penelitian diatas menandakan adanya kesamaan antara mekanisme koping sikap berorientasi pada kiprah dan mekanisme koping pertahanan ego. Keduanya banyak dipakai untuk mengatasi stressor. Hal ini menandakan suatu tindakan yang positif alasannya ialah mengarah ke mekanisme koping adaftif. Mekanisme koping adaptif ialah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. (Stuart & Sundeen 1995).







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Setelah melaksanakan penelitian pada 72 mahasiswa tingkat II dan tingkat III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi, terhitung mulai dari bulan Juli 2011 hingga dengan bulan Oktober 2011, yang dilaksanakan secara sistematis, maka peneliti sanggup mengetahui mekanisme koping yang dipakai oleh mahasiswa, dari hal tersebut peneliti menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :
1.         Proporsi mahasiswa yang memakai mekanisme koping yang berorientasi tugas, dari hasil penelitian didapatkan :
a.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan sikap menyerang sebanyak 72 orang (100%).
b.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan sikap menarik diri sebanyak 12 orang (17%).
c.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan sikap kompromi sebanyak 70 orang (97%).
2.         Proporsi mahasiswa yang memakai mekanisme koping pertahanan ego, dari hasil penelitian didapatkan :
a.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan kompensasi sebanyak 67 orang (93%).
b.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan konversi sebanyak 47 orang (65%).
c.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan menyangkal sebanyak 16 orang (22%).
d.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan pemindahan daerah sebanyak 39 orang (54%).
e.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan identifikasi sebanyak 42 orang (58%).
f.          Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan regresi sebanyak 31 orang (43%).
g.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan disosiasi sebanyak 4 orang (6%).
h.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan intelektualisasi sebanyak 67 orang (93%).
i.           Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%).
j.           Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan isolasi sebanyak 67 orang (93%).
k.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan projeksi sebanyak 60 orang (83%).
l.           Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan rasionalisasi sebanyak 36 orang (50%).
m.       Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan reaksi deretan sebanyak 36 orang (50%).
n.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan represi sebanyak 30 orang (42%).
o.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan splitting sebanyak 62 orang (86%).
p.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan sublimasi sebanyak 65 orang (90%).
q.         Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan supresi sebanyak 50 orang (69%).
r.           Mahasiswa yang memakai mekanisme koping dengan undoing sebanyak 14 orang (19%).

B.       Saran
Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut antara lain :
1.         Masukan bagi Program Studi D III Keperawatan
a.          Diharapkan menunjukkan persiapan waktu yang lebih dan meluangkan jadwal pelajaran dikelas pada ketika mendekati praktik berguru lapangan di Rumah Sakit dan ada feed back eksklusif dalam mengoreksi setiap kiprah atau targetan praktik dari acara studi.
2.         Masukan Bagi Mahasiswa/i
a.          Mahasiswa diperlukan sanggup mengatur dan membagi waktu dalam melaksanakan kiprah di  dalam kelas dan ketika praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.
b.         Diharapkan untuk mempertahankan mekanisme koping yang dipakai mengingat mahasiswa keperawatan akan selalu melaksanaan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit dan merupakan calon tenaga kesehatan yang akan berinteraksi eksklusif dengan klien di Rumah Sakit.
3.         Masukan Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menunjukkan saran bagi peneliti selanjutnya untuk memakai hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan tingkat stress dengan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktik berguru lapangan di Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.  Jakarta : Rineka Cipta
Hidayat, A azis alimul (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A azis alimul (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, soekidjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam (2008) konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, patricia A dan Perry anne griffin (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi keempat Volume 2. Jakarta : EGC.
Stuart, gail wiscarz dan Sundeen sandra J (1998) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suliswati, Dkk (2005) Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
aciknadzirah.blogspot.com/search?q=mekanisme-koping. Diakses pada tanggal 24 agustus 2011 pukul 10.25

Sumber http://macrofag.blogspot.com