Random post

Saturday, September 16, 2017

√ Pendahuluan Askep Cemas


KONSEP DASAR

PENGERTIAN KECEMASAN
Kecemasan yaitu perasaan yang dialami saat seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan kejadian yang angker yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan kalau itu terjadi akan dinilai sebagai “mengerikan”( Sivalitar, 2007 ).
Kecemasan yaitu sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan lantaran itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung gejala- tanda-tanda lain dari banyak sekali gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
Kecemasan merupakan suatu “ tanda ancaman “ yang menciptakan orang yang bersangkutan waspada dan bersiap diri melaksanakan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak terang dan konfliktual.(Kartijo, 2002)
Kecemasan yaitu perasaan yang tidak terang wacana kepribadian dan khawatir lantaran ancaman pada sistem nilai atau contoh keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Kecemasan yaitu lantaran dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id dan super ego (Freund, 2002).

PENYEBAB KECEMASAN
A.    Faktor predisposisi
1)      Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu ide, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai perantara antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego wacana suatu ancaman yang perlu diatasi.
2)      Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan stress berat pada masa pertumbuhan menyerupai kehilangan, perpisahan yang menimbulkan seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang memiliki harga diri rendah biasanya sangat gampang untuk mengalami kecemasan
3)      Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil putus asa dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan para andal sikap menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, harapan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa insan yang pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan memperlihatkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya
4)      Teori Biologis
Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine reseptor ini membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan tugas utama dalam prosedur biologis berafiliasi dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang diduga memiliki imbas penting dalam duduk kasus emosi yaitu hipotalamus retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sisteni aktivasi retikuler yaitu untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik yaitu kepingan dari otak yaitu viceral brain (otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan mendapatkan impuls dari organ tubuh. Impuls dan viceral sanggup hingga ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam penyaluran impuls yaitu zat-zat Catecholamines Neurotransmitter tidak secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter meningkat, ia akan mencicipi suatu emosi (menangis, tertawa, takut. dan cernas) dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang sanggup sebagai predisposisi kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

B.     Faktor Presipitasi
1)      Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup nanah virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan stress berat fisik. Faktor internal mencakup kegagalan prosedur fisiologi menyerupai sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2)      Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan kekerabatan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri yaitu kehilangan, dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3)      Faktor Lain Menurut Model Integritas
Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari stimulus yang mengancam yaitu dengan cara menghindar.
Individu lahir memiliki sistem saraf otonom yang lebih peka terhadap ancaman atau stressor.
Masa bawah umur dan remaja dalam mencar ilmu mencari pengalaman mungkin dengan memilih tingkat kecemasan dan situasi yang intinya akan menimbulkan kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi situasi berbaya dengan adaptif bisa menimbulkan kecenderungan untuk berespon terhadap kecemasan.
Fungsi kognitif sanggup berkesinambungan yang berfokus pada kecemasan sehingga fungsi tersebut memiliki antisipasi untuk menahan stimulus yang menimbulkan kecemasan.
Seseorang mungkin lebih gampang terancam rasa amannya terutama stress berat intelegensi dan mawas diri.

TINGKAT KECEMASAN
Menurut Stuart and Sundeen, 1991, tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu :
1.      Kecemasan Ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan sanggup memotivasi mencar ilmu serta menghasilkan kreativitas.
2.      Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian selektif namun sanggup melaksanakan sesuatu yang lebih terarah
3.      Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak sanggup berpikir wacana hal lain. Semua sikap ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk sanggup memusatkan pada orang lain.
4.      Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, lantaran mengalami kehilangan kendali Orang yang mengalami panik tidak bisa melaksanakan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berafiliasi dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan ajaran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan kalau berlangsung terus dalam waktu yang usang sanggup terjadi kelelahan.

KARAKTERISTIK TINGKAT KECEMASAN
1.      Kecemasan Ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, tanda-tanda ringan berkeringat.
Kognitif : Lapang persepsi meluas, bisa mendapatkan rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menuntaskan duduk kasus aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak sanggup duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, bunyi kadang kala meninggi
2.      Kecemasan Sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah
Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak bisa mendapatkan rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman
3.      Kecemasan Berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak bisa menuntaskan masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.
4.      Kecemasan Panik
Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.
Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak sanggup berpikir logis.
Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, murka ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.

UKURAN SKALA KECEMASAN
Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan sanggup ditentukan dengan tanda-tanda yang ada dengan memakai Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
Perasaan Cemas mencakup Cemas, takut, gampang tersinggung dan firasat buruk
Ketegangan mencakup lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, gampang terkejut dan gampang menangis
Ketakutan mencakup akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, hewan besar, keramaian lalulintas, kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur mencakup sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangkit lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan mencakup daya ingat buruk
Perasaan depresi mencakup kehilangan minat , sedih, bangkit dini hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari
Gejala somatic mencakup nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, bunyi tidak stabil
Gejala Sensorik mencakup tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan di tusuk – tusuk
Gejala kardiovakuler mencakup tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas menyerupai mau pingsan, detak jantung hilang sekejap
Gejala Pernapasan mencakup rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang
Gejala Saluran Pencernaan makanan mencakup sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung sebelum dan setelah makan, rasa panas di perut, berat tubuh menurun, perut terasa panas atau kembung
Gejala Urogenital mencakup sering kencing, tidak sanggup menahan kencing
Gejala Vegetatif atau Otonom mencakup lisan kering, muka kering, gampang berkeringat , sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri
Perilaku sewaktu wawancara mencakup gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah

Adapun cara penilaiannya yaitu dengan sistem scoring yaitu :
Nilai 0 = Tidak ada gejala
Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu tanda-tanda dari pilihan yang ada)
Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari tanda-tanda yang ada)
Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari separo tanda-tanda yang ada)
Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua tanda-tanda ada)
Bila :
Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali

MEKANISME KOPING
Ketika mengalami kecemasan individu memakai majemuk prosedur koping untuk mencoba mengatasinya dalam bentuk ringan, prosedur koping, sanggup diatasi dengan menangis. tidur. tertawa, olah raga, melamun, dan merokok. Namun bila bentuknya lebih berat menyerupai panik, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan awal penyebab sikap patologis yang mengancam ego dimana individu memakai energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping seseorang yang dipakai untuk mengatasi kecemasan ringan biasanya akan dipakai juga apabila mengalami kecemasan yang lebih berat. Kecemasan sedang dan berat sanggup menimbulkan prosedur koping sebagai berikut :
1.      Reaksi Orientasi
Pemecahan duduk kasus secara sadar yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistik, sanggup berupa konstruktif atau destruktif :
Perilaku menyerang (agresif), biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
Perilaku menarik diri dipakai untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kompromi dipakai untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
2.      Mekanisme Pertahanan Ego
Membantu seseorang; untuk mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang dipakai untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk memper tahankan keseimbangan.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN
Tidak semua kecemasan sanggup dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal Dibawah ini yaitu faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan berdasarkan Adikusumo (2003) dari banyak sekali sumber :
1.      Faktor Internal
a.       Usia
Permintaan pertolongan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.
b.      Pengalaman
Individu yang memiliki modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai duduk kasus yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan mencar ilmu dari pengalaman sanggup meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c.       Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, berpengaruh dan garang akan memakai aset ini untuk menghalau stres yang tiba mengganggu.
2.      Faktor Eksternal
a.       Pengetahuan
Seseorang yang memiliki ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan sanggup meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti banyak sekali aktivitas untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.
b.      Pendidikan
Peningkatan pendidikan sanggup pula mengurangi rasa tidak bisa untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan gampang dan semakin bisa menghadapi stres yang ada.
c.       Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menimbulkan individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.
d.      Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, tugas pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta sanggup mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan sanggup menawarkan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e.       Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti ansietas. Obat- obat ini memiliki kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f.       Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan menciptakan situasi individu lebih siap menghadapi stres yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm (diakses 5 maret 2007)
Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
Departemen kesehatan dan Kesejahteraan sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A General Intruduction to Psicoanalisis
Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
Mocthar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid I Ed. 2. Jakarta : EGC
Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Notoatmojo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: S.Agung Seto.
Nuryanto, 2008. Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
Santoso, Singgih. (2001).Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gremedia
Sugiono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet
Suhaeni. (2009). Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
Susenas, (2006). Buku Peran Bidan Dalam Menolong Persalinan. Jakarta : Rineka Cipta.
Stuart & Sundeen (1991), Buku saku keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC
Sivalintar,2007,Rasa takut dan Ansietas, www//http:sivalintar.com.ansietas.htm (diakses 28 pebruari 2007)
Savitri,2003. Kecemasan.Jakarta. Pustaka Popular Obor.


Sumber http://macrofag.blogspot.com