Random post

Thursday, May 10, 2018

√ Sistematika Karya Ilmiah

Semasa sekolah atau kuliah, kita dituntut untuk sanggup menciptakan karya ilmiah sederhana lantaran merupakan  bentuk keterampilan menulis  yang harus dimiliki oleh siswa atau mahasiswa. Agar sanggup  menulis karya ilmiah dengan baik maka harus memahami syarat-syarat penulisan karya ilmiah terkait dengan langkah-langkah menciptakan laporan, tata cara penulisan, serta persyarakat fisik. Untuk mengetahui bagaimana bekerjsama sistematika karya ilmiah, terlebih dahulu disampaikan pengertian karya ilmiah dan sistematika karya ilmiah.


Pengertian


Karya ilmiah atau penulisan ilmiah berdasarkan Munawar Syamsudin dalam Rosmiati (2017) merupakan sebuah naskah yang membahas suatu dilema tertentu, atas dasar konsepsi ilmiah tertentu, dengan menentukan metode tertentu dari presentasi secara keseluruhan, pada teratur dan konsisten. Sementara itu, berdasarkan Brotowidjoyo dalam Arifin (2008) ialah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan metodologi penulisan yang baik dan benar.


Pengertian karya ilmiah lainnya dikemukakan oleh Wardani (tanpa tahun) yang menyatakan bahwa karya ilmiah ialah suatu karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Yang dimaksud dengan sistematis ialah karya ilmiah ditulis dengan merujuk pada hukum tertentu sehingga kaitan setiap penggalan terlihat terang dan padu. Ilmiah berarti karya tersebut menyajikan suatu deskripsi yang didasarkan atas bukti-bukti empiris sehingga para pembaca sanggup melacak atau bahkan menguji kembali landasan teoritis yang mendukung gagasan tersebut.


Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa suatu karya disebut karya ilmiah apabila mempunyai beberapa karakteristik khusus sebagai berikut (Wardani, tanpa tahun : 8).



  • Karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang sanggup berupa gagasan, deskripsi wacana sesuatu, atau pemecahan suatu masalah.

  • Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada fakta atau data (kajian empiris) atau pada teori-teori yang telah diakui kebenarannya.

  • Mengandung kebenaran yang objektif serta kejujuran dalam penulisan.

  • Bahasa yang dipakai ialah bahasa baku dan banyak memakai istilah teknis, di samping istilah-istilah yang bersifat denotatif.

  • Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.


Ciri atau karakteristik karya ilmiah di atas sejatinya juga memperlihatkan kaidah ilmiah yang berlaku umum. Adapun kaidah yang dimaksud ialah logis, obyektif, sistematis, andal, desain, dan akumulatif. Lebih lanjut Wardani menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan tujuan tertentu di antaranya ialah memberikan gagasan, memenuhi kiprah dalam studi, mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, dan berbagi ilmu pengetahuan atau hasil penelitian. Karena itu, karya ilmiah kerap dipublikasikan dalam banyak sekali bentuk menyerupai bentuk buku ilmiah, bunga rampai, majalah ilmiah/jurnal, dan prosiding.


Karya ilmiah yang dipublikasikan dalam bentuk buku ilmiah harus disusun secara sistematis yang terdiri atas beberapa bagian. Menurut Ana Rosmiati dalam bukunya Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah (2017), sistematika penulisan karya ilmiah ialah penggalan pembuka, pendahuluan, pembahasan, metodologi penelitian, hasil penelitian, penutup, dan penggalan penunjang.


1. Bagian pembuka


Yang dimaksud dengan penggalan pembuka karya ilmiah ialah penggalan yang kita lihat dan baca dikala membaca karya ilmiah. Bagian pembuka karya ilmiah umumnya terdiri atas beberapa penggalan sebagai berikut.



  1. Sampul

  2. Halaman judul

  3. Halaman pengesahan

  4. Kata pengantar

  5. Daftar isi

  6. Abstrak


2. Pendahuluan


Setelah membuka dan membaca penggalan pembuka, kita akan disajikan dengan penggalan pendahuluan yang menguraikan perlunya dilakukan penelitian terhadap suatu masalah, perumusan dilema yang mempertanyakan suatu fenomena, pembatasan masalah, serta tujuan dilakukannya penelitian. Bagian pendahuluan umumnya terdiri atas beberapa penggalan sebagai berikut.



  1. Latar belakang masalah

  2. Perumusan masalah

  3. Pembahasan/pembatasan masalah

  4. Tujuan penelitian


3. Pembahasan


Pembahasan karya ilmiah umumnya berisi uraian dan klarifikasi mengenai teori yang menjadi landasan penelitian yang dilakukan, kerangka aliran yang disertai dengan banyak sekali argumentasi keilmuan serta hipotesis. Dengan demikian, pembahasan dalam karya ilmiah berisi hal-hal berikut.



  1. Pembahasan teori

  2. Kerangka aliran dan argumentasi keilmuan

  3. Pengajuan hipotesis


4. Metodologi penelitian


Metodologi penelitian meliputi uraian dan klarifikasi mengenai metode yang dipakai dalam penelitian.


5. Hasil penelitian


Hasil penelitian umumnya berisi uraian dan klarifikasi wacana hasil dari proses penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian sanggup disajikan dalam banyak sekali bentuk menyerupai tabulasi data, analisis dan penilaian terhadap data yang disajikan, pembahasan hasil analisis dengan menerapkan metode perbandingan, persamaan, grafik, gambar dan tabel.


6. Penutup


Bagian epilog suatu karya tulis berisi simpulan dan saran. Yang dimaksud dengan simpulan ialah proposisi atau kalimat yang disampaikan, yang disarikan dari beberapa premis atau wangsit aliran dengan mengacu pada aturan-aturan yang berlaku. Sementara itu, saran merupakan sebuah solusi yang dimaksudkan untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Saran yang dikemukakan hendaknya bersifat membangun, mendidik, obyektif, dan sesuai dengan topik yang dibahas.


7. Bagian penunjang


Suatu karya ilmiah selalu menyertakan skema penunjang yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut



  1. Daftar pustaka

  2. Lampiran-lampiran

  3. Daftar tabel


Unsur-unsur tersebut hendaknya ditulis dan disusun berdasarkan hukum baku dengan mengacu pada standar internasional atau diadaptasi dengan gaya selingkung dari majalah ilmiah atau jurnal terakit.


Contoh


Berikut ialah referensi karya ilmiah yang dikutip dari buku Bahasa Indonesia 3 : Untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XII/Mokhamad Irman dkk, Jakarta, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008


Laporan Penelitian

Magang sebagai Jembatan Mobilitas Sosial dari Petani menjadi Perajin


I. Pendahuluan


Perajin sering dipandang mempunyai status sosial yang lebih tinggi daripada petani. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa seorang perajin biasanya bekerja di dalam rumah, terlindung dari terik sinar matahari sehingga suasananya tampak nyaman. Sebaliknya, petani harus bekerja di sawah, di bawah sengatan sinar matahari dan kadang harus bergumul dengan kotoran-kotoran yang berbau tidak sedap. Oleh lantaran itu, tidak berlebihan bila sebagian masyarakat pedesaan masih menganggap bahwa pekerjaan perajin lebih berprestise daripada petani meskipun hanya menjadi perajin industri kecil dengan skala perjuangan yang masih terbatas.


Lapangan pekerjaan di sektor industri kecil yang makin terbuka menjadikan terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi perajin. Meskipun bekerjsama mereka belum mempunyai keahlian yang memadai terlebih lagi tingkat pendidikan mereka sebagian besar (73%) masih berpendidikan SD ke bawah. Oleh lantaran itu, tidak mengherankan bahwa produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh masih rendah.


Berkaitan dengan hal di atas, perlu diadakan penelitian yang saksama mengenai mobilitas sosial dan petani menjadi perajin. Dalam laporan ini, objek penelitiannya ialah masyarakat pedesaan di sekitar Surakarta, Jawa Tengah.


II. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.



  1. Menelaah penyebab terjadinya mobilitas sosial dari petani perajin

  2. Memberikan penyadaran pada masyarakat tampak industrialisasi


III. Metodologi Penelitian


Penelitian ini memakai pendekatan survey secara kualitatif dengan cara melaksanakan wawancara dengan narasumber. Digunakannya metodologi kualitatif biar hasil yang dicapai benar-benar akurat dan sanggup dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut.



  1. Menentukan objek penelitian

  2. Melakukan wawancara dengan narasumber

  3. Mengklasifikasi masalah

  4. Merumuskan masalah

  5. Memberikan solusi/simpulan


IV. Hasil Penelitian


Berdasarkan survey yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menjadikan mobilitas sosial dari petani menjadi perajin melalui proses magang sebagai berikut.



  1. Pengaruh media massa


Media massa baik berupa media elektronik maupun cetak telah membawa dampak yang besar terhadap pola pikir masyarakat pedesaan. Selama ini, media massa selalu mengangkat kesuksesan-kesuksesan seorang perajin. Dengan demikian, lambat laun opini publik tersebut jadinya mendorong keinginan petani untuk menjadi perajin.



  1. Dukungan sosial keluarga dan masyarakat


Keluarga, kerabat dekat, dan komunitas yang melatari kehidupan petani sering memperlihatkan saran dan impian yang besar untuk menjadi perajin. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses berkat perjuangan menjadi seorang perajin industri kecil meskipun mereka masih berstatus magang atau buruh kontrak.



  1. Sistem perekonomian Indonesia yang lebih mengutamakan sektor industri daripada pertanian.


Perekonomian negara kita yang terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh lantaran itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri.



  1. Tingkat pendidikan yang rendah


Rendahnya tingkat pendidikan mereka dan keahlian yang belum memadai menciptakan mereka tidak mempunyai sistem kontrol diri yang kuat. Konsep diri yang lemah ini menjadikan mereka gampang terbawa arus zaman.


V. Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian ini, sanggup disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadikan para petani melaksanakan mobilitas sosial menjadi perajin. Jika tidak ada suatu agenda penyadaran baik ari pemerintah maupun masyarakat setempat, sanggup dipastikan hasil produksi pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari luar negeri.


Akhirnya, dibutuhkan penelitian ini bisa memperlihatkan penyadaran pada masyarakat dan sanggup menjadi masukan untuk pihak-pihak yang berwenang memperlihatkan kebijakan. Pihak-pihak tersebut contohnya para tubuh legislatif dan direktur supaya memperlihatkan isyarat dan rencana pembangunan yang lebih berpihak pada sektor pertanian, terutama masyarakat miskin pedesaan.



Demikianlah ulasan singkat wacana sistematika karya ilmiah. Artikel lain yang sanggup dibaca antara lain jenis-jenis karangan ilmiah, karangan ilmiah, karangan semi ilmiah, dan karangan non ilmiah, contoh kata pengantar, contoh kata pengantar skripsi, contoh latar belakang skripsi, contoh abnormal skirpsi dalam bahasa Indonesia, contoh abnormal tesis, referensi kutipan pribadi dan tidak langsung, cara menulis kutipan yang benar, cara menulis kutipan pribadi dan tidak langsung, cara menulis kutipan dari internet, contoh penulisan catatan kaki dan daftar pustaka, tata cara penulisan catatan kaki, cara penulisan daftar pustaka, dan tata cara penulisan gelar. Semoga bermanfaat, Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com