Random post

Thursday, August 2, 2018

√ Industri Pesawat Indonesia Vs Industri Jeans Kojima Jepang

Hal yang bisa menggerakkan perekonomian negara yakni industri Nasional yang bangun dan bisa bersaing. Kali ini kita akan bahas sedikit banyak wacana perbedaan cara pandang dalam membangun industri di Indonesia bila dibandingkan dengan Jepang. Kedua industri ini memang sama sekali berbeda dari segi bidang usahanya, yakni Industri Pesawat Indonesia VS Industri Jeans di Kojima, tetapi masih bisa kita bandingkan konsep dari keduanya.


Artikel ini mungkin lebih banyak ke opini pribadiku wacana Industri di Jepang dan di Indonesia. Bisa jadi salah besar, alasannya memang saya tidak terlalu mendalami dunia Industri, tapi saya coba seobyektif mungkin biar manfaat buat pembaca. Kaprikornus hanyalah menurut pengamatan sederhana dan studi literatur singkatku, bisa kalian bantah, boleh juga untuk tidak setuju.


Hal yang bisa menggerakkan perekonomian negara yakni industri Nasional yang bangun dan ma √ Industri Pesawat Indonesia VS Industri Jeans Kojima Jepang
Industri Pesawat Indonesia VS Industri Jeans Kojima Jepang | Created by Macrovector – Freepik.com


Industri Pesawat Terbang Nasional


Sejarah pendirian Industri Pesawat Terbang Nasional yang kini diubah namanya menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah pernah saya tuliskan, silahkan dibaca di artikel: Biografi Nurtanio, The Habibie’s Senpai.


Pada awal pendiriannya, dimana namanya ketika itu masih LAPIP, Nurtanio sebagai pencetus utama industri ini menyadari bahwa industri pesawat terbang rintisannya tidak mempunyai cukup dana untuk produksi pesawat. Oleh alasannya itu, langkah awal yang diupayakannya yakni untuk memperlihatkan jasa perawatan pesawat terbang dan industri pembuatan komponen pesawat terbang.


Saat itu jenis pesawat terbang besutan dari LAPIP yang terbilang sukses yakni Gelatik yang merupakan pesawat pertanian pesanan dari pemerintah Polandia. Selain dari Gelatik, bisnis lainnya yang memperlihatkan cash yakni penyediaan perawatan pesawat tempur dan helikopter besutan dari German dan Rusia.


Sayangnya pengembangan ke arah pembuatan sparepart pesawat tidak diutamakan, kemudian beralih kembali ke pembuatan pesawat terbang. Usaha dan perkembangan pembuatan pesawat terbang ini dekat kaitannya dengan kinerja Habibie (terutama sebelum menjadi wakil presiden).


Menahun sudah berdiri, industri pesawat terbang kita nyatanya mandek. Menurut seorang dosenku ketika kuliah S1 dulu “Membuat pesawat kalau suku cadangnya bersal dari luar negeri semua, itu menyerupai menjahit baju saja, cuma menempel-nempelkan sparepart dari luar, yang kita jual hanya desainnya”.


Menjual desain pesawat saja nampaknya tidak terlalu prospek untuk industri alasannya risetnya sudah niscaya menghabiskan banyak biaya untuk beli dan gonta-ganti sparepart yang cocok. Pengembangan untuk memproduksi seluruh sparepart pesawatnya di dalam negeri tampaknya mimpi yang terlalu jauh.


Hingga ketika ini, PT Dirgantara Indonesia masih kembang kempis untuk bisa menjalankan roda industrinya. Pasalnya di tahun 2007, PT DI dinyatakan pailit alasannya tidak sanggup membayar hutang, honor dan pemberian karyawan-karyawannya.  Namun pada tahun 2012, PT DI kembali bangun yang di awali dengan pengiriman 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan.


Walaupun telah bangkit, tampaknya taktik bisnisnya belum mengarah ke pembuatan sparepart pesawat. Salah satu kesulitan yang akan dihadapi ketika ingin masuk ke industri pembuatan sparepart yakni pasokan energi yang belum mumpuni.


Di Negara-negara industri hampir semuanya mempunyai pasokan energi listrik yang berasal dari Nuklir (Jepang, Korea, German, China). Masyarakata Indonesia sendiri masih ragu, bahkan cenderung takut untuk aplikasi PLTN, maka masuk akal kalau pengembangan industri untuk pembuatan komponen utama pesawat terperinci masih jauh dari mimpi.


Industri Jeans Kojima di Jepang


Kalau kalian penggemar fashion, terutama  Jeans, maka salah satu yang nggak boleh kalian lewatkan yakni Jeans Jepang. Nyaris semua Jeans made in Jepang yakni produksi dari tempat berjulukan Kojima.


Faktanya, Kojima yakni tempat yang sangat kecil, terletak di pinggiran kota Okayama. Ketika pertama kali saya mendengar Jeans Kojima, maka yang terpikirkan olehku yakni pabrik yang memproduksi Jeans.


Masalah Kojima Jeans ini ternyata tidak sesederhana pikiranku itu. Sekitar tiga bulan yang kemudian saya ikut sebuah trip yang memperlihatkan sejarah munculnya industri Jeans Kojima.


Ketika pertama kali memikirkan untuk memulai industri Jeans, para pengusaha di Kojima ratusan tahun silam tidak berbicara wacana mesin Jahit, ataupun gambar desain celana yang akan dibuat. Hal pertama yang mereka pikirkan yakni darimana mereka bisa mengimpor biji kapas (karena di Jepang tidak ada tanaman kapas).


Setelah tahu cara impor kapas, kemudian apa yang dipikirkan? Pabrik Jeans? Noo… Hal kedua yang mereka cari yakni (sejenis) Ikan tuna. Loh?


Jadi rupanya, untuk menanam kapas, tanah di wilayah Kojima tidak cukup subur, oleh alasannya itu mereka perlu pupuk. Salah satu sumber pupuk organik yang paling baik dan bisa diperoleh dalam jumlah besar yakni sari ikan.


Oleh alasannya itu pedagang di Kojima pergi sampai ke Hokkaido (menggunakan kapal) untuk membeli dan mengumpulkan ikan tuna yang akan dijadikan pupuk. Setelah produksi kapasnya ada, gres kemudian mereka buat industri Jeans, produsen pewarnaan, dan industri turunannya sampai fashion.


Hingga ketika ini, Kojima masih menjadi produsen utama Jeans di Jepang. Walaupun industri textile di Jepang sudah loyo alasannya kekurangan tenaga kerja, namun Kojima masih bertahan dan bisa memperlihatkan kualitasnya untuk bersaing dengan brand-brand besar dunia.


Industri Jeans di Kojima berhasil menghidupkan roda ekonomi, dari petani kapas, buruh pabrik jeans sampai desainer dan penjahit yang memproduksi pakaian.


Pelajaran dari Kedua Kasus


Dari perbandingan keduanya kalian niscaya sudah sadar perbedaan fundamental ketika berbicara wacana industri di Jepang dengan di Indonesia. Di Jepang yang mereka pikirkan yakni materi dasarnya, apakah mungkin memproduksi materi dasarnya? Ini wacana utama mereka. Berbeda halnya dengan kebanyakan di Indonesia, kita berfikirnya justeru “beli/impor saja bahan-bahan gitu, nggak usah repot-repot”. Jepang sebagai negara Industri justeru selalu menantang kerumitan kemudian mengubahnya menjadi peluang emas.


Kalau banyak dari kalian yang berfikiran “Loh, Jeans kan industri recehan, beda dengan pesawat terbang yang komponennya rumit luar biasa”. Oke, saya ambil referensi Jeans alasannya kebetulan sanggup tripnya ke Kojima.


Jika ingin referensi industri yang rumit, K (baca: Key) yang merupakan Superkomputer milik pemerintah Jepang, full seluruh komponen hardwarenya merupakan karya anak bangsa, alias made in dalam negeri. Superkomputer K didukung oleh benchmark Fujitsu dan rangkaiannya memakai TOFU system, yang semuanya merupakan made in Japan.


Selain dunia komputer, kamera dan elektronik, Jepang juga dikenal dengan industri mobilnya, semuanya memakai taktik yang sama dimana materi dasarnya mereka buat sendiri. Pembuatan komponen-komponen penting ini dilakukan oleh industri-industri skala kecil dan menengah di Jepang. Inilah  wajah industri di Jepang, dimana mereka menantang kesulitan untuk menjadi yang terbaik dan terdepan.


Well. Mungkin banyak dari kalian yang tidak oke dengan artikel kali ini, mari kita diskusikan di komentar. Feel free to share. 🙂


Thanks for reading!


 


Ref:


Dirgantara Indonesia


Perkembangan Dirgantara Indonesia


PT Dirgantara Indonesia Dinyatakan Pailit



Sumber https://mystupidtheory.com