Poin-poin berikut menyoroti 7 ciri utama masyarakat tradisional.
1. “Masyarakat tradisional mempunyai sikap diatur oleh kebiasaan dan sikap berlanjut dengan sedikit perubahan dari generasi ke generasi”. Masyarakat ibarat itu menentang segala macam penemuan alasannya keyakinannya yang teguh pada metode tradisional yang digunakan untuk menangani dilema yang dihadapi masyarakat. Kesetiaan pada masa kemudian membuatnya buta terhadap ruang lingkup dan janji cara-cara non-tradisional dalam menangani masalah-masalah masyarakat.
2. Masyarakat tradisional ditandai, dalam kata-kata Talcott Parsons, oleh nilai-nilai ‘partikularistik’ yang bertentangan dengan nilai-nilai ‘universalistik’ yang menjadi ciri masyarakat modern. Ikatan keluarga dan hubungan sangat kuat. Pengembangan kemudahan transportasi yang tidak memadai cenderung membatasi mobilitas spasial yang, pada gilirannya, membatasi kesepakatan nikah dan semua jenis hubungan sosial lainnya dalam bulat sempit.
3. Dari klarifikasi di atas bahwa status sosial dalam masyarakat tradisional dianggap berasal dari pada yang dicapai, ibarat halnya dalam masyarakat modern.
Dalam kata-kata Hagen:
“Dalam masyarakat tradisional, kelas sosial membentuk piramida, dari petani dan buruh di bawah sampai kelompok kecil orang-orang berpengaruh di atas. Posisi individu dalam masyarakat biasanya diwarisi daripada diraih, kecuali bahwa suatu kelompok terkadang mendapat kontrol politik negara dengan paksa ”.
4. Masyarakat tradisional intinya ialah pertanian.… Pertanian, oleh alasannya itu, memilih teladan pikir, teladan hidup, dan sikap penduduk masyarakat tradisional. Hubungan Gemeinschaft lebih mendominasi daripada hubungan gesellschaft.
5. Mobilitas sosial, ibarat mobilitas spasial, sangat terbatas dalam masyarakat tradisional. Ada perpecahan yang terperinci antara elite dan massa. Terutama di negara-negara yang berada di bawah kekuasaan kolonial.
Dalam situasi khusus negara-negara terbelakang, para intelektual sering mewakili budaya Barat modern dan menemukan diri mereka terpisah dari, dan bertentangan dengan, nilai-nilai budaya tradisional dari massa rekan senegaranya.
6. Seseorang sanggup membedakan perbedaan dalam acara politik masyarakat tradisional dan modern. Partisipasi massa dalam politik, tidak hanya dalam hal pemungutan bunyi secara terpola selama pemilihan tetapi dalam hal membangun lobi yang berpengaruh atau kelompok penekan untuk memengaruhi pengambilan keputusan politik, merupakan fenomena yang sangat gres dalam masyarakat tradisional.
Para pengamat yang tajam dari kancah politik telah mencatat bahwa “kaum intelektual, dalam arti luas, telah mendominasi kehidupan politik di Indonesia semenjak kemerdekaan dan bahwa partisipasi aktif dalam politik massa penduduk ibarat yang terjadi dalam gerakan kemerdekaan gres saja mulai berdiri kembali, dalam skala terbatas. Mahasiswa ialah sumber utama perekrutan untuk pekerjaan politik aktif, dan fakta ini merupakan bab dari prevalensi faksionalisme di partai-partai besar ”.
7. Semua ciri khas masyarakat tradisional, untuk alasan yang jelas, tercermin dalam sistem pendidikan. Ekonomi yang stagnan, tidak adanya diversifikasi dalam teladan pekerjaan dan kesetiaan pada tradisi — semua ini menghipnotis sistem pendidikan yang berlaku di masyarakat ini.
Literasi rendah dibandingkan dengan masyarakat maju. Pendaftaran di bidang umum jauh lebih besar daripada di bidang khusus. Alasannya jelas. Pertanian dan industri tidak dikembangkan sejauh mereka sanggup menyerap tangan teknis melampaui batas tertentu.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com