Random post

Friday, September 15, 2017

√ Askep Kebutuhan S3kual


BAB I
PENDAHULUAN



 

1.1.       Latar Belakang
Kebutuhan secual merupakan kebutuhan dasar insan berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan mencintai sehingga terjadi sebuah kekerabatan timbal balik antara dua individu tersebut. s3k pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa sec itu yakni istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara laki-laki dan wanita. Jika kedua jenis sec ini bersatu, maka disebut sikap sec. Sedangkan perilaku sec dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan bahwa sec merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai insan yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, s3k merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan sec dengan lawan jenisnya. s3k yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, kini lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan.
Perilaku secual yakni sikap yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota tubuh antara laki-laki dan perempuan yang telah mencapai pada tahap kekerabatan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap segala sesuatu yang bekerjasama dengan duduk masalah secual telah mengalami perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jikalau sebelumnya sec sarat dengan kaidah moral, kini sec telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku sec juga merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan insan dalam masyarakat. Perilaku sec sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap sikap sec.

1.2.       Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
a.    Mengetahui kondisi kebutuhan secualitas
b.    Mengetahui faktor-faktor yang menghipnotis secual
c.    Mengetahui masalah-masalah keperawatan pada secual
d.   Mengetahui penyimpangan dan bentuk kecacatan pada secual
e.    Mengetahui asuhan keperawatan pada duduk masalah secual

1.3.       Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui pustaka




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.  Pengertian Kebutuhan s3kual
1.         Kebutuhan secual yakni kebutuhan dasar insan berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan mencintai sehingga terjadi sebuah kekerabatan timbal balik antara dua individu tersebut.
s3kualitas dan sec merupakan hal yang berbeda :
2.         s3kualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya menyerupai sentuhan, pelukan, ataupun sikap yang lebih halus menyerupai aba-aba gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
3.         Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan  perempuan, kekerabatan fisik antar individu (aktivitas secual genital).
4.         Kesehatan secual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan secual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

2.2.  Tinjauan s3kual dari beberapa aspek
Makna secual sanggup di tinjau dari banyak sekali aspek , di antaranya.
1.      Membicarakan secual masih tabu.
2.      Pengekspresiannya masih secara tertutup.
3.      Hanya dikaitkan dengan duduk masalah kekerabatan antar lawan jenis.
4.      Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling berinteraksi.
5.      Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi menyerupai pandangan anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (secual) , kemampuan organ sec, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau bekerjasama dengan kebutuhan secual.
6.      Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran secual atau bentuk konsep diri yang lain.
7.      Aspek Sosial Budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan secual serta perilakunya di masyarakat.

2.3.Perkembangan secual
Perkembangan secual  di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa cerdik balig cukup akal muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
1.      Masa prenatal dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. Berkembangnya organ secual bisa merespon rangsangan, menyerupai adanya ereksi p3enis pada laki-laki dan adanya pelumas v@gin@ pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi mencicipi adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psikosecual pada masa ini yakni :
a.       Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan sanggup dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini yakni duduk masalah menyapih dan makan.
b.      Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada ketika pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah sanggup di latih dalam hal kebersihan.
2.      Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan secual pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikosecual pada masa ini yakni :
                          a.           Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, mencicipi kenikmatan dari beberapa erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya. Anak mulai sanggup mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, berguru melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai membuatkan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya.
                          b.           Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan eksklusif pada tuntutan sosial, menyerupai suka bekerjasama dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai berbeda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya ihwal hal secual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi.
3.      Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek secual dan akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam gambaran tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap fungsi  tubuh, pembelajaran ihwal perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, menyerupai perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangun dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
4.      Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri sec sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada perempuan di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan v@gin@, penurunan cairan v@gin@, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada laki-laki di tandai dengan penurunan ukuran p3enis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi kekerabatan intim antara lawan jenis, proses ijab kabul dan mempunyai anak, sehingga terjadi perubahan peran.
5.      Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada perempuan di antaranya yakni atrofi pada v@gin@ dan dan jaringan payudara, penurunan cairan v@gin@, dan penurunan intensitas 0org0asm pada wanita; sedangkan pada laki-laki akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas 0org0asm, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

2.4.Pola Fungsi s3kual
1.    s3kual yang Sehat Meliputi :
·    Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.
·    Bersikap positif terhadap secual.
·    Mempunyai pengetahuan yang akurat ihwal secualitas.
·    Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan tugas .
2.    Karakteristik Kesehatan s3k :
·    Kemampuan mengekspresikan potensi secual, dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan secual.
·    Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi
·    Merupakan kekerabatan biologis yang paling intim antara dua individu yang mempunyai tujuan
·    Mendapatkan keturunan (reproduksi)
·    Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)
·    Mampu membina kekerabatan efektif dengan orang lain
·    Kemampuan mengekspresikan secualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta
3.    Komponen kesehatan secual :
·    Konsep secual diri yaitu nilai ihwal kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan secualitasnya. Konsep secual diri yang negatif  menghalangi terbentuknya suatu kekerabatan dengan orang lain.
·    Body image yaitu sentra kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan sanggup berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya bekerjasama dengan secualitasnya: Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh : perempuan ---bentuk tubuh dan ukuran payudara,  Pria --- ukuran p3enis.
·    Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan budaya.
·    Orientasi secual (identitas secual) yakni bagaimana seseorang mempunyai kesukaan bekerjasama intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
4.        Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir , telinga, buah dada , bila dirangsang menimbulkan secual arousal & desire (keinginan).
5.        Ekspresi s3kual dipengaruhi oleh : Sentuhan,  bau, penglihatan, suara,  perasaan,  pikiran, fantasy
6.        Organ Seksual Wanita
· Organ sec internal : v@gin@, uterus,     tubulus falopii dan ovarium.
· Organ sec eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium v@gin@lis (introitus)
7. Organ Seksual Laki-Laki
·      Organ sec eksternal laki-laki yakni p3enis dan skrotum.
·      Organ sec internal laki-laki yaitu t3st1s, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper. 
2.1.Penyimpangan s3kual Pada Orang Dewasa.
Beberapa bentuk penyimpangan secual atau deviasi secual yang sanggup dijumpai di masyarakat antara lain :
1.         Pedofilia. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi bekerjasama secual dengan anak di bawah usia pubertas. Hal tersebut sanggup disebabkan oleh kelainan mental, menyerupai shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.
2.         Eksibisionisme.kepuasan secual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk melaksanakan kekerabatan secual.
3.         Fetisisme. Kepuasan secual; di capai dengan menggunakan benda sec menyerupai sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini sanggup di sebabkan antara lain lantaran eksperimen secual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
4.         Transvestisme. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan pakaian lawan jenis dan melaksanakan tugas sec yang berlawanan, contohnya laki-laki yang bahagia menggunakan pakaian dalam wanita.
5.         Transecualisme. Bentuk penyimpangan secual ditandai dengan perasaan tidak bahagia terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
6.         Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan secual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktifitas secual yang dilakukan orang lain.
7.         Masokisme. Kepuasan secual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis.
8.         Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan secual di capai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut sanggup disebabkan antara lain lantaran perkosaan dan pendidikan yang salah.
9.         Homosecual dan Lesbianisme. Penyimpangan secual yang di tandai dengan ketertarikan secara fisik  maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan secual dicapai melalui kekerabatan dengan orang berjenis kelamin yang sama.
10.     Zoofilia. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan objek binatang.
11.     Sodomi. Kepuasan secual dicapai dengan kekerabatan melalui anus.
12.     Nekropilia. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan objek mayat.
13.     Koprofilia. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan objek feses.
14.     Urolagnia. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan objek urine yang diminum.
15.     Oral s3k/Kunilingus. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan ekspresi pada alat kelamin wanita.
16.     Felaksio. Kepuasan secual di capai dengan menggunakan ekspresi pada alat kelamin laki-laki.
17.     Froterisme/Friksionisme. Kepuasan secual di capai dengan cara menggosokan p3enis pada pantat perempuan atau tubuh yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
18.     Goronto. Kepuasan secual di capai melalui kekerabatan dengan lansia.
19.     Frottage. Kepuasan secual di capai dengan cara meraba orang yang di senangi tanpa di ketahui lawan jenis.
20.     dsfkjdggrafi. Gambar/tulisan yang dibentuk secara khusus untuk memberi rangsangan secual (Maramis WF, 2004).

2.2.Bentuk kecacatan secual akhir dorongan secual abnormal
Banyak dorongan secual asing yang sanggup menimbulkan terganggunya fungsi secual atau terjadinya kecacatan secual. Beberapa bentuk kecacatan secual akhir dorongan secual asing antara lain :
1.      Prostitusi. Bentuk penyimpangan secual dengan referensi dorongan sec yang tidak masuk akal dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga kekerabatan sec bersifat impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya 0org0asm pada wanita. Kejadian ini sanggup berlaku pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan lantaran keinginan mencari variasi dalam sec, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan secual. Pada wanita, insiden ini sanggup di sebabkan lantaran factor ekonomi, adanya diorganisasi kehidupan keluarga, dan adanya nafsu sec yang abnormal.
2.      Perzinahan. Bentuk kekerabatan secual antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri. Perzinahan pada perempuan gres mengarah ke kekerabatan secual dengan laki-laki lain setelah adanya kekerabatan emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan sec secara sesaat.
3.      Frigiditas. Merupakan ketidak mampuan perempuan mengalami hasrat secual atau 0org0asm selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau ketidaktertarikan sama sekali pada kekerabatan secual atau tidak bisa menghayati 0org0asm pada koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menimbulkan frigiditas yakni kelainan pada rahim atau v@gin@, adanya kekerabatan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
4.      Impotensi. Ketidakmampuan laki-laki untuk melaksanakan kekerabatan sec atau senggama atau ketidakmampuan laki-laki dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini sanggup disebabkan oleh faktor psikologis, menyerupai kecemasan atau ketakutan, pengalaman jelek masa lalu, dan persepsi sec yang salah.
5.      ejku premature. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini sebelum z4ka4r melaksanakan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung 3j4kulasi beberapa detik setelah penetrasi. Masalah ini umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kagagalan dalam membangun kekerabatan suami istri.
6.      Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada v@gin@ atau kontraksi yang sangat kuat sehingga p3enis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini sanggup disebabkan oleh kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
7.      Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melaksanakan senggama atau perasaan sakit pada ketika koitus. Kejadian ini sanggup terjadi pada ketika sperma keluar, lantaran kurangnya cairan v@gin@, dan lain-lain.
8.      An0org0asm. Kondisi kegagalan dalam mencapai titik puncak selama bersenggama, biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak kepuasan. Hal ini sanggup disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor organik menyerupai ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau v@gin@ yang longgar.

9.      Kesukaran koitus pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melaksanakan koitus pertama sanggup disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan, adanya ketakutan atau rasa cemas dalam bekerjasama sec, dan lain-lain.

2.3.Siklus respon secual
Siklus respon secual terdiri atas beberapa tahap berikut :
1.      Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respons secual pada perempuan ditandai dengan banyaknya lendir pada tempat v@gin@, dinding v@gin@ mengalami perluasan atau menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada p3enis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.
2.      Tahap kestabilan. Pada tahap ini perempuan mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya lendir yang banyak dari v@gin@ dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan uterus, serta meningkatnya otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya ukuran gland p3enis dan tekanan otot pernafasan.
3.      Tahap 0org0asm (puncak). Tahap puncak dalam siklus secual pada perempuan ditandai adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan meningkatnya denyut nadi.
4.      Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons secual, pada perempuan ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding v@gin@ secara berangsur-angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya p3enis.
  
2.4.Faktor-faktor yang menghipnotis duduk masalah secual.
·         Perkembangan insan besar lengan berkuasa terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis
·         Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, sikap yang diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
·         Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan dihentikan dilakukan terkait secualitas. Misalnya larangan aborsi, kekerabatan sec tanpa nikah
·         Status Kesehatan : Klien sanggup mengalami penurunan keinginan secual lantaran alasan fisik. Medikasi sanggup menghipnotis keinginan secual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, sanggup menimbulkan klien kehilangan perasaannya secara secual.
·         Hospitalisasi : 
§  Kesepian, tidak lagi mempunyai privasi, merasa tidak berguna.
§  Beberapa klien di rumah sakit mungkin sanggup berperilaku  secara secual melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
§  Klien yang mengalami pembedahan sanggup merasa kehilangan harga diri dan perasaan kehilangan yang meliputi maskulinitas dan femininitas.

2.5.Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas
·         Penganiayaan secual :
§  Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan secual, perkosaan, pedofilia, p0rn*grafi anak
§  Efek traumatik --- duduk masalah fisik dan psikologis --- disfungsi secual. Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat tubuh lahir rendah.
§  Anak-anak yang mengalami penganiayaan sanggup berisiko terhadap duduk masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan sanggup terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang cerdik balig cukup akal yang suka melaksanakan tindak kekerasan.
§  Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang.
·         Aborsi  :
§  Dilakukan oleh perempuan yang telah menikah maupun oleh perempuan yang bekerjasama sec sebelum nikah.
§  Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
§  Klien mungkin sanggup mangalami rasa bersalah dan berduka
·         Penyakit menular secual (PMS) :
§  Individu terlibat dalam melaksanakan kekerabatan secual
§  PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak secual yang intim. --- Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital.
§  Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis --- disebabkan oleh kuman
§  Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus

2.6.       Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual Seseorang
·         Nyeri kronis
·         Diabetes melitus
·         Penyakit kardio vaskular
·         Penyakit-penyakit sendi
·         Pembedahan/ body image
·         Gangguan mental
·         Penyakit menular secual
·         Obat-obatan

2.7.Masalah keperawatan Pada s3kualitas.
              Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan secual yakni referensi secual dan perubahan disfungsi secual. Pola secual mengandung arti bahwa suatu kondisis seorang individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan kesehatan secual, sedangkan kesehatan sendiri yakni integrasi dari aspek somatic, emosional, intelektual, dan social dari keberadaan secual yang sanggup meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi secual yakni keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko mengalami perubahan fungsi secual yang negative, yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi secual.
2.8.Asuhan Keperawatan Pada Masalah s3kual
A.       Pengkajian Keperawatan
·      Riwayat secual
§  Klien yang mendapatkan perawatan   kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
§  Klien yang mengalami disfungsi secual / problem (impoten, 0orgasmic dysfuntion, dll)
§  Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan menghipnotis fungsi secual (peny.jantung, DM, dll)
·      Pengkajian secual meliputi :
§  Riwayat Kesehatan secual
--- Pertanyaan yang berkaitan dengan sec untuk memilih apakah klien mempunyai duduk masalah atau kekhawatiran secual.
--- Merasa aib atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan secual secara langsung – pertanyaan isyarat
·      Pengkajian fisik
§  Inspeksi dan palpasi
§  Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik contohnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
·      Identifikasi klien yang berisiko
§  Klien yang berisiko mengalami gangguan secual contohnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akhir trauma, kehamilan, setelah melahirkan, kecacatan anatomi genital
·      Riwayat penganiayaan secual, penyalahgunaan secual
·      Kondisi yang tidak menyenangkan menyerupai luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
·      Terapi medikasi spesifik yang sanggup menimbulkan mslh secual; kurangnya pengetahuan/salah gosip ihwal fungsi dan ekspresi secual
·      Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
·      Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan hukum religi
B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sanggup terjadi pada duduk masalah kebutuhan secual, antara lain :
1.         Perubahan referensi secualitas bekerjasama dengan (b.d )
- Ketakutan ihwal kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap janjkematian atau   perpisahan dengan pasangan
2.         Disfungsi secual b.d
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3.         Gangguan gambaran tubuh b.d
- Efek masektomi atau kolostomi yang gres dilakukan
- Disfungsi secual
- Perubahan pasca persalinan
4.         Gangguan harga diri b.d
- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah secual juga sanggup menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain contohnya :
Ø  Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan secual normal) b.d salah gosip dan mitos-mitos secual
Ø  Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi v@gin@ atau imbas pembedahan genital
Cemas b.d kehilangan fungsi secual

C.    Perencanaan Keperawatan.
·      Tujuan yg akan dicapai terhadap duduk masalah secual yg dialami klien, meliputi :
v  Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan secual
v  Meningkatkan pengetahuan secualitas dan kesehatan secual
v  Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
v  Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
v  Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi secual
v  Memperbaiki konsep secual diri

D.       Implementasi
v  Promosi kesehatan secual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
v  Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi dan kenyamanan klien.
v  Topik ihwal penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang bekerjasama --- pendidikan ihwal perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang mempunyai pasangan sec lebih dari satu.
v  Rujukan mungkin diperlukan

E.       Evaluasi Keperawatan
Ø  Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien sanggup diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menyampaikan faktor risiko, aba-aba sikap menyerupai kontak mata, atau postur yang membuktikan kenyamanan atau kekuatiran.
Ø  Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah impian atau memutuskan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Ø  Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan secual merupakan kebutuhan dasar insan berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan mencintai sehingga terjadi sebuah kekerabatan timbal balik antara dua individu tersebut. Pada ketika ini sikap secual telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jikalau sebelumnya sec sarat dengan kaidah moral, kini sec telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.

3.2 Saran
            Perawat sebagai role model maka :
1.    Sikap, prasangka terhadap secual akan sanggup dibaca oleh klien, melalui cara perawat bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.
2.    Tingkat pengetahuan perawat ihwal secualitas, menghambat / meningkatkan diskusi.
3.    Pengetahuan ihwal anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon secual, ekspresi secual sanggup membantu pengkajian yang efektif.
4.    Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.










DAFTAR PUSTAKA

Ø  Kebutuhan Dasar Manusia, Alimul, Aziz.  Buku 1, Salemba Medika, Jakarta, 2009.
Ø  Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry; Edisi 4 Volume 1, Jakarta : EGC 2005






Sumber http://macrofag.blogspot.com