Random post

Friday, September 15, 2017

√ Reaksi Hipersensitivitas Tipe 4


HIPERSENSITIVITAS TIPE 4
Hipersensitivitas ialah reaksi yang terjadi akhir terpajan antigen yang berulang  yang mengakibatkan memicu reaksi patologi. Ada beberapa ciri-ciri yang umum pada hipersensitivitas yaitu antigen dari eksogen atau endogen sanggup memicu reaksi hipersensitivitas, penyakit hipersensitivitas biasanya bekerjasama dengan  gen yang dimiliki setiap orang, reaksi hipersensitivitas mencerminkan tidak kompaknya antara prosedur afektor dari respon imun dan prosedur kontrolnya.
Hipersensitivitas sanggup diklasifikasikan atas dasar prosedur imunologis yang memediasi penyakitnya. Klasifikasi ini juga membedakan antara respon imun yang mengakibatkan luka jaringan atau penyakit, patologinya, dan juga manifestasi klinisnya. Tipe-tipe pembagian terstruktur mengenai hipersensitivitas adalah:
·                  Hipersensitivitas immediate (tipe I) respon imun dimediasi oleh sel TH2, antibodi IgE, dan sel mast; yang pada hasilnya akan mengeluarkan perantara inflamasi.
·                  Hipersensitivitas antibody-mediated (tipe II) antibodi IgG dan IgM sanggup menginduksi inflamasi dengan mempromosikan fagositosis atau lisis terhadap luka pada sel. Antibodi juga menghipnotis fungsi selular dan mengakibatkan penyakit tanpatanpa ada luka jaringan.
·                  Hipersensitivitas kompleks imun (tipe III) antibodi IgG dan IgM mengikat antigen yang biasanya ada di sirkulasi darah, dan kompleks antibodi-antigen mengendap di jaringan yang pada hasilnya akan menginduksi proses inflamasi.
·                  Hipersensitivitas cell-mediated (tipe IV) luka seluler dan jaringan akan mengakibatkan tersintesisnya sel limfosit T (TH1, TH2, dan CTLs). Sel TH2 menginduksi lesi yang termasuk kedalam hipersensitivitas  tipe I, tidak termasuk hipersensitivitas tipe IV.

Yang akan dibahas disini hanyalah hipersensitivitas tipe IV
Hipersensitivitas T cell-mediated (tipe IV)
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type). Reaksi ini terjadi lantaran acara perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu cukup usang diharapkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresisitokin dan kemokin, serta akumulasi makrofag dan leukosit lain pada kawasan yang terkena paparan. Beberapa teladan umum dari hipersensitivitas tipe IV ialah hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kronis (delayed type hipersensitivity, DTH).
Hipersensitivitas ini diinisiasi oleh antigen yang mengaktivasi limfosit T, termasuk sel T  CD4+ dan CD8+. Sel T CD4+ yang memediasi hipersensitivitas ini sanggup menimbulkan inflamasi kronis. Banyak penyakit autoimun yang diketahui terjadi akhir inflamasi kronis yang dimediasi oleh sel T CD4+ ini. Dalam beberapa penyakit autoimun sel T CD8+ juga terlibat tetapi apabila terjadi juga benjol virus maka yang lebih lebih banyak didominasi ialah sel T CD8+.
Reaksi inflamasi disebabkan oleh sel T CD4+ yang merupakan kategori hipersensitivitas reaksi lambat terhadap antigen eksogen. Reaksi imunologis yang sama juga terjadi akhir dari reaksi inflamasi kronis melawan jaringan sendiri. IL1 dan IL17 keduanya berkontribusi dalam terjadinya penyakit organ-spesifik yang dimana inflamasi merupakan aspek utama dalam patologisnya. Reaksi inflamasi yang bekerjasama dengan sel TH1 akan didominasi oleh makrofag sedangkan yang bekerjasama dengan sel TH17 akan didominasi oleh neutrofil.
Reaksi yang terjadi di hipersensitivitas ini sanggup dibagi menjadi beberapa 2 tahap: Proliferasi dan diferensiasi sel T CD4+ sel T CD4+ mengenali susunan peptida yang ditunjukkan oleh sel dendritik dan mensekresikan IL2 yang berfungsi sebagai autocrine growth factor untuk menstimulasi proliferasi antigen-responsive sel T. Perbedaan antara antigen-stimulated sel T dengan TH1 atau Th17 ialah terrlihat pada produksi sitokin oleh APC ketika aktivasi sel T. APC (sel dendritik dan makrofag) terkadang akan memproduksi IL12 yang menginduksi diferensiasi sel T menjadi TH1. IFN-γ akan diproduksi oleh sel TH1 dalam perkembangannya. Jika APC memproduksi sitokin menyerupai IL1, IL6, dan IL23; yang akan berkolaborasi dengan membentuk TGF- β untuk menstimulasi diferensiasi sel T menjadi TH17. Beberapa dari diferensiasi sel ini akan masuk kedalam sirkulasi dan menetap di memory pool selama waktu yang lama.

Respon terhadap diferensiasi sel T efektor apabila terjadi pajanan antigen yang berulang akan mengaktivasi sel T akhir dari antigen yang dipresentasikan oleh APC. Sel TH1 akan mensekresikan sitokin (umumnya IFN-γ) yang bertanggung jawab dalam banyak manifestasi dari hipersensitivitas tipe ini. IFN-γ mengaktivasi makrofag yang akan memfagosit dan membunuh mikroorganisme yang telah ditandai sebelumnya. Mikroorganisme tersebut mengekspresikan molekul MHC II, yang memfasilitasi presentasi dari antigen tersebut. Makrofag juga mensekresikan TNF, IL1 dan kemokin yang akan mengakibatkan inflamasi. Makrofag juga memproduksi IL12 yang akan memperkuat respon dari TH1. Semua prosedur tersebut akan mengaktivasi makrofag untuk mengeliminasi antigen. Jika aktivasi tersebut berlangsung secara terus menerus maka inflamasi kan berlanjut dan jaringan yang luka akan menjadi semakin luas.
TH17 diaktivasi oleh beberapa antigen mikrobial dan sanggup juga oleh self-antigen dalam penyakit autoimun. Sel TH17 akan mensekresikan IL17, IL22, kemokin, dan beberapa sitokin lain. Kemokin ini akan merekrut neutrofil dan monosit yang akan berlanjut menjadi proses inflamasi. TH17 juga memproduksi IL12 yang akan memperkuat proses Th17 sendiri.
Reaksi sel T CD8+ sel T CD8+ akan membunuh sel yang membawa antigen. Kerusakan jaringan oleh CTLs merupakan komponen penting dari banyak penyakit yang dimediasi oleh sel T, sepert diabetes tipe I. CTLs pribadi melawan histocompatibilitas dari antigen tersebut yang merupakan duduk perkara utama dalam penolakan pencakokan. Mekanisme dari CTLs juga berperan penting untuk melawan benjol virus. Pada benjol virus, peptida virus akan mengatakan molekul MHC I dan kompleks yang akan diketahui oleh TCR dari sel T CD8+. Pembunuhan sel yang telah terinfeksi akan berakibat eliminasinya benjol tersebut dan juga akan berakibat pada kerusakan sel.
Prinsip prosedur pembunuhan sel yang  terinfeksi yang dimediasi oleh sel T melibatkan perforins dan granzymes yang merupakan granula menyerupai lisosom dari CTLs. CTLs yang mengenali sel sasaran akan mensekresikan kompleks yang berisikan perforin , granzymes, dan protein yang disebut serglycin yang dimana akan masuk ke sel sasaran dengan endositosis. Di dalam sitoplasma sel sasaran perforin memfasilitasi pengeluaran granzymes dari kompleks. Granzymes ialah enzim protease yang memecah dan mengaktivasi caspase, yang akan menginduksi apoptosis dari sel target. Pengaktivasian CTLs juga mengekspresikan Fas Ligand, molekul yang homolog denga TNF, yang sanggup berikatan dengan Fas expressed pada sel sasaran dan memicu apoptosis.
Sel T CD8+ juga memproduksi sitokin (IFN-γ) yang terlibat dalam reaksi inflamasi dalam DTH, khususnya terhadap benjol virus dan terekspos oleh beberapa biro kontak.
Hipersensitivitas tipe IV sanggup dikelompokkan ke dalam tiga kategori menurut waktu awal timbulnya gejala, serta penampakan klinis dan histologis. Ketiga kategori tersebut sanggup dilihat pada tabel di bawah ini.[1]
Tipe
Waktu reaksi
Penampakan klinis
Histologi
Antigen dan situs
Kontak
48-72 jam
Eksim(ekzema)
Limfosit, diikuti makrofag; edema epidermidis
Epidermal (senyawa organik,jelatang atau poison ivy, logam berat , dll.)
Tuberkulin
48-72 jam
Pengerasan (indurasi) lokal
Limfosit, monosit, makrofag
Intraderma (tuberkulin, lepromin, dll.)
Granuloma
21-28 hari
Pengerasan
Makrofag, epitheloiddan sel raksaksa, fibrosis
Antigen persisten atau senyawa abnormal dalam badan (tuberkulosis,kusta, etc.)

DAFTAR PUSTAKA

Robbins and Cotran. 2004. Phatologic Basis of Disease 8th edition. Bab 6 Disease of the imune system. Pg 197-208. SAUNDERS ELSEVIER: China
Abdul K Abbas, MBBS. 2004. Basic Immunology 2nd edition. Hypersensitivity Disease. Pg 193-208. SAUNDERS: China
NCBI. Immunobiology. Allergy andypersensitivity.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=imm&part=A1719[03Nov’10; 21:00]
Miriam K Anand, MD, FAAAAI, FACAAI. 2010. Hypersensitivity reaction immediate.http://emedicine.medscape.com/article/136217-overview [03Nov’10; 21:00]



Sumber http://macrofag.blogspot.com