Random post

Saturday, September 16, 2017

√ Sistem Bilangan Pada Elektronik Digital

Sistem Bilangan pada Elektronika Digital – Bilangan yakni objek matematika yang dipakai untuk pengukuran, penghitungan dan pelabelan. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Bilangan yakni sistem penulisan yang dipakai untuk mengekspresikan bilangan. Sistem Bilangan juga sanggup didefinisikan sebagai cara yang dipakai untuk mewakili besaran suatu item fisik. Setiap sistem bilangan memakai bilangan dasar atau basis tertentu yang dalam bahasa Inggris biasanya disebut dengan “Base” atau “Radix”. Dalam pengertiannya, Base atau Radix dari sistem bilangan yakni jumlah total digit atau jumlah suku angka yang dipakai dalam suatu sistem bilangan. Contohnya pada sistem bilangan Desimal, Radix dari sistem bilangan Desimal yakni 10, yang artinya yakni mempunyai 10 suku angka yakni 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.


Sistem Bilangan pada Elektronika Digital


Dalam dunia Elektronika Digital, Pengetahuan Sistem Bilangan merupakan pengetahuan dasar yang wajib dipelajari, sebab semua rangkaian digital yang dirancang ataupun perangkat digital memakai konsep sistem bilangan tersebut. Sistem Bilangan dalam elektro digital dipakai untuk mewakili isu yang akan diolah ataupun pemrosesan hingga hasil olahannya. Sistem Bilangan yang umumnya dipakai dalam teknik elektro digital diantaranya yakni Sistem Bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal dan Oktal.


Sistem Bilangan Desimal (Decimal)


Basis atau Radix dari sistem bilangan Desimal ini yakni 10 yaitu berkisar dari angka 0 hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Digit atau angka yang terletak di sebelah kiri koma desimal disebut dengan bilangan bundar sedangkan digit atau angka yang terletak di sebelah kanan titik desimal disebut dengan bilangan pecahan. Sistem Bilangan Desimal ini merupakan sistem bilangan yang dipergunakan pada kehidupan kita sehari-hari. Perlu diketahui bahwa Indonesia memakai koma untuk menerangkan separator (pemisah) antara bilangan bundar dengan bilangan pecahan sedangkan negara-negara lainnya memakai tanda titik sebagai separator pecahannya.


Di sistem bilangan desimal ini, digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut disebelah kiri koma desimal mempunyai bobot 100, 101, 102, 103, 104 dan seterusnya. Sedangkan digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut disebelah kanan koma desimal mempunyai bobot 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan seterusnya. Artinya, setiap posisi digit yang ditempati mempunyai bobot masing-masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.


Contoh :


Kita ambil pola pada sebuah bilangan Desimal 235,12. Bagian bilangan bulatnya yakni 235 sedangkan potongan bilangan pecahannya yakni 0,12. Digit-digitnya 5, 3, dan 2 masing-masing mempunyai bobot 102, 101 dan 100. Demikian juga digit 1 dan 2 dibelakang koma mempunyai bobotnya masing-masing yaitu 10-1 dan 10-2.


Secara Matematis, sanggup kita tulis sebagai berikut :


235,12 = (2 x 102) + (3 x 101) + (5 + 100) + (1 x 10-1) + (2 x 10-2)


 


Sistem Bilangan Biner (Binary)


Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering System yakni sistem bilangan yang berbasis dua dan merupakan sistem bilangan yang dipakai oleh semua rangkaian elektro yang bersistem digital. Basis atau Radix dari sistem bilangan Biner ini yakni 2 yaitu angka 0 dan 1 saja. Di sistem bilangan Biner ini, setiap angka atau digit mempunyai bobot 20, 21, 22, 23, 24 dan seterusnya.

Baca juga : Pengertian Aljabar Boolean dan Hukum Aljabar Boolean.


Contoh :


Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Biner 10112. Ini berarti digit-digitnya yaitu 1, 0, 1 dan 1 mempunyai bobot masing-masing 23, 22, 21 dan 20 (dihitung dari kanan ke kiri).


Secara Matematis, sanggup kita tulis sebagai berikut :


10112 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 + 21) + (1 x 20)


Jika kita konversikan bilangan biner 10112 ke bilangan desimal akan menjadi 11.


Baca juga : Cara Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner.


Sistem Bilangan Oktal (Octal)


Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system yakni sistem bilangan yang berbasis delapan (8). Jadi, angka yang dipakai yakni berkisar diantara 0 hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Di sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka atau digit mempunyai bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan seterusnya.


Contoh :


Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 72148. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, 2, 1 dan 4 mempunyai bobot masing-masing 83, 82, 81 dan 80.


Secara Matematis, sanggup kita tulis sebagai berikut :


72148 = (7 x 83) + (2 x 82) + (1 + 81) + (4 x 80)


Jika kita konversikan bilangan Oktal 72148 bilangan Desimal akan menjadi 3724.


Baca juga : Cara Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Oktal.


Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)


Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System yakni sistem bilangan yang berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini memakai angka atau digit 0 hingga 9 dan abjad A hingga F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, intinya sistem bilangan Heksadesimal ini merupakan adonan angka dan huruf. Di sistem bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit mempunyai bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.


Contoh :


Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 7A1C16. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, A, 1 dan C mempunyai bobot masing-masing 163, 162, 161 dan 160.


Secara Matematis, sanggup kita tulis sebagai berikut :


7A1C16 = (7 x 163) + (10 x 162) + (1 + 161) + (2 x 160)


Jika kita konversikan bilangan Heksadesimal 7A1C16 ke bilangan Desimal akan menjadi 31260.



Sumber https://teknikelektronika.com/